Share

BARA

Penulis: Channa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 21:13:37

Cakrawala malam ini sangat hitam. Tak ada gemintang yang menampilkan setitik terang. Adimas dan pasukannya telah siaga di tempat masing-masing. Kali ini, ia yang akan turun tangan langsung untuk menghabisi nyawa orang yang telah berani-beraninya mendekati Andini.

Tempat persembunyian Bara cukup jauh dari permukiman penduduk. Butuh waktu sekitar lima belas menit berjalan kaki untuk tiba di sana. Tak ada jalan bagi kendaraan untuk masuk.

“10 menit lagi kita akan masuk, harap bersiap! Semuanya mesti siaga!” perintah Adimas.

Setelah semuanya siap, penyergapan langsung dilakukan. Mereka berjalan perlahan dengan derap langkah yang nyaris tak terdengar. Adimas memimpin langsung, menjadi garda paling depan dalam penyerangan ini.

Tubuh Adimas telah dikenakan rompi anti peluru. Revolver kesayangannya telah menggantung di ban pinggang.

Suara jangkrik menjadi latar musik perjalanan mereka. Tak ada orang yang lewat, hanya alang-alang dan pohon yang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Between Revenge and Love   RUANG BAWAH TANAH

    Lewat jalan setapak yang tertutup gulma setinggi tubuhnya, Liam mencari-cari kemana mobil Wrangler dan moge hitam itu berhenti. Suara menapak kakinya beradu dengan gemerisik rumput-rumput dan kerikil yang terinjak alas kakinya. Ia bertekad akan terus berjalan sampai ia menemukan mereka.Makin menyusuri, makin ia mengetahui kalau wilayah Adimas sangat luas dan tidak terduga. Berderet pohon sengon di sepanjang wilayah itu.Pencariannya terhenti ketika ia melihat mobil Wrangler hitam itu terparkir di depan sebuah bangunan kecil berbentuk toilet. Nampak Sardi sedang berdiri di depan kap mobil tersebut seolah mengunggu sesuatu.Tak lama kemudian, muncul dua orang dari bangunan kecil itu dan seraya membawa karung yang entah berisi apa, lalu memasukkannya ke dalam mobil.“Apa yang mereka lakukan di sana?” Liam bertanya-tanya sendiri. Kebetulan, ia mengantongi ponsel di sakunya. Ia segera mengambil ponsel itu dan berusaha menyampaikan informasi terseb

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Between Revenge and Love   TITIK TERANG

    Pagi-pagi sekali, Liam dan Samuel terjaga bersama. Samuel merentangkan tubuhnya untuk merelaksasikan otot-otot diselingi dengan mulutnya yang menguap.“Ah, segarnya tubuh ini!” Samuel beranjak dari kasur. Ia menyatukan kedua telapak tangannya, kemudian merentangkan lengannya sejurus dengan dada.“Bagaimana tidurmu, nyenyak?” tanya Liam. Matanya menerawang kedua mata Samuel saat pandangan mereka bertemu.“Tentu saja. Bagaimana denganmu?”“Semalam terbangun dan sempat keluar untuk buang air.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Liam mengawasi dan memperhatikan ekspresi yang muncul dari wajah Samuel.“Benarkah? Saya tidak tahu sama sekali. Apa kau tidak nyaman karena satu kamar dengan orang asing?”“Mungkin,” jawab Liam sambil menampilkan seutas senyum tipis pada bibirnya.“Saya harap kita bisa menjadi rekan kerja dan teman yang baik,&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Between Revenge and Love   MENANTU IDAMAN

    Range Rover Evoque keluaran terbaru terhenti di garasi depan rumah Adimas. Mobil kelas premium yang tak pernah bisa dimiliki oleh kalangan menengah ke bawah dapat dengan mudah dibeli oleh mereka yang memiliki segalanya termasuk Adimas.“Mobil siapakah itu?” ucap Tama kepada Liam, Dave, dan Hendri. Kebetulan mereka berempat sedang berkumpul di bangku taman depan halaman. Hendri yang biasanya membuntuti kemana saja Samuel berada, kali ini tak melakukan kegiatannya tersebut.“Yang pasti bukan mobil kita,” jelas Dave dengan tatapan terpesona. Kilau dari badan mobil tersebut membuatnya ingin cepat-cepat menjadi kaya seperti mencuri uang negara atau menjual narkoba. “Kapan ya kita bisa memiliki mobil seperti itu?”“Kalau mau berusaha, pasti kita bisa memilikinya,” kata Hendri. “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Beberapa tahun kemudian, aku pasti akan memilikinya!”“Jelas, itu sudah terba

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Between Revenge and Love   RAGU-RAGU

    Setelah beristirahat beberapa jam, Lukman terbangun dari tidurnya. Rasa kantuk belum sepenuhnya hilang. Lebih dari dua puluh empat jam dirinya terjaga dan tak sempat untuk terlelap walau sebentar saja.Kedua tangannya direntangkan semaksimal mungkin. Otot-otot pada tubuhnya masih terasa kaku. Perjalanan yang ia lakukan selama di Jambi dan rute perjalananan yang tak bersahabat membuat seluruh tubuhnya menjadi tegang.Kepalanya pun masih terasa sakit. Berada di medan yang asing baginya adalah pekerjaan yang cukup melelahkan. Namun, semua kerja kerasnya itu terbayar saat ia berhasil mencari lahan ganja milik Bara dan memperluas usaha Adimas.“Bagaimana istirahatmu?” tanya Adimas seraya memberikan gelas champagne berisi wine kepada Lukman.“Lumayan mengembalikan tenaga, Bang. Terlebih kalau ditambah ini,” Lukman mengangkat gelas champagne yang baru saja diterimanya sejajar dengan matanya. Ia menyesap wine itu dengan sek

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • Between Revenge and Love   BEBAS

    Liam menghela napasnya dalam-dalam. Ia akhirnya bisa kembali pulang ke indekosnya. Setelah lebih dari sebulan seperti berada di penjara, ia bebas juga. Kondisi di tubuhnya telah membaik. Selain itu, bobot tubuhnya pun bertambah cukup banyak.Apa yang bisa dilakukan oleh mereka yang mengalami cidera selain berbaring dan bersantai-santai? Tak ada. Oleh karena itu, bersantai sebulan lebih membuatnya naik hingga enam kilogram.Liam yang dulu kurus, sekarang nyaris tak terlihat lagi. Perutnya yang semula cekung, kini telah rata dan siap untuk ditempa dengan olahraga.“Liam, saya harap kamu jangan dulu melakukan kegiatan yang memerlukan banyak tenaga. Meski hasil rontgen membuktikan keadaan rusukmu telah membaik, tolong tetap beri waktu lebih untuk tubuhmu melakukan recovery,” ucap dr. Anthony.“Baik, Dok. Saya mengucapkan terima kasih karena telah bersedia untuk mengobati saya sampai tuntas.”“Sama-sama,

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15
  • Between Revenge and Love   ORANG TAK DIHARAPKAN

    Hari ini adalah hari pertama Andini berangkat kuliah. Setelah melalui pertengkaran yang hebat dengan Lukman, akhirnya ia bersedia untuk kembali belajar dan memulai semuanya dari nol.Karena kejadian waktu itu, suasana di mobil menjadi hening. Andini tak berniat untuk membuka suaranya. Ia membuang pandangannya ke luar jendela. Hal serupa juga dilakukan oleh Liam. Ia tak peduli jika Andini marah karena keteguhannya.Bagi Liam, perasaan adalah penghalang baginya untuk membalas dendam. Lagipula, di sana ia tidak bisa melakukan apa pun. Tak ada kartu akses ke pabrik sabu yang dipikirnya bisa dicapainya dengan mudah. Ia juga tak bisa sembarang menggunakan jaringan publik karena segala isi di ponselnya bisa diretas kapan saja oleh orang-orang Adimas. Ia butuh jeda untuk berpikir dan melancarkan sebuah rencana.Setibanya mobil mereka terparkir di lapangan, tanpa basa-basi, Andini langsung bergegas keluar dan menutup pintu mobil dengan sedikit bantingan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Between Revenge and Love   MASA LALU YANG SELESAI

    “Andini!” Michelle berhasil menghentikan langkah Andini yang tergesa-gesa meninggalkan kelas. Tiga kali ia menyebut nama itu, hingga akhirnya pemilik nama itu mau menghentikan langkahnya dan diam di tempat untuk beberapa saat.Michelle segera menghampirinya. Perempuan itu berkulit putih, rambutnya lurus sepinggang dengan poni menyamping ke sebelah kiri. Badannya sangat ramping seperti model-model yang sering wara-wiri di televisi.“An.. Bisa kita bicara sebentar?” tanya Michelle lembut.Andini masih diam di tempat. Tubuhnya seketika tak memiliki nyali untuk melakukan tepat seperti apa yang dikatakan Liam sebelumnya. Sebuah genggaman lembut dirasakan Andini saat ia masih gamang untuk menjawab suara Michelle dan menghadapi kenyataan yang ada.“Michelle yang sekarang bukan Michelle yang dulu kamu kenal dan menghancurkan masa sekolahmu, An.” Michelle mengucapkannya dengan suara terpatah-patah. Dari suara itu, Andini harusny

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Between Revenge and Love   PANTAI

    Andini tak mampu menutupi kegirangan yang nampak pada wajahnya. Berjalan di atas hamparan pasir yang luas dengan bertelanjak kaki, membuat dirinya seolah bebas dan tidak terikat dengan apa pun.Ia berlarian tanpa malu-malu. Pasir-pasir yang menjadi alas kakinya seakan menggelitik dan membuatnya kembali menjadi anak kecil. Anak kecil yang mudah bahagia dan tertawa karena hal sederhana.Setelah puas berlarian, ia memejamkan kedua matanya. Kemudian, kedua tangannya direntangkan dan tubuhnya berputar-putar sambil merasakan hembusan angin yang berbisik di telinga.“Mama, aku seperti kembali ke masa lalu,” katanya dalam hati. Euforia yang ia rasakan saat ini, membuatnya seperti menjadi Andini yang lama. Andini yang begitu hangat dengan rasa antusias dan optimis akan hidup yang tidak pasti.Liam memperhatikan apa yang Andini lakukan. Ia senang karena anak kecil yang telah lama tidur di dalam diri Andini, mulai bangun dan timbul bagai

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17

Bab terbaru

  • Between Revenge and Love   PERSIMPANGAN

    Apa yang akan kau lakukan jika kejadian yang pernah menghancurkan persahabatan serta masa depan orang lain kembali terulang?Di perjalanan pulang, Michelle menyandarkan kepalanya pada kaca mobil taksi yang mengantarkannya ke rumah. Rasanya, saat ini, ia ingin memuntahkan makanan yang baru saja disantapnya tadi. Ia menyesal. Seharusnya ia mampu mengalahkan rasa penasaran itu dan membiarkan ketidaktahuannya akan perasaan Andini sebagai pecutan untuk meraih hati Liam.Pendar lampu kota tak mampu menyilaukan pandangan matanya. Matanya memang memandang ke luar jendela, namun ia tak mengamati apa pun. Pikirannya berhasil menguasai tubuh. Sepanjang perjalanan, lalu lalang kendaraan tidak mampu menghancurkan konsentrasinya.Ingatan lama itu tiba-tiba kembali berputar dengan runut.Di selasar lantai dua, Michelle remaja tersenyum senang mengamati Andini yang tengah duduk sendirian, termangu menatapi kesedihan mendalam. Kepala Andini menduduk hingga rambut lurusnya

  • Between Revenge and Love   TERULANG LAGI

    Trauma pasca penyerangan itu membuat Andini jadi takut untuk berkeliaran sendiri. Ingatannya tentang bagaimana Liam ditusuk dan disaksikan dirinya sendiri, mampu menciptakan mimpi buruk baginya.Sebelum mentari terbenam, Michelle tergopoh-gopoh mencapai ruangan di mana Liam dirawat. Pandangan kedua gadis itu bertemu. Dua gadis yang sama-sama mencintai Liam, yang saling tak mau mengalah.“Bagaimana keadaannya?” mata Michelle nanar menatap orang yang dikasihinya tak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya terjadi?”Andini menatap Michelle lekat-lekat. Jelas, tanpa diberi tahu, harusnya ia tahu tanpa perlu bertanya lebih jauh. Ia benci pertanyaan itu. Sangat membencinya. Manusia mana yang ingin dilahirkan sebagai penyebab celakanya orang lain?“Jelaskan padaku apa yang terjadi, An,” desak Michelle serius.“Perlukah aku menjelaskannya?” Andini menatap Michelle sejurus, sepasang matanya menyala tajam.“Itu kewajibanmu.”“Bagaimana jika aku tidak mau?”Keduanya bersitatap. Sama-sama meneguhkan

  • Between Revenge and Love   PECUTAN

    Iring-iringan mobil serba hitam milik Adimas menguasai jalan. Pak Ramlan begitu iba saat melihat Andini memeluk Adimas karena trauma atas apa yang terjadi. Isak tangis memenuhi seluruh ruang di mobil. Sementara Adimas, hanya bisa mengelus-elus pundak anak semata wayangnya itu. Dalam hati, dirinya begitu marah. Harga dirinya sebagai seorang ayah begitu disayat-sayat. Ia nyaris gagal melindungi anaknya.Sebetulnya, ia memang senang jika Andini menghampiri dan memeluknya. Akan tetapi, menurutnya—momen menakutkan seperti ini sangat tidak pas untuk diapresiasi. Lima menit saja ia terlambat, mungkin Hendri pun sudah merenggang nyawa. Pistol yang dipegang Hendri berhasil direbut oleh musuh entah bagaimana. Sementara Dave sudah kehabisan tenaga dan tidak kuat lagi untuk melawan.Tubuh keduanya dihiasi luka-luka saat bala bantuan tiba. Samuel, Tama, dan Liam segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Setelah mengetahui kalau Liam terlu

  • Between Revenge and Love   EGOISME YANG DIREDAM

    Sebuah peluru keluar dari selongsongnya tepat saat beberapa orang hendak memukuli Liam yang lemah terkena tusukan. Suara tembakan menggema di tengah kesunyian jalan itu. Hanya beberapa pengendara yang lewat serta melintas tanpa berani untuk turun tangan. Pengendara mana yang berani melawan para penjahat yang menyerang mereka berlima?Serentak, sepuluh manusia bertopeng yang masih tersisa urung melakukan niat mereka untuk menghabisi Liam. Hendri tidak main-main. Ia siap mengeluarkan seluruh peluru pada pistolnya jika memang itu diperlukan. Dengan terpaksa, sepuluh orang itu mundur perlahan.Dave dan Hendri yang masih sadar sepenuhnya, menghampiri Liam dan membantunya untuk berdiri. Tangan kanan Hendri masih menodongkan pistol ke arah para musuh.Nafas Liam tak beraturan, ia menahan perih dari punggung belakangnya yang terus mengeluarkan darah segar. Sekuat tenaga, dengan sisa tenaga yang ada pada dirinya, ia berupaya untuk berdiri, m

  • Between Revenge and Love   KIRIMAN

    “Apa-apaan ini! Siapa mereka?” Tama panik. Sebab, inilah kali pertama ia merasakan berada dalam situasi nyata tugasnya sebagai pengawal.Satu per satu, orang-orang berpakaian serba hitam yang lengkap dengan penutup wajah—mulai turun dari mobil sambil membawa benda tumpul dan beberapa senjata tajam. Tanpa melihat siapa di balik topeng hitam yang seragam itu, Liam jelas tahu, kalau mereka tidak hanya ingin melukai, tapi menghilangkan nyawa dengan bengisnya.“Jangan keluar dari mobil sampai saya memberikan perintah!” Liam memberikan instruksi pada Samuel. Tak lama, terlihat jelas di matanya—kepala Andini menoleh ke belakang.“An, aku pasti tidak akan membiarkanmu terluka.” Liam berjanji pada dirinya sendiri. Nyawanyalah yang akan menjadi ganti.“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Hendri dengan tatapan penuh harap. “Kita harus menyelamatkan Nona Andini b

  • Between Revenge and Love   PATAH HATI TERHEBAT

    Mata Samuel tidak dapat beralih sedetik pun. Begitu anggunnya Andini ketika turun dari kamar. Tangannya dihimpit oleh Bu Laksmi, selaras langkah mereka saat menuruni anak tangga. Kondisi Samuel lebih-lebih daripada orang yang terkena hipnotis. Ya, penampilan Andini saat ini sangat menghipnotis dirinya.Khayalan nakal Samuel mulai bermain-main di kepala. Ia membayangkan kalau tadi pagi mereka resmi menikah dan malam ini adalah malam pertama yang panjang. Tubuh Andini mendarat mulus di ranjang, lalu sampai pagi Samuel memandangi wajah orang yang dikasihinya itu dan menjadi orang pertama yang berada di sisi Andini kala ia membuka mata. Ia sangat berharap khayalannya itu bisa menjadi kenyataan.Lain halnya dengan Liam. Kala melihat penampilan Andini yang begitu memesona, justru hatinya semakin sesak—tercabik-cabik hingga nyaris menangis. Ia menyesal. Sangat menyesal. Penampilan Andini dianggapnya sebagai karma tercepat dan tersakit yang pernah dir

  • Between Revenge and Love   RIVAL

    Tama, Dave, dan Hendri telah bersiap untuk menerima undangan makan malam yang secara tidak langsung diadakan oleh penyalur jasa mereka. Pak Hasan memang memberikan undangan itu bukan sebagai pimpinan, melainkan seorang ayah yang berterima kasih pada rekan-rekan anaknya.“Aku cukup tersanjung dengan undangan yang diberikan Pak Hasan. Ah,” Tama memandang langit yang begitu luas. “kiranya undangan itu lebih daripada sekedar undangan,” katanya lagi.“Maksudmu?” Dave tidak memahami.Tama menggaruk-garuk kepalanya sambil menyeringai. Ia memang berharap lebih seperti pembagian gaji yang lebih menguntungkan pihak pekerja. Bukan lebih besar penyedia jasa yang menyalurkan mereka. “Apa kau tidak merasa kalau kita ini spesial?”“Spesial kenapa?”“Kita adalah teman sekerja Samuel, anak pertama dan calon penerus perusahaan A&B Guard. Aku yakin, pasti Pak Hasan akan meminta bantuan kepada

  • Between Revenge and Love   SEBUAH TEKAD YANG TERHALANG KEADAAN

    Andini menyadari, berharap pada orang lain hanya akan berujung pada kekecewaan. Tidak ada manusia di dunia ini yang mampu menyelesaikan masalah pada dirinya selain dirinya sendiri.“Untuk apa aku berharap pada orang lain. Ujung-ujungnya, yang kudapatkan hanyalah kekecewaan yang teramat.”Andini berucap pada diri sendiri. Saat ini, ia sedang terduduk lemas di tepi kasur dan tak berniat melakukan apa pun. Ia melirik jam dinding di kamar. Satu setengah jam lagi, Samuel akan menjemput mereka. Satu setengah jam lagi, bagi Andini, dunia sesungguhnya akan terjadi. Dunia yang sebenarnya tak diinginkannya.Menjadi tua ternyata perkara menakutkan. Seandainya saja, usianya saat ini masih merujuk pada angka belasan, mungkin ia bisa menolak dan berdalih akan menemukan pasangan hidup sendiri. Kini, usianya telah berada di penghujung dua puluh lima tahun. Sebentar lagi, satu angka akan bertambah di belakang.Ia menyesal tidak pernah bek

  • Between Revenge and Love   MEMBISU

    Sepanjang perjalanan meninggalkan kampus, Andini tak bicara satu kata pun. Fokusnya hanya menyandarkan kepala di dada Liam dan khusyuk berdoa kepada Tuhan agar waktu berhenti sementara.Sebentar lagi, hidupnya akan kosong. Sangat kosong. Seluruh pengisi di relung hatinya akan menguap percuma. Apa yang diimpikannya selama hidup, tidak ada yang berjalan dengan lancar. Hidupnya bagai sangkar. Seharusnya ia tidak perlu dilahirkan jika Tuhan tak mengizinkannya untuk memilih jalan hidup yang diingininya.Liam sesekali mencuri pandang ke arah kekasihnya itu. Sebagai lelaki, ia tidak begitu mengerti dengan perasaan wanita. Lagi pula, di hari yang sama, ia baru saja melakukan dosa besar. Hal yang selama hidupnya diharapkan kedua orang tuanya untuk tidak dilakukan. Ia memohon ampun dengan sangat. Meminta maaf sebesar-besarnya kepada kedua almarhum.Ia mengendarai mobil dengan kecepatan yang bisa dibilang cukup lambat. Untuk mendukung su

DMCA.com Protection Status