Share

Benarkah Langit?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-04 11:16:12

Bintang sedang berada di kamar. Tangan kanan memegang origami yang tadi ditemukannya di laci. Bintang terus memperhatikannya, mengangkat tinggi di udara, lantas mengalihkan pandangan ke arah jendela, melihat origami miliknya yang sudah tergantung di sana hampir dua belas tahun.

“Apa itu dia? Tapi siapa?” Bintang berpikir keras, di kelasnya tidak ada yang bernama Langit. Kemudian berpikir mungkinkan di kelas lain.

Bintang bangun dari berbaring, duduk bersila dengan masih menatap origami. Dia mendesau, lantas memilih bangun dan memasukkan origami tadi ke laci, tidak ingin menggabungkan dengan pemberian Langit karena belum tahu itu dari siapa.

Meski Bintang tidak memungkiri jika masih mengingat dan merindukan teman masa kecilnya itu, tapi kepergian Langit yang tiba-tiba membuat Bintang sempat marah dan kesal. Bahkan Bintang sempat membuang origami pemberian Langit ke tong sampah, sampai akhirnya dia membuat keributan di rumah, meminta pembantu membantunya mencari origami itu di tempat sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bintang untuk Langit    Memprovokasi

    Altair nongkrong bersama teman-temannya karena Bintang menolak untuk pergi dengannya. Mereka duduk di atas motor yang terparkir di dekat mall.“Tumben ga ngajak Bintang?” tanya Aldo—teman Altair.“Dia lagi dihukum maminya, entah saja kenapa dia nurut banget ke maminya,” jawab Altair yang sedikit kesal karena Bintang menolak ajakannya.“Ya, mungkin karena dia anak berbakti, bro! Seharusnya lu bangga punya pacar kek gitu.” Aldo menepuk-nepuk pundak Altair saat bicara.Altair mencebik kesal, merasa jika hal itu tidak ada sangkutpautnya dengan hubungan mereka. Baginya itu pacaran ya bisa pergi bersama, jalan bersama, tanpa alasan ini dan itu.Saat Altair dengan berbincang dengan teman-temannya, Clarisa muncul di sana bersama dua teman lainnya.“Al! Wah ga nyangka ketemu lu di sini,” ucap Clarisa dengan nada centil.Clarisa memang menyukai Altair dari kelas satu, tapi sayangnya Altair tidak pernah meliriknya, bahkan saat kelas dua malah jadian dengan Bintang, membuat Clarisa sedikit kesal.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bintang untuk Langit    Salah Tingkah

    Bintang duduk di atas ranjang sambil memeluk guling dan meletakkan dagu di ujung guling. Ditatapnya origami bintang yang tergantung di jendelanya. Hingga kelopak matanya terpejam, lantas dia mengingat kenangan saat dirinya masih duduk di bangku taman kanak-kanak, kepingan ingatan yang sebenarnya kini tinggal potongan kecil dan hampir terlupakan.“Apa kamu suka sekali origami ini? Sampai-sampai kamu mau menukar makanan dengan ini?” tanya seorang anak laki-laki ke Bintang kala mereka berada di TK.“Bintang suta, bahkan menggantungnya di kamar biar bisa dilihat terus,” jawab Bintang yang saat itu masih cedal dan tidak bisa menyebut huruf ‘K’.“Padahal kamu bisa buat sendiri, aku sudah mengajarimu,” kata anak laki-laki itu lagi.Bintang mengerucutkan bibir, kemudian bersedekap dada seolah sedang merajuk.“Tida’ mau, buatan Langit lebih bagus!”Bintang membuka kelopak mata setelah selesai mengingat potongan kecil kenangan masa di mana dia memiliki teman yang sangat sabar kepadanya. Jika di

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bintang untuk Langit    Virus Covid

    Mulut Bintang menganga mendengar apa yang diucapkan pemuda di hadapannya itu. Dia merasa kesal karena menganggap pemuda itu banyak bicara sedangkan tidak tahu apa-apa. “Apa maksudmu?” tanya Bintang kesal. Langit maju satu langkah, membuat Bintang sedikit mundur. “Terkadang apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu sangka. Lebih baik menjauh daripada nantinya sakit hati,” jawab Langit sambil menatap dua bola mata Bintang secara bergantian. Bintang menelan ludah karena tatapan Langit, entah kenapa jantungnya pun kini ikut berdegup dengan cepat. “Lu jangan sok tahu!” Bintang bicara dengan nada ketus karena kesal, padahal awalnya ingin bersikap sopan. “Kalau tidak percaya ya sudah, yang terpenting aku memperingatkanmu,” balas Langit seolah mengabaikan rasa kesal yang bercokol di dada Bintang. “Dasar aneh!” Bintang benar-benar kesal, kemudian menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Langit. Langit menatap punggung Bintang yang berlalu dari pandangan matanya, tersenyum tipis saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Bintang untuk Langit    Benar-benar Langit

    Bintang memalingkan wajah, meski kedua tangan memegang bahu pemuda yang kini duduk di depannya. Dia terpaksa menerima tawaran Langit, karena Pak Ujang terus memaksa dirinya agar ikut bersama Langit saja. “Rumahmu yang sebelah mana?” tanya Langit saat motor yang dikendarainya mulai memasuki area perumahan tempat Bintang tinggal. “Masih maju nanti rumah gerbang hitam yang depannya ada pohon mangga,” jawab Bintang tapi masih tidak menolehkan wajah. Langit tersenyum tipis, kemudian memacu motor menuju rumah dengan ciri yang disebutkan Bintang. Akhirnya mereka pun sampai, Bintang buru-buru turun karena tidak mau berlama-lama dengan pemuda yang sempat membuatnya kesal. Langit menatap Bintang yang berjalan ke gerbang tanpa mengucapkan terima kasih, hingga gadis itu tiba-tiba berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya. “Terima kasih,” ucao Bintang meski dengan sedikit nada ketus. Dia hanya merasa tidak sopan kalau pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata itu. Langit tersenyum mendengar u

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Langit dan Bintang

    Hari berikutnya, Bintang berangkat ke sekolah dengan perasaan gelisah yang bercampur dengan penasaran. Sejak semalam dirinya tidak bisa menepis pikiran jika Langit teman sekelasnya, adalah Langit teman masa kecilnya. Saat baru saja turun dari mobil, Bintang melihat Langit yang juga baru saja memasuki halaman sekolah dengan menaiki motornya seperti biasa. Kedua kaki Bintang berhenti melangkah, bergeming di tempatnya dengan tatapan terus tertuju ke Langit. “Masa gue nyapa dia dulu, lalu tanya apakah dia Langit itu?” Bintang menekuk bibir, bingung harus bagaimana. Dulu dia sangat berharap bisa bertemu lagi dengan Langit teman masa kecilnya, tapi sekarang dia malah bingung harus bagaimana setelah mengetahui teman masa kecilnya ada di sekitarnya. “Tidak bisa! Gue harus memastikan atau akan mati penasaran!” Bintang memberanikan diri melangkah untuk menghampiri Langit. Dia ingin bertanya langsung apakah benar jika pemuda itu memang mengenalnya sejak kecil. Di saat baru saja melangkahk

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Langit Vs Altair

    Altair berjalan bersama Clarisa di belakang gedung tapi arah berbeda dari tempat Bintang dan Langit berada. Clarisa sengaja mengajak Altair ke sana karena cowok itu tidak sedang bersama Bintang. “Mau apa ke sini?” tanya Altair, mengamati sekitar dan tidak melihat siapapun di sana. Clarisa mendorong sedikit tubuh Altair hingga merapat ke dinding, hingga gadis itu berdiri sedikit merapat ke tubuh Altair. “Gue bosan kalau di sekolah harus lihat lu sama Bintang, mumpung ga ada Bintang, kenapa kita ga manfaatin saja waktu yang ada,” ucap Clarisa terus merapatkan tubuh ke Altair. Altair menaikkan satu sudut alis, hingga mengerti maksud gadis itu. “Lu agresif juga,” ucap Altair sambil mengapit dagu Clarisa. Clarisa tersenyum, menganggap ucapan Altair adalah sebuah pujian. Dia mendekatkan wajah, hendak menyentuhkan bibir mereka. Altair tidak keberatan berciuman dengan gadis itu, bukanlah Clarisa sendiri yang mau dan menawarkan diri, bukan dirinya yang meminta atau memaksa. Saat bibir

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Jangan-jangan Kalian ....

    “Bintang!”Suara panggilan itu membuat Altair berhenti dan tidak jadi mencium Bintang. Altair mengepalkan satu tangan karena ada yang mengganggunya saat hendak memanfaatkan kecempatan untuk mencium Bintang."Sialan," gerutu Altair dalam hati.Bintang sendiri merasa lega karena mendengar suara Anta, bersyukur karena kakak sepupunya itu memanggil.Altair dan Bintang menoleh ke arah Anta yang sedang berjalan ke arah mereka. Cowok itu menghampiri dengan cepat keduanya.Sesaat sebelumnya. Langit memilih pergi ke arah lain setelah Bintang pergi, ingin rasanya mengikuti Bintang dan Altair, tapi takut jika gadis itu marah karena dirinya mengabaikan isyarat Bintang. Hingga Langit tidak sengaja bertemu dengan Anta yang memang sedang mencarinya.“Dari mana saja, lu! Gue cariin juga!” Anta berjalan mendekat ke Langit, hingga sadar jika temannya itu terluka seperti baru saja ditonjok.“Kenapa bibir, lu?” tanya Anta sambil memperhatikan ujung bibir Langit.Langit menatap Anta, hingga pikirannya mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Kalian Backstreet?

    Bintang mengajak Langit ke kelas. Di sana dirinya membantu membersihkan luka di ujung bibir pemuda itu. Entah kenapa tidak ada rasa canggung, mungkin karena dulu mereka sudah bersama dan menghabiskan waktu bersama pula.“Maaf kalau Al kasar kepadamu,” ucap Bintang dengan tatapan penuh perhatian mengobati luka Langit.Anta bersedekap dada, menatap penuh curiga ke Bintang dan Langit, apalagi tadi pertanyaannya belum dijawab oleh keduanya.“Kalian sudah kenal lama? Bukankah kemarin masih seperti orang asing?” tanya Anta yang tidak bisa membendung rasa penasaran yang membuncah di dada.Langit dan Bintang menoleh bersamaan, lantas tersenyum lebar bersamaan juga.Anta berjingkat melihat sikap keduanya, kenapa bulu kuduknya merinding melihat tatapan mereka.“Jangan bilang kalian benar-benar pacaran tapi backstreet!” Anta menduga-duga karena baik Langit atau Bintang tidak ada yang buka suara. Jika itu benar, bukankah adik sepupunya itu berselingkuh dari Altair.Langit ingin membuka mulut untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05

Bab terbaru

  • Bintang untuk Langit    Bukan Sebuah Akhir-Tamat

    Joya melotot mendengar ucapan Langit, kenapa putranya tiba-tiba ingin kembali pindah sekolah. Sungguh hal ini membuat Joya begitu pusing. “El, jangan bercanda!” “Aku tidak bercanda, Mi. Aku mau pindah sekolah, aku mau keluar negeri,” ujar Langit meyakinkan. Joya memegangi kening sambil mendesis, kemudian menatap putranya dan kembali berkata, “Kamu sebentar lagi ujian, El. Jangan mengada-ada.” “Aku tidak mengada-ada. Aku mau pindah, segera, secepatnya! Jika Mimi tidak mengabulkannya, maka aku tidak akan pernah melanjutkan studiku, biar saja aku tidak memiliki pendidikan!” ancam Langit. Joya semakin syok, bahkan dadanya mendadak sesak karena tidak ada oksigen yang bisa masuk ke paru-parunya. Asisten Joya sampai menopang tubuh atasannya itu, karena Joya hampir limbung. “El, mimi mohon. Jangan bercanda,” ucap Joya sambil mengatur emosi dan juga napas yang terasa berat. “Aku tidak bercanda, Mi. Mimi pilih memindahkanku, atau aku tidak akan pernah mau sekolah.” Joya menatap Langit de

  • Bintang untuk Langit    Sama-sama Hancur

    Bintang terduduk lemas di tanah begitu Langit pergi. Dia menekuk kedua kaki dan memeluknya, menyembunyikan wajah dan menangis sejadinya. Bintang tahu bahwa keputusannya tidak hanya menyakiti Langit, tapi juga menyakiti diri sendiri. Namun, semua keputusan itu dilakukan karena dia takut dan tidak bisa melihat Langit sedih jika mengetahui dirinya sakit. Dia lebih rela dibenci, daripada melihat orang yang dicintainya menangis. “Bin.” Anta ternyata menyusul Bintang setelah melihat Langit pergi. Dia kini melihat adik sepupunya itu duduk di tanah sambil menangis. Bintang mengangkat wajah, kemudian menatap Anta yang memandangnya iba. Bintang tiba-tiba semakin menangis, membuat Anta terkejut dan langsung memeluk Bintang. Bintang pun akhirnya meluapkan rasa sesak di dada, perpisahan dengan Langit sebenarnya menghancurkan dirinya sendiri. “Lihat dirimu, Bin. Apa kamu yakin ingin putus dengan Langit? Kamu tahu jika tidak bisa, kenapa memaksa? Langit harus tahu alasanmu, Bin. Jangan menyakiti

  • Bintang untuk Langit    Membuangku?

    Perubahan Bintang jelas membuat Langit merasa heran. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba saja Bintang menjaga jarak darinya, bahkan Bintang tidak mau diantar pulang dan berkata jika sopir sudah menjemputnya.“El, gue mau ngomong sama loe sepulang sekolah,” ucap Bintang sebelum duduk di kursinya. Dia berdiri dan memandang Langit yang sudah duduk di kursinya.Anta menatap Bintang dan Langit secara bergantian, dia jelas tahu apa yang akan dibicarakan Bintang ke Langit. Namun, dia sudah janji untuk tidak memberitahu Langit, hingga dia pun diam dan bersikap seolah tidak tahu apa-apa.Langit sendiri terkejut mendengar ucapan Bintang, sudah beberapa hari Bintang menghindarinya, tapi kini dia hendak membicarakan sesuatu dengannya, dan Bintang terlihat begitu serius.“Oke.” Langit pun setuju untuk bicara dengan Bintang sepulang sekolah, meski sedikit merasa aneh dengan sikap Bintang.Bintang tidak tersenyum seperti dulu saat berhadapan dengan Langit. Dia benar-benar bersikap seolah tidak menyukai

  • Bintang untuk Langit    Anta Curiga

    Setelah dua hari tidak berangkat sekolah, Bintang akhirnya kembali untuk belajar. Wajahnya pucat dan lesu tidak seperti biasanya. Dia berjalan dan melihat Laras yang sedang menuju gedung sekolah, Bintang pun berjalan dengan cepat untuk menyusul.“Laras!” Bintang memanggil temannya itu.Bintang tahu kalau Laras marah, tapi sebagai teman yang sudah bersama lama, tentunya Bintang ingin memperbaiki itu semua. Dia berusaha mengalah, karena tidak ingin hubungannya dengan Laras rusak.Laras menghentikan langkah mendengar Bintang memanggil, wajahnya terlihat malas seolah benar-benar membenci Bintang hanya masalah laki-laki.“Mau apa lagi loe?” Laras langsung bicara ketus ke Bintang.“Loe masih marah?” tanya Bintang sambil menatap Laras dengan wajah sendu.“Menurut loe?” Laras melipat kedua tangan di depan dada, menatap sinis ke Bintang yang berdiri di depannya.“Apa hanya karena Langit, loe jadi bersikap kek gini? Gue memang suka sama Langit, dia juga gitu. Ya apa salah kalau gue jadian sama

  • Bintang untuk Langit    Vonis Penyakit

    Bintang terdiam di kamarnya setelah makan malam. Dia melihat gelagat aneh dari ayahnya yang hanya diam sejak pulang kerja hingga makan malam. Sesekali Arlan tampak tersenyum ketika bicara, tapi Bintang sadar jika sang papi sedang merasa tertekan.Hingga Bintang mengingat ucapan yang didengarnya saat berada di rumah sakit, saat dia baru sadar setelah mendapatkan penanganan dari dokter.“Jadi, apa yang terjadi dengannya?”“Untuk saat ini, dilihat dari gejala-gejala yang dialami, saya mengindikasi kalau putri Anda mengidap penyakit lupus karena sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Tapi ini hanya indikasi saja, sebab itu kami akan melakukan tes darah dan yang lainnya lebih lanjut untuk memastikan.”Bintang terdiam sambil memeluk kedua kaki dengan tatapan kosong lurus ke depan. Dia mendengar samar-samar pembicaraan dokter dengan kedua orangtuanya saat di rumah sakit, sampai mendengar sang mami yang menangis karena terkejut dengan informasi yang diberikan dokter.Saa

  • Bintang untuk Langit    Sakit Apa?

    “Bin.” Annetha masuk ke kamar Bintang. Melihat putrinya duduk di atas ranjang sambil menyembunyikan wajah.Bintang buru-buru menyeka buliran kristal bening yang luruh di wajah saat mendengar suara sang mami. Hingga mengangkat wajah dan mencoba tersenyum ke Annetha yang sedang berjalan menghampirinya.“Kamu nangis?” tanya Annetha saat melihat wajah Bintang yang sedikit basah. Belum lagi mata dan hidung Bintang juga merah.“Ga, kok Mi.” Bintang mencoba mengelak.Annetha tidak langsung percaya begitu saja. Namun, dia pun tidak ingin menekan putrinya untuk jujur, jika memang Bintang tidak mau bicara.“Kamu sudah meminum obatmu?” tanya Annetha sambil duduk di tepian ranjang.“Sudah, Mi.”Annetha meraih tangan Bintang, mengamati apakah ruam yang muncul sudah hilang dari kulit putrinya.Bintang memperhatikan sang mami yang tampak cemas, hingga kemudian memberanikan diri bertanya, “Mi, sebenarnya aku sakit apa?” tanya Bintang saat Annetha masih memperhatikan kulit tangannya.“Ya?” Annetha ter

  • Bintang untuk Langit    Ada Apa Dengan Bintang

    Langit tampak termenung dengan sedotan yang menempel di bibir, sedang berpikir dan merenung kenapa Bintang seharian hanya banyak diam.“Ta, apa Bintang mengatakan sesuatu ke elu?” tanya Langit sambil menegakkan badan.Malam itu Langit sengaja keluar rumah dan pergi menemui Anta di kafe milik orangtua Anta.Anta terlihat berpikir sejenak, mengingat apakah tadi Bintang mengatakan sesuatu, tapi sepertinya tidak.“Ga, Bintang juga terus diam sepanjang sisa pelajaran tadi,” jawab Anta setelah sebelumnya menggelengkan kepala pelan.Langit dan Anta terdiam, mereka sama-sama berpikir kenapa Bintang yang biasanya cerewet, tapi tadi berubah menjadi pendiam setelah jam istirahat pertama.“Apa terjadi sesuatu? Bukankah dia tadi bilang mau ketemu Laras, lalu setelah itu dia hanya diam. Gue mau tanya lebih lanjut, tapi Bintang seperti ga mau cerita, ya gue akhirnya ga tanya,” ujar Langit saat mengingat keanehan Bintang.Anta mengangguk-angguk, hingga kemudian berkata, “Apa kita tanya Laras saja?”“

  • Bintang untuk Langit    Tidak Sadarkan Diri

    “Bin. Kamu kenapa? Sejak tadi aku perhatikan kamu lebih banyak diam?” tanya Langit saat mengantar Bintang pulang.Bintang sedang melamun saat Langit bertanya, hingga tersadar dan mencoba bersikap biasa.“Tidak ada, itu hanya perasaanmu saja,” jawab Bintang mengelak.“Kamu yakin?” tanya Langit lagi memastikan. Dia tidak bisa melihat wajah Bintang karena sedang melajukan motornya, sehingga hanya bisa mendengar suara Bintang.“Ya,” jawab Bintang untuk meyakinkan.Langit pun tidak banyak bertanya lagi, memilih fokus ke jalanan hingga akhirnya sampai di depan gerbang rumah Bintang.Bintang turun dari motor, melepas helm dan mengembalikan ke Langit.“Bin, kamu yakin ga kenapa-napa? Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita,” kata Langit yang tidak percaya kalau Bintang sedang tidak dalam masalah.“Aku ga kenapa-napa, kamu jangan cemas,” balas Bintang sambil mencoba mengulas senyum. Mencoba meyakinkan Langit jika semuanya baik-baik saja.Langit terus menatap wajah Bintang, entah kenapa merasa ada

  • Bintang untuk Langit    Nusuk Dari Belakang

    Bintang pergi ke sekolah seperti biasa, setelah semalam dia sempat merasa demam, tapi pagi hari tampak biasa dan sengaja tidak memberitahu kedua orangtuanya terutama Arlan karena takut membuat sang papi cemas.“Laras?” Bintang melihat Laras yang sedang berjalan memasuki gerbang. Dia pun baru saja turun dari mobil, lantas mengejar Laras karena lama tidak mengobrol dengan temannya itu.“Laras!” Bintang memanggil Laras dengan suara lantang.Laras menghentikan langkah sejenak mendengar suara Bintang, tapi kemudian memilih mengayunkan langkah seolah tidak mendengar.Bintang keheranan karena Laras tidak berhenti melangkah, mungkinkah temannya itu tidak mendengar panggilannya. Bintang pun akhirnya mengejar agar bisa berbincang dengan temannya itu.“Laras, hei! Jalannya cepet amat,” ucap Bintang saat sudah mensejajari langkah Laras.Laras tidak menjawab ucapan Bintang, seolah berniat mengabaikan dan terus melangkah tanpa menoleh temannya itu sama sekali.Bintang menghentikan langkah, merasa a

DMCA.com Protection Status