Beranda / Romansa / Bilik Lain di Hati Suamiku / 36. Terkuaknya Misteri

Share

36. Terkuaknya Misteri

Penulis: Wahyuni SST
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 06:40:41

Keesokan paginya, Ardi melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian. Meski pihak hotel meminta bersabar karena mereka masih terus melakukan pencarian. Tapi Ardi tak mau menunggu.

Atas laporannya, hanya hitungan menit, beberapa aparat sudah langsung meluncur ke lokasi. Seluruh staf dan sequrity dimintai keterangan. Bahkan sampai pada staff di Fiftenn Celcius.

Dari seluruh yang dimintai keterangan, terhitung ada tiga orang yang tidak hadir saat itu. Dua libur dinas dan satu orang lagi sedang mengambil cuti selama dua hari. Pihak kepolisian meminta dihadirkan ketiganya.

Menunggu siang hari, dua yang sedang libur akhirnya sampai di hotel. Mereka selesai diinterogasi. Salah satu diantara mereka mengajukan pertanyaan.

"Kemana Syarif, dia tidak hadir?"

"Dia cuti. Di telpon tidak diangkat, rumahnya kosong."

"Kemarin pagi dia 'kan ke hotel untuk mengambil surat cutinya."

"Tadi malam beliau juga sempat bertemu saya di Fifteen Celcius," seloroh yang lain.

Tim interogasi yang bertindak tersebut
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
miss calla
Lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   37. Penyesalan Ardi

    Wajah Ardi pun teralihkan ke belakang. Ia terhenyak mendapati Seruni ada di depan pintu ruangan."Mas Ardi, Ze. Maafkan aku."Wanita itu melangkah masuk dan mengajukan permohonan maaf dengan wajah tertunduk. Melihatnya, Ardi segera bangkit."Sebenarnya apa yang kau inginkan, Runi? Kenapa kau menipuku malam itu? Kau lihat istriku, dia disekap selama tiga hari! Harusnya jika kau jujur, aku bisa dengan segera menyelamatkannya! Kau penipu! Aku membencimu, Runi!"Ardi tak kuasa menahan diri hingga berhasil membentak Seruni. Amarah yang sedari tadi ditahan kini ia biarkan lepas. Jika bukan wanita, lelaki itu sudah melayangkan tangan ke wajah Seruni yang berlinangan air mata."Beri kami penjelasan atas semua yang sudah terjadi, Runi? Jangan diam!""Itulah lelaki yang sudah menikahiku, Mas. Itu kenapa aku memintamu menolongku! Karena dia iblis!""Tapi kau tidak seharusnya menipuku!"Ardi masih belum bisa mengontrol amarah, Ze yang di sisinya mengusap jemari lelaki itu hingga sang suami bisa s

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   38. Kesetiaan Seorang Suami

    Pagi membentang, Ardi telah siap dengan satu baskom air hangat. Ia akan menyeka tubuh sang istri, karena tadi saat perawat meminta mengerjakannya, tapi sang istri menolak.Lelaki itu keluar dari kamar mandi, pandangannya langsung tertuju pada Ze yang masih berbaring di atas ranjang."Mas seka badanmu, ya," ucapnya sedikit segan karena meski telah saling mencintai, dalam beberapa hal tetap menimbulkan debar aneh di dada.Ze mengangguk. Ardipun mulai membantu Ze membuka pakaiannya. Wanita itu menatap sedikit malu sebab untuk pertama kali ia biarkan Ardi membuka dan sesaat lagi mengelap tubuhnya.Setelah melepas kancing baju, jemari Ardi mengambil kain sarung lalu menutup tubuh Ze. Dengan keadaan tertutup lelaki itu kembali membuka hingga lepas pakaian sang istri.Meski tertutup sarung, tubuh mulus itu tetap saja berhasil membuat gaduh jantung Ardi. Namun, ketika melihat sang istri kesakitan, ia membuang jauh segala keinginannya.Seluruh pakaian selesai dibuka, Ardi kini membasahkan hand

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   39. Putusan Pengadilan

    Satu bulan kemudian ...Keadaan Ze sudah sangat sehat. Bahunya perlahan mulai bisa digerakkan. Ia bahkan sudah dapat mengangkat benda-benda ringan seperti gelas berisi minuman atau piring berisi makanan. Kepalanya juga sudah membaik, warna kebiruan bekas hantaman kursi sudah memudar. Bengkaknya pun sudah sempurna menghilang.Selama ini, ia tinggal di rumah pamannya. Ardi datang mengunjungi setiap weekend. Meski rindu memenuhi kalbu, keduanya berusaha sabar. Hanya telpon yang selalu teriring setiap malam saat hendak tidur. Itulah cara ampuh untuk mengurai rasa yang dibendung selama seharian.Tapi saat ini, dikarenakan keadaan Ze sudah membaik, lelaki itu berencana mengajak sang istri untuk ikut pulang ke desa.Dia sampai di Surabaya setelah melalui sekian jam perjalanan. Sampai di rumah, kehadirannya disambut oleh istri tercinta yang tampak cantik dalam balutan gamis syar'i serta jilbab warna senada."Assalamualaikum."Ardi menatap sang istri dengan perasaan lega bercampur bahagia."Wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   40. Alhamdulillah Doble, Mas

    Sudah dua tahun lo, belum juga hamil. Biasa itu udah disebut infertil. Udah diperiksa belum Bu Ze?"Bu Lastri, tetangga samping rumah ibu mertua Ze terus mengoceh. Tiap kali ada acara di rumah sang Mama, wanita itu selalu ada. Bahkan terkadang tidak diundang, wanita itu justru datang sembari bertanya pada ibu mertua Ze dengan pertanyaan,"Ibu kemarin ada titip pesan ya sama si Anang suruh saya datang ke rumah? Maaf ya Bu, Anang baru ngomong tadi pagi."Begitulah dirinya, selalu punya cara supaya bisa merusuh di acara tetangga. Kali ini, Ze jadi sasaran."Baru juga dua tahun Bu Lastri, Fatimah sama suaminya sampai sepuluh tahun. Tapi kalau Allah sudah berkehendak, tak ada yang tak mungkin. Di usia ke empat puluh tahun lebih, Fatimah akhirnya mengandung juga," bela ibu lain seolah paham perasaan Ze seperti apa."Iya sih. Si Mera anak saya yang pertama juga telat hamil, Bu. Waktu itu setahun nikah masih juga kosong. Tapi Ibu mertuanya tu ngebet banget, sampai Mera nangis kejar mengadu ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   41. Berjuang Bersama

    Seperti kebanyakan ibu hamil pada umumnya, begitu pula keadaan Ze saat ini. Dengan kadar hormon HCG yang lebih banyak dari pada kehamilan tunggal, wanita itu pada akhirnya mengalami mual muntah yang lebih parah dari yang seharusnya.Ze bahkan sempat di rawat selama empat hari karena tak mau makan sementara muntah tak mau berhenti.Ardi yang menyaksikan begitu merasa iba sekaligus terharu. Ia ingat bahwa ini adalah perjuangan berat yang harus dilalui Ze demi buah hati yang mereka impikan bersama."Mas ...."Ze memanggil Ardi yang baru selesai melaksanakan shalat subuh di mesjid. Sudah satu minggu wanita itu keluar dari rumah sakit tapi ia masih belum dapat terlalu beraktivitas banyak."Ada apa, Sayang?""Ze pengen makan nasi goreng. Tapi bukan yang dijual di gerobak, Ze pengen nasi goreng buatan Mas."Ardi tersenyum dan mengusap pipi sang istri."Mas masak sekarang, ya."Ze mengangguk riang. Lalu sang suami mengganti pakaian dan berjalan ke dapur."Mas, Ze ikut ya. Nungguin di kursi ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-13
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   42. Hari Bahagia

    Ze dengan cepat menuruni ranjang dan berlari keluar kamar."Mpok, Mpok Sasa. Tolong bantu saya."Mpok Sasa dan wanita bernamakan Anggun segera memasuki rumah."Ada apa, Bu?""Tolong temani saya ke rumah sakit, Mpok. Air ketubannya pecah.""Astaghfirullah! Baik, Bu."Dalam keadaan terburu-buru, Ze menelpon grab sedang Mpok Sasa menyiapkan beberapa keperluan yang akan dibawa termasuk tas bayi yang sudah disiapkan Ze jauh-jauh hari. Lalu dia mengunci rumah dan segera keluar."Maaf ya Mbak, lain kali saja Mbak kemari lagi," ucap Ze pada Anggun."Iya tidak mengapa, Bu," jawab wanita itu. Lalu dia keluar dari halaman rumah tersebut dan pergi jauh. Ze menatap dengan rasa kasihan."Bu, mobil pesanannya sudah sampai."Ze segera menoleh, mereka segera menaiki grab begitu kendaraan tersebut sampai di depan rumah. Ze yang masih mampu melakukan kegiatan, segera mengambil ponsel untuk memberitahu Ardi."Hallo Mas.""Iya Sayang.""Mas, ketubanku pecah.""Astaghfirullah! Air ketubannya pecah? Sekara

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   43. Ternyata Itu Anak Seruni

    Di sebuah rumah kontrakan satu pintu. Rumah setengah permanen yang tampak begitu kotor. Dari dalam sana, terdengar tangisan anak kecil. Hanya berselang menit, terlihat seorang lelaki menarik paksa bocah lelaki yang berumur sekitar dua tahun keluar dari rumah tersebut. Lalu mendorong tubuh sang bocah hingga terjatuh ke lantai."Apa yang Abang lakukan?"Seorang perempuan tampak mendatangi rumah itu dan seketika mengambil bocah yang sudah menangis kuat tersebut."Aku udah muak sama anak ini, dia ngompol di depan kamar mandi.""'Kan Abang di rumah, bagaimana bisa dia ngompol. Harusnya Abang bawa dia ke kemar mandi.""Dia itu udah besar, masak iya ke kamar mandi aja harus dibawa!""Bang, usianya baru dua tahun!""Dua tahun itu udah bisa mikir! Kalau mau kencing itu ya di kamar mandi! Bukan di lantai!"Wanita itu tak lagi menghiraukan teriakan suaminya, dia menggendong batita yang masih terisak itu lalu hendak masuk ke rumah. Namun, sang suami menahan."Mau kemana lagi dia?""Mau masuk lah!

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Bilik Lain di Hati Suamiku   44. Dua Belas Tahun Kemudian

    sampai di depan sebuah rumah kontrakan satu pintu, ia melirik secara seksama ke dalam rumah. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Lelaki itu memilih menunggu beberapa waktu, hingga tiga puluh menit berlalu rumah tersebut tetap kosong. Akhirnya Ardi memutuskan untuk turun. Ia memerhatikan ke sekeliling dan mendapati ada seorang wanita keluar dari rumah sebelah kontrakan itu. Sang lelaki segera mendekat."Assalamualaikum maaf Bu mengganggu.""Waalaikum salam. Iya ada apa?""Saya mau bertanya Bu, yang tinggal di rumah ini kemana, ya?""Oh sudah pindah, Pak.""Pindah? Ibu tahu kemana pindahnya?""Nggak tahu, Pak."Ardi kembali berpikir."Apa pemilik rumah ini punya seorang anak kecil?""Punya, Pak.""Dibawa ikut juga?""Saya dengar ada yang adopsi, Pak. Soalnya itu bukan anak mereka, anak pantai asuhan."Ardi terdiam napas berat. Merasa sedikit iba pada nasib Seruni kelak. "Diadopsi sama siapa Bu, apa Ibu tahu?""Nggak tahu Pak, tapi yang saya dengar sih orang kaya."Ardi menghela na

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17

Bab terbaru

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   55. Kesempurnaan Hidup

    Tidak ada ketaatan seorang istri kepada suami, melainkan telah Allah janjikan surga untuknya.***Tiga tahun berlalu begitu cepat. Tak terasa kini di hidupku sudah ada buah cintaku dan Mas Han yang hari ini genap berusia dua tahun. Tak banyak yang berubah, selain kualitas bahagia yang semakin jauh biduk rumah tangga mengarungi semakin bertambah pula kadar rasanya.Aku membelalak menatap test pack bergaris dua yang subuh tadi telah kupakai ini. Antara terkejut dan bahagia, entahlah. Mungkin ini terlalu cepat, tapi dengan penuh kesadaran kuiyakan saat Mas Han membujuk untuk bersedia kembali menambah jumlah keluarga ini.Oya berbicara tentang usaha, kini suamiku dan Abi sukses merintis usaha jual beli mobil klasik. Usaha ini membuat Mas Han tidak lagi mencoba melamar pekerjaan sesuai dengan kemampuannya di luaran sana. Mengingat hasil yang didapat melebihi target yang diperkirakan. Menurutku ini adalah sebuah anugerah untuk keluarga kecil kami ini yang sangat kusyukuri.Sambil menunggu M

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   53. Pertemuan Istimewa

    Kedua kaki Seruni tiba-tiba kehilangan kekuatan, ia seketika terjatuh ke lantai. Bersyukur, Han dengan segera menangkap dan berhasil mendudukkan ibundanya di atas sofa."Ambilkan segelas teh hangat," pinta Ze pada ART nya."Baik, Bu."Mereka semua mendekati Seruni yang sudah ditidurkan Han di atas sofa."Maaf ya Abi, Umi. Padahal tadi di rumah, Ibu terlihat cukup sehat. Tapi kenapa tiba-tiba jadi pingsan begini, ya?" tanya Han khawatir. Ze dan Ardi terkejut bukan main mendengar ucapan Han tersebut."Dia ibu kandung kamu, Han?" tanya Ze yang masih tak percaya dengan kenyataan tersebut.Sementara Han, tanpa ada perasaan apapun seketika mengangguk yakin. Membuat Ardi dan Ze saling bertatapan."Kapan kamu menemukannya? Dan bagaimana kamu sangat yakin jika dia ibumu?"Ze kembali melempar pertanyaan."Menurut pengakuan Ibu sendiri, Mi. Tapi Han sudah mengirim sampel rambut untuk diuji DNA lagi. Supaya lebih pasti.""Hasilnya udah keluar?"Han menggeleng."Tapi kenapa kamu seyakin itu?"Ze

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   53. Pertemuan Antar Besan

    Seruni menatap Han yang sudah tampak rapi dan ingin memimpin shalat subuh pagi itu, sungguh rasa syukur tak henti ia langitkan kepada Rabb semesta alam. Betapa hal ini tidak terbayangkan dalam pikirannya, tapi Allah telah menjadikan semua itu nyata.Sementara di hadapan, Han menyunggingkan selarik senyum ke arah ibu dan istrinya lalu mengambil posisi di depan. Dia memang bukan lelaki dengan tingkat keimanan yang tinggi, tapi setidaknya Han pernah beberapa kali memimpin shalat saat masih duduk di bangku kuliah dahulu.Usai shalat, mereka membaca doa bersama, dilanjutkan duduk berzikir. Selesai semuanya pukul enam. Han mengajak sang ibu ke taman belakang, sementara Syarifa memilih ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Duduk di taman, Han mengajak ibundanya berbicara."Bu, pagi ini aku akan berangkat kerja. Nanti di rumah, Ibu akan ditemani Syarifa. Boleh 'kan, Bu?" tanya Han seraya memegang jemari sang ibu.Seruni menatap snag anak, entah kenapa perasaannya tidak enak."Pergilah, lakukan a

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   52. Indahnya Malam Pertama

    Han berlari memeluk ibundanya. Ada rasa sedih dan haru yang melebur menjadi satu, jika mengingat semenjak lahir tak pernah tahu siapa wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.Tapi Allah Maha Baik, menampakkan semuanya meski waktu telah bergulir sedemikian lama.Kini, ia tak mau lagi kehilangan ibundanya. Setiap waktu, akan ia pergunakan untuk menggantikan semua detik yang telah berlalu. Ia benjanji untuk itu.*Setelah beberapa waktu terlalui, Seruni melerai pelukan lalu ia memerhatikan wajah sang anak dengan seksama. Wanita itu menggerakkan tangannya untuk mengusap wajah Han mulai dari rambut, alis, mata, hidung, pipi lalu membingkai wajah Han dengan kedua tangan yang tampak kotor tak terurus.Dua netra yang sedari tadi berkaca kini menumpahkan cairannya. Isak tangis menghiasi hari paling bersejarah tersebut."Sudah habis cara kuberdoa pada Allah. Tidak lain aku meminta Allah panjangkan umur agar bisa bertemu denganmu, Anakku."Hana kembali memeluk sang Ibu. Seperti halnya Serun

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   51. Mencari Kebenaran

    "Seruni?"Degup di dada Han menyentak kuat. Telah lama bahkan setelah kepindahan ke Qatar pun, ia terus mencari keberadlaan ibunya melalui seseorang yang ia percayai untuk hal itu. Tapi sampai detik ini, tak ada kabar apapun yang ia fapatkan.Dan, apa ini? Apa benar dialah wanita yang ia cari selama bertahun-tahun?"Apa Ibu pernah melahirkan seorang anak lelaki?"Han kembali melempar pertanyaan untuk mematahkan tanya dalam hatinya. Sementara itu, wajah Seruni seketika tertuju Han."Kenapa kamu bertanya sangat detail tentang hidup saya? Apakah penting untukmu?""Penting Bu. Sangat penting, tolong jawab dengan jujur. Apa Ibu pernah melahirkan seorang anak lelaki ke dunia ini?"Seruni yang merasa pertanyaan itu menganggu ketenangan batinnya, mencoba memaksakan diri untuk menjawab."Iya, pernah.""Apa Ibu melahirkan anak itu di penjara?"Dua netra Seruni melotot, lalu menunduk. Ia terdiam beberapa waktu."Bu."Sentuhan tangan Han di pundaknya membuat Seruni tercekat."Iya."Seruni tampak

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   50. Mencoba Setia

    Udah siap mandi ya, Bi?" tanya Ze pada suaminya yang baru keluar dari kamar mandi."Udah Sayang, kenapa?""Tolongin Umi bentar. Pasang kancing bagian belakang ini."Ze menunjuk punggungnya. Dia kini memakai gamis dengan model kancing di belakang."Iya, Sayang. Bentar, ya."Abi meletakkan handuk pada gantungan dan berjalan mendekati sang istri. Ia mengepaskan dua sisi baju Ze yang terbuka untuk memudahkan mengancingnya. Tapi pemandangan di depan mata, membuatnya berhenti bergerak."Kok nggak dikancing, Bi?" tanya Ze melihat suaminya tak melakukan apa yang dia pinta."Nggak, Abi cuma sedang mengagumi kemulusan kulit istri Abi ini."Ze tersenyum melihat suaminya suka sekali memuji padahal usia sudah tak lagi muda."Pandainya Abi merayu, ayo katakan Abi pengen apa?""Abi nggak sedang merayu, Sayang. Kenyataannya memang begitu."Sang suami sudah selesai memasang kancing. Dia kini memeluk sang istri dari belakang."Coba Umi lihat wajah di cermin."Pandangan mereka saling bertemu pada cermin

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   49. Suami Adopsi

    "Dia bukan anak kami, Bu. Han adalah anak yang kami adopsi."Inilah nasibku menikah dengan lelaki yang tidak jelas siapa ibu dan ayah kandungnya. Tapi beginilah takdir, tidak boleh menyerah apalagi membatalkan karena ijab Qabul sudah terlanjur diucapkan.Dari awal, aku memang sempat menolak menikah dengan suamiku sekarang karena pertama aku tahu di masa mudanya dia bukan pemuda baik-baik. Dia bahkan pernah kedapatan sedang bercumbu dengan pacarnya di dalam mobil. Kedua, karena aku punya kriteria calon suami yang sangat kuidamkan semenjak dahulu. Seminimal Gus Ahmad, dosen Bahasa Arab atau Ustadz Rafiq yang memegang mata kuliah hadist.Tapi kenyataannya, yang menjadi suamiku hanya seorang Han. Yang pernah bersekolah di Al Azhar, tapi kemudian berhenti dan pindah ke jurusan lain di fakultas lain pula.Tapi Umi bilang Han yang sekarang sudah lebih baik, ia bahkan lulusan fakultas terbaik yang ada di Malaysia. Mau menolak gimanapun juga nggak mungkin, perjodohan ini bahkan sudah terjadi s

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   48. Rahasia Takdir

    Bu Margareth mengemasi semua pakaian, esok adalah hari keberangkatan mereka sekeluarga ke negeri Arab. Wanita itu membuka lemari pakaian suaminya. Tak semua pakaian di bawa ke Qatar sewaktu keberangkatan pertama Albert, dan rencananya kali ini lelaki itu meminta sang istri untuk memasukkan semua pakaiannya tanpa menyisakan satu pun.Wanita paruh baya tersebut sudah selesai melakukan pekerjaannya, hanya bersisa berkas di dalam laci lemari. Sebenarnya Pak Albert tak meminta istrinya untuk membereskan laci tersebut, tapi entah kenapa Bu Margareth justru tak enak hati menyisakan satu tempat di dalam lemari.Hingga tangaannya ia gerakkan untuk membuka tempat itu.Tidak banyak berkas, hanya beberapa kartu ucapan dari Bu Margareth dulu setiap kali mereka merayakan anniversary dan ulang tahun. Selebihnya cuma kertas tak jelas dan sebuah amplop kecil yang membuat wanita itu sedikit penasaran.Ia mengulurkan tangan untuk membuka amplop tersebut. Dua netra Bu Margareth mendelik. Isinya adalah se

  • Bilik Lain di Hati Suamiku   47. Perjodohan

    "Anak Ibu diculik?" tanya Bu Margareth penasaran.Seruni terdiam sejenak, rasanya enggan jujur. Sebab ini adalah masalah yang begitu privasi untuk ia bagi pada siapapun. Tapi melihat ketulusan Ibu Margareth, rasanya tak adil Seruni menipunya."Saya ini mantan narapidana, Bu."Bu Margareth terhenyak, sedikit ketakutan karena pikiran buruk seketika menerpa. Apa yang menyebabkan wanita di hadapannya ini masuk penjara? Benar-benar Bu Margareth ingin segera keluar dari rumah itu.Seruni yang mendapati wajah Ibu Margareth tiba-tiba berubah, segera menjelaskan perkara yang menimpanya dahulu. Tentang kenapa ia sampai mendekam di balik jeruji besi.Panjang lebar Seruni bercerita membuat Ibunda Han menarik napas berat."Sangat berat beban yang menimpa Ibu, tapi saya salut karena Ibu bisa bertahan sejauh ini."Seruni menyunggingkan selarik senyum dengan terpaksa. Nyatanya ia memang kelihatan tegar, tapi sebenarnya dirinya cukup rapuh. Siang malam yang ada di pikiran selama sepuluh tahun di penja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status