Beranda / Young Adult / Bintang untuk Langit / Apa Arti Langit tanpa Bintang

Share

Apa Arti Langit tanpa Bintang

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-05 06:51:51

“Kak Bin!” Orion yang baru saja naik ke lantai dua, lantas melongok ke kamar sang kakak dan melihat sedang memilih sesuatu di meja belajar.

“Apa?” Bintang menanggapi panggilan Orion tanpa menoleh ke arah adiknya itu.

“Kak Langit, jangan buru-buru diminta pergi, ya! Aku mau ngobrol sama dia.”

Bintang langsung berhenti mencari buku-bukunya, hingga kemudian terlihat terkejut lantas menoleh Orion.

“Ka-kamu ketemu Langit?” tanya Bintang tergagap.

Bintang cemas karena Langit tidak tahu Orion adalah adiknya. Jika Langit tahu, itu artinya Langit juga tahu kalau yang melempar kotak susu waktu itu adalah dirinya. Dia malu, mau ditaruh mana mukanya.

Bintang berjalan cepat menghampiri Orion yang berada di ambang pintu, sedangkan Orion sedikit keheranan karena tingkah kakaknya.

“Dia lihat kamu?” tanya Bintang dan langsung mendapatkan sebuah anggukan dari Orion.

“Bahkan aku ajak Kak Langit masuk,” jawab Orion sambil menunjuk ke arah luar. “Kak Bintang juga kejam, masa temannya diminya nunggu di lua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bintang untuk Langit    Sebatas Teman

    Bintang sedang makan malam bersama keluarga, sesekali Annetha melirik putrinya yang makan dengan santai.“Pi, kamu tahu nggak tadi aku ketemu siapa,” ucap Annetha bicara dengan Arlan, tapi tatapan terus tertuju ke Bintang.Bintang masih terlihat santai menikmati makan malamnya, tidak terlalu menanggapi ucapan sang mami.“Ketemu siapa?” tanya Arlan sambil memandang Annetha, mulutnya mengunyah makanan yang baru masuk.“Papi ingat sama anak laki-laki yang dulu bikin Bintang nangis sampai minta pindah sekolah?” Annetha bicara dengan begitu antusias untuk menggoda putrinya.Seketika Bintang tersedak, bahkan batuk-batuk dan lupa di mana menaruh gelas air putihnya, sampai Orion yang menyodorkan gelas sang kakak, sebelum kemudian Bintang langsung menenggak isinya hingga tandas.Arlan menatap Bintang dengan rasa heran, sebelum kemudian beralih menatap istrinya.“Memangnya kenapa?” tanya Arlan yang ingat betul bagaimana saat itu Bintang merajuk sampai tidak mau makan, minta pindah sekolah, bahk

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Minta Putus

    Laras berjalan sambil membawa kotak makan menuju ruang kelas Langit dan Bintang. Sesampainya di sana melihat Langit yang duduk sendiri dengan buku-buku terbuka di meja.“Langit,” sapa Laras saat baru saja menginjakkan kaki di kelas itu.Langit sedang membaca buku pelajaran, hingga memandang ke arah suara Laras berasal.Laras tersenyum melihat Langit yang memandang dirinya, lantas mendekat dan duduk di kursi Bintang. Dia meletakkan kotak makan yang dibawanya.“Tadi mamaku bikin kue kering banyak, jadi aku membawa beberapa untukmu,” ucap Laras kemudian mendorong kotak makan itu ke arah Langit.Langit memperhatikan kotak makan itu, kemudian menatap Laras yang terus mengulas senyum.“Kenapa kamu memberiku ini?” tanya Langit yang tidak langsung membuka kotak makan itu.Laras menyelipkan rambut yang jatuh di wajah ke belakang telinga, sebelum kemudian menjawab, “Ini hanya sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah meminjamiku jaket waktu itu. Aku belum sempat berterima kasih, jadi mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Bintang untuk Langit    Langit, Beri Aku Cinta

    Bintang pergi meninggalkan Altair, berlari ke sisi gedung mall, kemudian berjongkok di sana. Meski dia terlihat begitu kuat dan tegar saat mengucapkan kata putus, tapi sebenarnya dia sedang merasa sakit, bukan karena patah hati, lebih ke sedih sebab dirinya dituduh selingkuh tapi malah Altair sendiri yang selingkuh.Bintang berjongkok dengan kedua tangan dilipat di atas lutut, menyembunyikan wajah di atas lengan, kemudian mulai menitikkan air mata.Lama Bintang di sana dan menangis, hingga akhirnya mulai sedikit tenang. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tas, kemudian mendial satu nama yang ada di kontaknya.“Langit.”Langit sedang berkumpul bersama teman-temannya, hingga ponsel berdering dan dia melihat nama Bintang terpampang di sana. Pemuda itu tersenyum, kemudian buru-buru menjawab panggilan itu.“Halo, Bin.” Langit menjawab panggilan itu dan mendengar suara Bintang dari seberang panggilan.Teman-teman Langit memperhatikan, mengira jika Bin yang dimaksud adalah laki-laki, sehingga

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bintang untuk Langit    Berkelahi

    “Bin, kita perlu ngomong.”Saat baru saja menginjakkan kaki di halaman sekolah, lengan Bintang langsung dicekal Altair, membuat gadis itu berhenti melangkah.“Apaan sih? Gue udah ga ada urusan lagi sama loe, ya!” Bintang mencoba menepis tangan Altair, tapi cowok itu mencengkramnya erat.“Gue masih ga terima loe mutusin gue!” Altair semalaman mencoba menghubungi Bintang, tapi ternyata nomornya diblokir oleh gadis itu.“Terima atau ga itu urusan elu, bukan gue. Yang jelas gue minta putus ya putus! Ogah ya gue dikata cewe buangan elu, yang ada elu cowok buangan gue!”Bintang melepas paksa tangan Altair, lantas berjalan cepat untuk menghindar. Altair sendiri tidak lantas menyerah untuk membujuk dan meminta Bintang buat baikan lagi dengannya, meski dia berselingkuh tapi Altair tetap saja tidak bisa melepas Bintang.“Gue ga mau putus, Bin. Gue akui jika salah, apa loe ga bisa kasih gue kesempatan?” Altair bicara sambil mengikuti langkah Bintang.Bintang langsung menghentikan langkah, tersen

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bintang untuk Langit    Menyelesaikan Masalah

    “Pi, semua karena Bintang. Langit hanya bantu Bintang karena Altair maksa buat ngajak pergi Bintang.”Bintang mencoba menjelaskan apa yang terjadi ke papinya, mereka kini bicara di ruang tersendiri atas permintaan Arlan.“Kenapa Altair tiba-tiba memaksamu, ada hubungan apa sebenarnya antara kalian? Kalau kamu tidak jujur ke Papi, maka Papi pun tidak akan bisa bantu kamu dan akan membiarkan mereka dihukum sesuai ketentuan sekolah,” ujar Arlan memancing putrinya untuk bicara.Baik dia maupun Annetha, memang tidak tahu kalau Bintang berpacaran selama ini.Bintang kebingungan menjawab pertanyaan Arlan, tidak mungkin dirinya bohong dengan memberikan alasan lain yang mungkin akan dianggap tidak masuk akal.“Kalau Bintang bicara, Papi jangan kasih tahu ke Mami. Bintang hanya takut kalau Mami nanti marah-marah, ga baik lho Pi buat kesehatan Mami.” Bintang membujuk sang papi untuk tidak memberitahu Annetha jika dirinya jujur dengan yang terjadi, untung saja Annetha sedang pergi ke rumah omanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bintang untuk Langit    Nikah Muda?

    “Tuh, nasihati putramu. Kenapa dia bisa-bisanya berantem di sekolah.”Joya langsung menodong suaminya untuk bersikap tegas ke sang putra, begitu mereka sampai di rumah sepulang bekerja. Joya sudah menceritakan semuanya ke Kenzo tentang masalah yang terjadi di sekolah putra mereka tadi pagi.Langit duduk di ruang keluarga sambil memeluk bantal, menatap kedua orangtuanya sambil memasang wajah tidak berdosa. Ujung bibir pemuda itu terluka dan pipinya sedikit memar.Kenzo menatap tajam ke putranya, sedangkan Joya bersedekap dada menanti suaminya memarahi putra satu-satunya mereka itu.“Kamu berkelahi karena seorang gadis?” tanya Kenzo ke sang putra sambil mendudukkan tubuh di sofa.“Itu karena tuh cowok maksa dia buat ikut, Pi.” Langit mencoba membela diri.“Ya kamu bagus nolong dia, tapi ga sampai berantem juga, El.” Joya gemas sendiri karena putranya banyak alasan seperti suaminya. Tampaknya sifat sang suami memang menurun ke Langit.“Ya, dia yang ngajak berantem duluan, Mi. Mami dengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bintang untuk Langit    Dikeroyok

    Langit duduk di motor yang terparkir di tepian jalan dekat mall. Dia membuat janji dengan Bintang jika akan nonton bersama. Ternyata Bintang menepati ucapannya sendiri untuk memberikan hadiah ke Langit, dengan cara menonton dan jalan-jalan.Langit mengedarkan pandangan, menunggu Bintang karena mereka janji bertemu sebelum masuk area mall, tapi tampaknya Langit terlalu bersemangat dan datang lebih awal, sehingga dia harus menunggu Bintang lebih lama di sana.Langit mengecek ponselnya, terakhir kali Bintang mengirimkan pesan kalau dalam perjalanan sekitar lima belas menit yang lalu, kemungkinan sebentar lagi Bintang akan datang.Di saat Langit menunggu Bintang, tiba-tiba ada segerombolan pemotor yang berhenti di depan dan belakang motor Langit, membuat pemuda itu menegakkan badan dan berdiri dengan benar.Langit memperhatikan para pemuda yang kini turun dari motor, hingga menyadari jika itu adalah Altair dan teman-temannya.“Kebetulan ketemu loe di sini,” kata Altair sambil meremas kepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Bintang untuk Langit    Beneran Suka

    “Anakmu digebukin sampai babak belur gitu, masa dia bilang salah sasaran. Coba kamu ngomong ke dia.”Joya langsung mengadu ke sang suami, begitu Kenzo pulang dari kantor.“Di mana dia, biar aku bicara,” kata pria berumur empat puluhan tahun itu sambil melepas jas dan dasi.“Di kamar sedang istirahat, tapi palingan ga tidur,” balas Joya.Kenzo menatap sang istri, tahu jika istrinya mencemaskan sang putra, hingga bersikap demikian.“Sudah, kamu jangan terlalu mencemaskannya. Toh dia baik-baik saja, ‘kan.” Kenzo mengusap pipi Joya penuh kelembutan.“Tapi tetap saja, sayang. Kalau sampai terjadi hal fatal dengannya, kamu pikir aku bisa tenang?” Langit adalah putra satu-satunya, setelah lima tahun kehilangan dan kembali menemukan, tentunya membuat Joya sangat khawatir dan senantiasa mencemaskan putranya itu.Saat baru saja lahir, Langit diculik oleh seorang wanita yang sangat membenci Joya, hingga kemudian Joya sempat depresi dan tidak ingin memiliki anak lagi sampai putra mereka ditemukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07

Bab terbaru

  • Bintang untuk Langit    Bukan Sebuah Akhir-Tamat

    Joya melotot mendengar ucapan Langit, kenapa putranya tiba-tiba ingin kembali pindah sekolah. Sungguh hal ini membuat Joya begitu pusing. “El, jangan bercanda!” “Aku tidak bercanda, Mi. Aku mau pindah sekolah, aku mau keluar negeri,” ujar Langit meyakinkan. Joya memegangi kening sambil mendesis, kemudian menatap putranya dan kembali berkata, “Kamu sebentar lagi ujian, El. Jangan mengada-ada.” “Aku tidak mengada-ada. Aku mau pindah, segera, secepatnya! Jika Mimi tidak mengabulkannya, maka aku tidak akan pernah melanjutkan studiku, biar saja aku tidak memiliki pendidikan!” ancam Langit. Joya semakin syok, bahkan dadanya mendadak sesak karena tidak ada oksigen yang bisa masuk ke paru-parunya. Asisten Joya sampai menopang tubuh atasannya itu, karena Joya hampir limbung. “El, mimi mohon. Jangan bercanda,” ucap Joya sambil mengatur emosi dan juga napas yang terasa berat. “Aku tidak bercanda, Mi. Mimi pilih memindahkanku, atau aku tidak akan pernah mau sekolah.” Joya menatap Langit de

  • Bintang untuk Langit    Sama-sama Hancur

    Bintang terduduk lemas di tanah begitu Langit pergi. Dia menekuk kedua kaki dan memeluknya, menyembunyikan wajah dan menangis sejadinya. Bintang tahu bahwa keputusannya tidak hanya menyakiti Langit, tapi juga menyakiti diri sendiri. Namun, semua keputusan itu dilakukan karena dia takut dan tidak bisa melihat Langit sedih jika mengetahui dirinya sakit. Dia lebih rela dibenci, daripada melihat orang yang dicintainya menangis. “Bin.” Anta ternyata menyusul Bintang setelah melihat Langit pergi. Dia kini melihat adik sepupunya itu duduk di tanah sambil menangis. Bintang mengangkat wajah, kemudian menatap Anta yang memandangnya iba. Bintang tiba-tiba semakin menangis, membuat Anta terkejut dan langsung memeluk Bintang. Bintang pun akhirnya meluapkan rasa sesak di dada, perpisahan dengan Langit sebenarnya menghancurkan dirinya sendiri. “Lihat dirimu, Bin. Apa kamu yakin ingin putus dengan Langit? Kamu tahu jika tidak bisa, kenapa memaksa? Langit harus tahu alasanmu, Bin. Jangan menyakiti

  • Bintang untuk Langit    Membuangku?

    Perubahan Bintang jelas membuat Langit merasa heran. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba saja Bintang menjaga jarak darinya, bahkan Bintang tidak mau diantar pulang dan berkata jika sopir sudah menjemputnya.“El, gue mau ngomong sama loe sepulang sekolah,” ucap Bintang sebelum duduk di kursinya. Dia berdiri dan memandang Langit yang sudah duduk di kursinya.Anta menatap Bintang dan Langit secara bergantian, dia jelas tahu apa yang akan dibicarakan Bintang ke Langit. Namun, dia sudah janji untuk tidak memberitahu Langit, hingga dia pun diam dan bersikap seolah tidak tahu apa-apa.Langit sendiri terkejut mendengar ucapan Bintang, sudah beberapa hari Bintang menghindarinya, tapi kini dia hendak membicarakan sesuatu dengannya, dan Bintang terlihat begitu serius.“Oke.” Langit pun setuju untuk bicara dengan Bintang sepulang sekolah, meski sedikit merasa aneh dengan sikap Bintang.Bintang tidak tersenyum seperti dulu saat berhadapan dengan Langit. Dia benar-benar bersikap seolah tidak menyukai

  • Bintang untuk Langit    Anta Curiga

    Setelah dua hari tidak berangkat sekolah, Bintang akhirnya kembali untuk belajar. Wajahnya pucat dan lesu tidak seperti biasanya. Dia berjalan dan melihat Laras yang sedang menuju gedung sekolah, Bintang pun berjalan dengan cepat untuk menyusul.“Laras!” Bintang memanggil temannya itu.Bintang tahu kalau Laras marah, tapi sebagai teman yang sudah bersama lama, tentunya Bintang ingin memperbaiki itu semua. Dia berusaha mengalah, karena tidak ingin hubungannya dengan Laras rusak.Laras menghentikan langkah mendengar Bintang memanggil, wajahnya terlihat malas seolah benar-benar membenci Bintang hanya masalah laki-laki.“Mau apa lagi loe?” Laras langsung bicara ketus ke Bintang.“Loe masih marah?” tanya Bintang sambil menatap Laras dengan wajah sendu.“Menurut loe?” Laras melipat kedua tangan di depan dada, menatap sinis ke Bintang yang berdiri di depannya.“Apa hanya karena Langit, loe jadi bersikap kek gini? Gue memang suka sama Langit, dia juga gitu. Ya apa salah kalau gue jadian sama

  • Bintang untuk Langit    Vonis Penyakit

    Bintang terdiam di kamarnya setelah makan malam. Dia melihat gelagat aneh dari ayahnya yang hanya diam sejak pulang kerja hingga makan malam. Sesekali Arlan tampak tersenyum ketika bicara, tapi Bintang sadar jika sang papi sedang merasa tertekan.Hingga Bintang mengingat ucapan yang didengarnya saat berada di rumah sakit, saat dia baru sadar setelah mendapatkan penanganan dari dokter.“Jadi, apa yang terjadi dengannya?”“Untuk saat ini, dilihat dari gejala-gejala yang dialami, saya mengindikasi kalau putri Anda mengidap penyakit lupus karena sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh itu sendiri. Tapi ini hanya indikasi saja, sebab itu kami akan melakukan tes darah dan yang lainnya lebih lanjut untuk memastikan.”Bintang terdiam sambil memeluk kedua kaki dengan tatapan kosong lurus ke depan. Dia mendengar samar-samar pembicaraan dokter dengan kedua orangtuanya saat di rumah sakit, sampai mendengar sang mami yang menangis karena terkejut dengan informasi yang diberikan dokter.Saa

  • Bintang untuk Langit    Sakit Apa?

    “Bin.” Annetha masuk ke kamar Bintang. Melihat putrinya duduk di atas ranjang sambil menyembunyikan wajah.Bintang buru-buru menyeka buliran kristal bening yang luruh di wajah saat mendengar suara sang mami. Hingga mengangkat wajah dan mencoba tersenyum ke Annetha yang sedang berjalan menghampirinya.“Kamu nangis?” tanya Annetha saat melihat wajah Bintang yang sedikit basah. Belum lagi mata dan hidung Bintang juga merah.“Ga, kok Mi.” Bintang mencoba mengelak.Annetha tidak langsung percaya begitu saja. Namun, dia pun tidak ingin menekan putrinya untuk jujur, jika memang Bintang tidak mau bicara.“Kamu sudah meminum obatmu?” tanya Annetha sambil duduk di tepian ranjang.“Sudah, Mi.”Annetha meraih tangan Bintang, mengamati apakah ruam yang muncul sudah hilang dari kulit putrinya.Bintang memperhatikan sang mami yang tampak cemas, hingga kemudian memberanikan diri bertanya, “Mi, sebenarnya aku sakit apa?” tanya Bintang saat Annetha masih memperhatikan kulit tangannya.“Ya?” Annetha ter

  • Bintang untuk Langit    Ada Apa Dengan Bintang

    Langit tampak termenung dengan sedotan yang menempel di bibir, sedang berpikir dan merenung kenapa Bintang seharian hanya banyak diam.“Ta, apa Bintang mengatakan sesuatu ke elu?” tanya Langit sambil menegakkan badan.Malam itu Langit sengaja keluar rumah dan pergi menemui Anta di kafe milik orangtua Anta.Anta terlihat berpikir sejenak, mengingat apakah tadi Bintang mengatakan sesuatu, tapi sepertinya tidak.“Ga, Bintang juga terus diam sepanjang sisa pelajaran tadi,” jawab Anta setelah sebelumnya menggelengkan kepala pelan.Langit dan Anta terdiam, mereka sama-sama berpikir kenapa Bintang yang biasanya cerewet, tapi tadi berubah menjadi pendiam setelah jam istirahat pertama.“Apa terjadi sesuatu? Bukankah dia tadi bilang mau ketemu Laras, lalu setelah itu dia hanya diam. Gue mau tanya lebih lanjut, tapi Bintang seperti ga mau cerita, ya gue akhirnya ga tanya,” ujar Langit saat mengingat keanehan Bintang.Anta mengangguk-angguk, hingga kemudian berkata, “Apa kita tanya Laras saja?”“

  • Bintang untuk Langit    Tidak Sadarkan Diri

    “Bin. Kamu kenapa? Sejak tadi aku perhatikan kamu lebih banyak diam?” tanya Langit saat mengantar Bintang pulang.Bintang sedang melamun saat Langit bertanya, hingga tersadar dan mencoba bersikap biasa.“Tidak ada, itu hanya perasaanmu saja,” jawab Bintang mengelak.“Kamu yakin?” tanya Langit lagi memastikan. Dia tidak bisa melihat wajah Bintang karena sedang melajukan motornya, sehingga hanya bisa mendengar suara Bintang.“Ya,” jawab Bintang untuk meyakinkan.Langit pun tidak banyak bertanya lagi, memilih fokus ke jalanan hingga akhirnya sampai di depan gerbang rumah Bintang.Bintang turun dari motor, melepas helm dan mengembalikan ke Langit.“Bin, kamu yakin ga kenapa-napa? Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita,” kata Langit yang tidak percaya kalau Bintang sedang tidak dalam masalah.“Aku ga kenapa-napa, kamu jangan cemas,” balas Bintang sambil mencoba mengulas senyum. Mencoba meyakinkan Langit jika semuanya baik-baik saja.Langit terus menatap wajah Bintang, entah kenapa merasa ada

  • Bintang untuk Langit    Nusuk Dari Belakang

    Bintang pergi ke sekolah seperti biasa, setelah semalam dia sempat merasa demam, tapi pagi hari tampak biasa dan sengaja tidak memberitahu kedua orangtuanya terutama Arlan karena takut membuat sang papi cemas.“Laras?” Bintang melihat Laras yang sedang berjalan memasuki gerbang. Dia pun baru saja turun dari mobil, lantas mengejar Laras karena lama tidak mengobrol dengan temannya itu.“Laras!” Bintang memanggil Laras dengan suara lantang.Laras menghentikan langkah sejenak mendengar suara Bintang, tapi kemudian memilih mengayunkan langkah seolah tidak mendengar.Bintang keheranan karena Laras tidak berhenti melangkah, mungkinkah temannya itu tidak mendengar panggilannya. Bintang pun akhirnya mengejar agar bisa berbincang dengan temannya itu.“Laras, hei! Jalannya cepet amat,” ucap Bintang saat sudah mensejajari langkah Laras.Laras tidak menjawab ucapan Bintang, seolah berniat mengabaikan dan terus melangkah tanpa menoleh temannya itu sama sekali.Bintang menghentikan langkah, merasa a

DMCA.com Protection Status