Pria Idaman Lain?Farah menyusul Raka dan Bapak mertuanya, kebakaran telah terjadi jam menunjukkan pukul 10 malam. Warga berbondong-bondong berlari kearah rumah Retno untuk membantu memadamkan api, terdengar suara sirine mobil pemadam kebakaran datang. Semua tenaga di kerahkan untuk memadamkan api, yang telah melahap separuh rumah. Tampak Retno menangis tidak jauh dari lokasi rumahnya, para tetangga mencoba menenangkan dirinya. "Ibu dan Gita gak apa-apa kan?" Dahlan mendekati Retno, yang masih shock dengan kejadian itu. "Pak, rumah kita udah kebakar. Gimana ini Pak, Ibu dan Gita mau tinggal di mana lagi!" isak Retno menangis di pelukan Dahlan sang suami. Dahlan mengusap pundak Retno, agar meredakan tangisannya."Nanti itu bisa kita pikirkan, yang penting api itu padam dulu. Dan Ibu sama Gita gak terluka itu paling penting," ucap Dahlan, yang masih penuh kepedulian pada anak dan istrinya namun mereka berdua selalu saja membantah. "Gita ada di rumah Mbak Rahayu, dia tadi pingsan P
Hampir TerungkapRetno mulai terisak, ia menangis."Mulai deh air mata palsunya di keluarkan! Sudah hapal aku sama sifatmu, jika sudah tersudut nangis!" cerca Saidah yang merasa muak melihat Retno mengeluarkan jurus andalannya."Aku sakit hati di tuduh seperti ini," ujar Retno di sela tangisan nya."Tidak ada yang menuduhmu, ini sudah jelas. Di video itu kamu sedang bermesraan dengan pria lain! Bu, kali ini jujur sama Bapak, siapa pria itu kenapa Ibu di kasih uang olehnya bahkan kalian terlihat mesra!" ujar Dahlan."Dia hanya teman Ibu, kami baru bertemu kembali saat itu. Ibu hanya meminjam uangnya, ini juga semua karena Bapak yang lepas tangan akan masalah terjadi. Ibu terlilit hutang Bapak tidak mau membantu, ya sudah Ibu minta tolong saja padanya!" ucap Retno berkilah, kini justru balik menyudutkan suaminya. "Semua ini terjadi karena Gita, kemana suamimu itu Git? Apakah dia tidak mau membayar semua hutang," tanya Dahlan pada Gita."Gita juga tidak tahu dia ada dimana! Tiap di tele
Di Buat Miskin"Kita tunggu dulu Far sampai 10 menit mereka di dalam, jika mereka memang melakukannya kena mental Ibu mertua kita saat di grebek nanti!" ucap Stella."Ok Stell, kita tunggu di sini! Aku juga sudah menghubungi Bang Raka untuk menyusul dengan Bapak," jawab Farah.Stella mengangguk, ini akan menjadi hal yang seru saat Retno di grebek sedang nananina bukan dengan muhrimnya, bahkan saat usia mereka tidak muda lagi. **Setelah menunggu untuk beberapa waktu, Stella mengetuk pintu kamar yang menjadi tempat Retno bersama prianya itu. Tok... Tok... Stella mengetuk namun belum ada respon dari dalam, kemudian ia mengulangi lagi. "Farah, di mana Ibu?" Raka baru saja datang bersama Dahlan. "Sedang di dalam kamar itu!" Farah menunjuk kamar Retno, di sana ada Stella yang sedang mengetuk pintu. "Astagfirullah Ibu, apa yang ia perbuat," ucap Dahlan, tak menyangka istrinya akan berbuat sejauh ini. Pintu akhirnya terbuka, Pria itu yang membukanya. "Ada apa Mbak?" tanya pria berkumi
Pria Tampan Untuk GitaRetno dan Junaedi menuju rumah kedua milik pria itu."Kamu bod*h Jun, masa hartamu di rong-rong sama Ammy, kamu tidak tahu!" ujar Retno sinis, kini perasaan nya kacau balau mengetahui kecerdikan Ammy. Pasti wanita itu sedang berfoya-foya dengan uang yang ia dapatkan, sedangkan Retno belum mendapatkan apapun. Tinggal di rumah mewah itu juga gagal, apes! Begitulah pikir Retno, ia ketiban apesnya Junaedi. "Jangan lancang kamu ya, bilang aku bod*h..!" ucap Junaedi memarahi Retno. Retno memutar bola matanya malas, menanggapi ucapan Junaedi barusan. Di dalam perjalanan pikiran berkecamuk, beruntung jika rumah Junaedi masih selamat namun jika sudah di jual oleh Ammy juga, bisa apes dua kali dia. Sedangkan untuk balik ke Dahlan, pasti dia akan malu.Setibanya di rumah itu, Junaedi keluar dari dalam mobil dan mencoba membuka pacar rumah yang cukup rendah. Kemudian ia mencoba membuka pintu menggunakan kunci yang ia punyai, namun kuncinya tidak berfungsi.Tak berapa la
Kehamilan Farah, Mala Petaka Retno"Terlambat aku sudah terlanjur sakit hati!" Ozan akan melakukan aksi nya namun Gita menendang bagian sensitif tubuh Ozan dan mencoba berlari dari terkaman pria itu, ia bak serigala yang lapar. Ozan dengan cepat mengejar Gita, namun Gita berlari dengan cepat dan berhasil mencapai pintu depan."Mau kemana? Pintunya aku kunci!" ujar Ozan menyeringai.Gita mengambil botol yang tergeletak di lantai, dan memecah kaca depan rumah Ozan. Setelah berhasil memecah dia melempar botol itu kearah wajah Ozan, Gita berhasil keluar, walaupun kakinya terluka tertusuk pecahan beling.Gita mencabut beling itu, darah segar mengalir dari telapak kakinya. Dengan menahan perih Gita tetap berlari sebisa mungkin, Ozan menyusulnya saat berada di pagar namun Gita berteriak."Tolong.... Tolong...!" teriakan Gita memancing perhatian warga sekitar, dan menghampiri mereka berdua."Ada apa Mbak?" tanya seorang warga."Dia mau memperkos* saya! Tolong Pak..!" ujar Gita.Ozan seketika
Semua mendapat bagianPOV FarahBapak terduduk lemas, menunggu operasi yang Ibu mertuaku jalani, bagaimana pun ia berharap agar operasi itu berhasil."Bagaimana keadaan Ibu?" tanya Stella padaku, ia datang sendirian karena katanya Julian masih bekerja dan tak bisa di tinggalkan sedangkan Bianca ia titipkan pada orangtuanya. "Ibu harus di operasi, karena mengalami pendarahan otak," jawabku."Aku yakin ini karma untuknya!" ujar Stella lirih.Aku melirik pada Stella, tampak ia biasa saja tak ada kesedihan yang ia tunjukkan. Mungkin karena Ibu yang seperti itu, apalagi setelah kejadian di hotel yang membuat kami semua marah dan jijik melihat Ibu.Baru saja kemarin ia bilang akan menikah dengan selingkuhan nya, yaitu ayah kandung Gita tapi hari ini Ibu kecelakaan dan pria itu tak ada bersamanya. Apa yang terjadi di antara mereka? Semua kacau, terlalu banyak masalah yang terjadi. Aku ingin ketenangan bukan masalah terus menerus seperti ini. "Far," Bang Raka menghampiriku sambil menyerah
Anna berubah?Anna berniat melepas alat bantu pernafasan Retno, ia takut jika Retno nanti menuntutnya."Bod*h banget aku bisa keliru! Andai saja tadi aku tidak bicara pada Farah, aku kira dia mengetahui tentang itu, ternyata tidak!" gerutu Anna.Krieett.... Pintu terbuka. "Hayo Anna, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Stella, masuk kedalam ruangan itu."Aku gak ngelakuin apapun kok, cuma mau lihat keadaan Ibu saja!" jawab Anna, mengelak. Stella melipat kedua tangan ya di dada."Pembohong, aku tau apa yang akan kamu lakukan. Kamu mau mencelakai Ibu mertua kita bukan?" ledek Stella, ia seakan tahu apa yang akan Anna lakukan. Tentu saja Stella hapal dengan sikap Anna, dulu mereka sangat dekat. "Kamu mau melepas alat bantu pernafasan itu kan?" Stella menyenggol bahu Anna. "Enggak kok!" sahut Anna terbata."Aku juga sudah mendengar pembicaraanmu dengan Farah, tadi!" bisik Stella lirih. Ucapan Stella barusan sukses membuat mata Anna membulat sempurna, ia apes ketahuan oleh Stella. "Das
Gita menjadi baik?"Udah Pak, penjara in aja dia. Gak yakin aku dia bakal bayar kali ini!" ujar Angga memandang sinis Gita. "Jika aku di penjara, uang kalian bakal gak balik!" sahut Gita."Aku lebih ikhlas, kehilangan uang dan melihat kamu di penjara setidaknya aku puas!" ujar Angga, yang membuat Gita terdiam. Gita beranjak dari duduknya, dan bersimpuh di kaki Angga."Tolong kali ini beri aku kesempatan, pasti aku akan bayar jangan laporkan ke polisi lagi," Gita memohon, agar Annga mengasihani dirinya. "Jangan terpancing muka melasnya itu, pasti dia bohong dan bisa kabur!" cerca Cindy menatap Gita tajam. Gita tertegun melihat tatapan semua orang yang kini di hadapannya, seakan akan ingin melahapnya bulat-bulat. Julian datang menyusul Gita, ia melihat adik bungsunya sedang bersimpuh di kaki Angga, pemilik catering. "Bang, tolongin Gita," Gita merengek menghampiri Julian, ketika tahu Abangnya itu datang menyusul. "Apalagi sih ini Git? Masalah terus yang kamu perbuat!" bukan memb
Ending Season 2Julian memberikan semua pernyataan dan bukti pada petugas polisi yang akan menangani kasusnya. Dia juga membawa Marco sebagai saksi, walaupun Julian harus mengeluarkan biaya untuk mengurus kasusnya ini. Julian mengirim fotonya saat berada di kantor polisi, pada Indri. Ia tersenyum puas karena wanita itu pasti akan ketakutan. Indri yang sedang berada di dalam kamar melihat pesan dari Julian, dengan cepat dia membuka pesan itu dan ternyata foto di mana Julian sedang berada di kantor polisi, sedang membuat laporan atas dirinya.Indri menggigit bibir bawahnya, benar saja Indri ketakutan dan cemas karena Julian tidak main-main dengan ancamannya."Aku tidak mau masuk penjara dan menyusul, Mas Wahyu. Bagaimana ini?" gumam Indri menggeleng, berharap yang terjadi hanya mimpi.**** Julian menelepon Stella. Dan mengabarkan jika dia sudah melaporkan Indri."Hati-hati, kamu Mas. Takut aja dia nanti dendam denganmu, dan berbuat hal yang diluar batas wajar!" Stella memperingatkan s
Diberi Efek Jera"Mbak, maaf ya kesalahanku dulu. Memang keterlaluan," ucap Gita saat Anggun memoles wajahnya."Iya, maafin aku juga ya. Sudah bicara lancang," ujar Anggun. Tadi dia sangat emosional saat melihat Gita.Kejadian dulu memanglah sangat sulit di lupakan. Tapi Semua uang itu sudah di lunasi Julian. Gita juga sudah mengetahuinya sekarang. Setelah semuanya siapa, mereka pun berfoto keluarga. Kini semua menjadi akur, dan Yasmine semakin sayang pada anak sambung dan menantunya. Keakraban ini yang di inginkan Amanda, anak sambung Yasmine. Dari dulu mereka selalu berseteru tiap kali bertemu. **Julian masuk kantor pagi itu, semua karyawan menatap nya dengan aneh. Bahkan beberapa memandang seakan jijik melihat dirinya. Julian menjadi risih dengan tatapan mereka."Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" batinnya, namun Julian berusaha menghiraukan semua itu. Ia menuju meja kerja. Marco temannya menghampiri dan memanggil Julian. "Emang bener ya, gosip yang sedang beredar saat in
Bertemu Lagi"Karena kemarin telah jahat sama kamu, Umi sudah mendapat balasannya , dan benar-benar menyesal, malu padamu," sesal Yasmine. "Gita sudah memaafkan Umi, jangan bersedih lagi ya," Yasmine menggenggam tangan Gita dan memeluk menantu yang selama ini ia sia-siakan. Retno merasa terharu, dengan yang ia lihat kini. Sama dengannya dulu, bahkan ia lebih parah dari Yasmine. Semua orang bisa berubah karena kejadian dan pelajaran dalam hidup. Seperti yang di rasakan juga oleh Gita. Semua orang menganggap jika dia beruntung, menikah dengan Azmi. Yang kaya, mapan, tampan dan juga pandai. Tapi mereka tida tahu, kepahitan yang Gita rasakan, hidup tidak selalu mudah banyak kerikil yang harus di lalui. Semua pengalaman menjadi pembelajaran agar lebih hati-hati mengambil keputusan di masa mendatang. **Amelia berteriak dan menangis, saat mengetahui kakinya patah. "Kenapa kakiku patah, aku tidak bisa berjalan lagi! Ini semua karena Tante Yasmine membuatku kecelakaan!" rutuknya. Suci
PenyesalanMobil melaju membelah jalan yang sunyi, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang Yasmine terus terngiang-ngiang dengan keadaan Amelia tadi, membuatnya menjadi cemas. Akhirnya mereka sampai di rumah.Pagar dibuka, mobil melaju masuk ke halaman rumah mewah itu."Bu Yasmine, sudah pulang," ujar security yang melihat Yasmine keluar dari dalam mobil."Semua orang khawatir mencari Ibu," ujarnya kembali."Di mana suami, saya?" tanya Yasmine."Bapak sedang keluar bersama den Azmi," ucap Mukhlis."Kamu bisa menghubungi Bapakkan dan mengabari jika saya sudah pulang. Agar mereka tidak khawatir," pinta Yasmine karena ponselnya sudah dibuang oleh Suci. "Baik, Bu," jawab Mukhlis kemudian ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat, menghubungi Hanafi untuk mengabarkan kepulangan Yasmine. "Bu Yasmine, sudah pulang Pak, keadaannya baik-baik saja. Baik Pak," jawab Mukhlis saat berbincang di sambungan telepon bersama Hanafi.Farah dan Stella mengantarkan Yasmine hingga ke dalam rumahnya.
Butuh Juga Kan.Hanafi mulai merasa khawatir dengan Yasmine istrinya. Tidak ada kabar, nomornya tidak aktif. Tidak biasanya Yasmine seperti ini, menghilang tanpa kabar.Karena rasa gundah yang tidak tertahan, Hanafi memerintahkan beberapa bodyguardnya untuk mencari keberadaan Yasmine. Terkahir kali yang dia tahu, istrimu pergi ke sebuah restoran bertemu dengan Amelia dan Suci.Hanafi juga mengirim pesan pada Azmi karena keresahannya. "Abi, ada apa?" Amanda menghampiri Hanafi, dia baru saja tiba karena memang ingin menemui Abinya. "Umi, belum pulang dari tadi siang. Abi sangat khawatir!" jelas Hanafi."Umi kan, emang sering pergi seharian udah biasa. Abi jangan khawatir berlebihan," ucap Amanda yang hafal dengan kebiasaan Yasmine. "Tapi kali ini feeling Abi merasakan firasat yang buruk. Takut terjadi sesuatu hal buruk pada Umi," Hanafi duduk di sofa dan mencoba berpikir positif tapi ia tak bisa.Amanda yang melihat Abi nya menjadi gusar, ikut merasa sedih. Dia berjalan ke dapur meng
TertangkapYasmine merekam semua kejadian yang ia saksikan, ia menyesal? Terlambat sudah, orang yang selama ini dia percaya bahkan ingin ia jodohkan dengan putranya adalah pencuri. Suci dan Amelia dalang di balik perampokan itu. Mereka ternyata sangat cerdik, dan culas. Pantas saja perampok itu sangat tahu seluk beluk rumah Yasmine. Karena ia sudah di latih oleh Suci."Picik..!" gumam Yasmine masih tak habis pikir.Yasmine tak sengaja menyenggol batu dan menimbulkan suara, reflek mereka bertiga menatap kearah Yasmine bersembunyi. "Siapa..!" teriak Suci.Yasmine panik, tak sadar ia bangkit dan mencoba lari. Tempat itu sepi, dan gang nya lumayan sempit. Susah payah Yasmine berlari agar tidak ketahuan oleh mereka."Ma, itu Tante Yasmine!" ujar Amelia panik."Kamu diam saja, cepat kejar dia!" perintah Suci pada pria beralis tebal. "Jika dia lolos, kita semua yang akan masuk penjara!" ujar Suci kembali. Pria itu segera berlari mengejar kemana arah Yasmine tadi. "Kita ketahuan, Ma! Hil
Biang MasalahAmelia menjadi salah tingkah, dengan tatapan Yasmine. Suci yaitu Mama Amelia mengusap tengkuknya, ia tak berani menatap Yasmine. "Apa kalian tahu pelaku perampokan di rumahku?" "Tidak tahu Tante, bagaiamana mungkin kami mengetahuinya. Tante tanya saja pada Polisi apakah mereka sudah menangkap pelaku!" ujar Amelia.Pelaku perampokan itu sulit di lacak. Apalagi kamera cctv di rumah Yasmine, seperti sengaja di matikan oleh pelaku. Mereka pelaku perampokan itu seakan mengetahui seluk beluk rumah Yasmine. Yasmine menyesap minumannya, sambil menatap lekat Ibu dan anak itu. Dia tak mempunyai bukti untuk menuduh mereka. "Oiya besok malam ada acara peresmian restauran baru suamiku, kalian hadir ya," ucap Yasmine mengundang Amelia dan Suci."Pasti kita hadir, dan selalu mendukungmu," jawab Suci."Mas Azmi juga datang, Tante?" tanya Amelia seperti mempunyai peluang bertemu Azmi. "Dia juga Tante undang, pasti dia datang," ujar Yasmine."Nanti dia datang bersama Gita, aku cembur
Apakah Kamu Pelakunya"Tidak usah berteriak, Umi. Aku ada di sini!" Gita baru saja kembali, dari toko."Kamu, beraninya mengusir Amelia! Berarti kamu memang mau mencari masalah dengan, Umi!" ujar Yasmine, dengan tatapan mengancam. "Yang kulakukan tidak salah, wanita itu memang pantas kuusir! Karena dia benalu pada rumah tanggaku dan Mas Azmi! Umi jangan tutup mata dari kebenaran!" ujar Gita.Yasmine tertegun, Gita begitu berani menjawabnya kini. "Lihat Azmi, istrimu ini apa yang bisa di banggakan darinya. Mandul, bahkan kini berani melawan Umi!" adu Yasmine, berusaha mengadu domba Azmi dan Gita. "Jaga ucapan Umi!" ujar Azmi yang tidak terima dengan ucapan Uminya, yang mengatai Gita mandul. "Tampaknya Ibu salah jika bicara seperti itu!" sahut Gita."Apa maksudmu, diam kau! Gara-gara kamu Azmi tak mau menuruti perkataanku lagi!" ucap Yasmine memarahi Gita.Namun Gita tak peduli dengan kemarahan Yasmine, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Gita tampak mencari sesuatu, dan mengan
Kau Pikir Aku Takut?Yasmine mengalami perampokan, namun anehnya rumahnya tidak dibobol. Dan semua barang berharga yang ia simpan telah diambil oleh pencuri itu, bagaimana bisa pencuri itu mengetahui semua letak barangnya dan seluk-beluk rumahnya. Pasti pelakunya adalah orang dalam, begitu pikir Yasmine. "Ada penghianat di rumah ini!" ujar Yasmine.Yasmine memanggil semua pekerja di rumahnya, mereka tidak tahu kejadian saat itu, kejadian tengah malam dan mereka tengah tertidur. Yasmine juga sudah melaporkan kejadian ini pada polisi, dan sedang diusut."Bagaimana bisa kalian tidak mendengar, ada seseorang yang mengambil barang di rumah ini!" bentak Yasmine pada para pekerja nya. "Sumpah, saya tidak tahu, Nyonya," jawab salah satu ART.Sedangkan semalam, Yasmine tidak pulang ke rumah. Ia menginap di sebuah hotel setelah menghadiri acara yang ia hadiri, bersama Azmi dan suaminya.Semua barang berharganya hilang, Yasmine merasa seluruh tubuhnya lemas, tentu saja semua barang itu berhar