Home / Romansa / Betty da Jogja / Bab 3 : Notes Merah Jambu bagian 1

Share

Bab 3 : Notes Merah Jambu bagian 1

Author: sikutubuku
last update Last Updated: 2021-09-28 12:11:53

NOTES MERAH JAMBU

Bagian Satu

            Pagi masih menyemburatkan sisa fajar. Keremangan malam masih berbayang dengan pendaran berbagai lampu jalan. Subuh pun belum lama berselang. Tetapi langkah Menul sudah begitu mantapnya meninggalkan tempat kosnya. Menul harus berpacu dengan waktu agar bisa memastikan kalau notes merah jambunya masih di tempat semula. Atau paling tidak dia masih bisa menemukannya di ruangan Andre. Semalaman Menul memanjatkan doa agar Andre tidak membuka notes itu atau Andre tidak membuangnya begitu tahu isi di dalamnya.

Kalau saja Menul tahu akan sangat menderita sepanjang malamnya, Menul lebih memilih untuk menunggu sampai Andre pulang dan mengambil kembali notes itu. Tetapi ketakutan Menul akan kemarahan Andre saat dia tahu Menul sering keluar masuk ke ruangannya di luar jam kerja telah membuat Menul mengabaikan kekhawatiran pada notes merah jambunya. Menul tidak ingin mendapat masalah karena notes itu. Apalagi kalau sampai di pecat. Makanya, Menul lebih memilih untuk bergegas pulang.

            “Mudah-mudahan saja Pak Andre belum membuka notes itu.”

Menul mencoba menenangkan diri dengan sebuah harapan. Meski dia yakin kalau notes merah jambu itu akan menarik perhatian Andre untuk membuka, mengambil atau membuangnya, tetapi Menul tetap saja menyanjungkan sebuah pengharapan. Menul berharap Andre tidak pernah menyadari akan keberadaan notes itu sehingga notes itu aman dari jamahan tangan Andre. Atau kalau pun dia mengambilnya, Menul berharap Andre akan langsung membuangnya. Menul tidak berharap Andre membukanya atau bahkan membacanya sampai tuntas. Banyak hal dipertaruhkan dalam notes itu. Termasuk perasaan cinta yang mulai bersemi di hati Menul.

            Menul mengayunkan langkahnya lebih panjang, berharap jarak dua kilo yang biasa ditempuhnya akan lebih cepat sampai. Kalau saja Dodo masih tugas di kantor, tentu Menul tidak harus segelisah itu. Dia tinggal telepon atau sms Dodo untuk mengecek keberadaan notesnya. Tapi Dodo sudah off sejak jam sepuluh malam dan diganti dengan satpam shift ketiga.

Menul masih menyalahkan dirinya, kenapa dia tidak langsung mengirim pesan ke Dodo sesaat setelah dia bisa meninggalkan kantor tanpa berpapasan dengan Andre. Tapi sejurus kemudian Menul memakluminya karena ketakutan dan kekhawatiran lebih mendominasinya. Menul tidak mau kehilangan pekerjaan. Apalagi tempat dimana dia kini bekerja adalah tempat ternyaman yang pernah dia rasakan.

            “Menuuul!”

            Menul menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Harun, teman kerja di pantri melambaikan tangan. Menul menghentikan langkahnya, saat Harun mempercepat langkahnya.

            “Mas Harun?” Menul mengernyitkan keningnya. “Ada apa pagi-pagi begini Mas sudah berada di jalan?”

“Lha aku kan memang setiap harinya berangkat jam segini Nul. Tapi ya itu, harus nganter susu kedelai ke warung-warung terlebih dulu.” Menul manggut-manggut. Meski dia sudah tahu usaha sampingan keluarga Harun adalah membuat susu kedelai, tapi dia belum pernah bertemu Harun sepagi itu.

“Kamu sendiri kenapa pagi-pagi gini sudah berangkat kerja? Tumben banget.” Menul tercekat dengan pertanyaan Harun. Tapi Menul berusaha untuk tidak merasa terusik dengan pertanyaan Harun. Dia tidak ingin Harun menyelidik dari ketidakbiasaannya itu.

“Pingin berangkat pagi saja Mas. Biar bisa banyak waktu santainya di kantor.”

“Ah, kebetulan kalau begitu. Aku butuh bantuanmu sebentar.”

“Bantuan apa Mas?”

“Tolong antarkan susu kedelai ini di warung Mbok Ijah dan warungnya Yu Kamsi. Aku sudah ditunggu oleh teman lamaku. Kamu tidak sedang buru-buru kan?”

Menul mengangguk tanda menyanggupi permintaan Harun. Meski sebenarnya dia sedang diburu waktu tapi tidak mungkin menolak permintaan Harun, orang pertama yang menerimanya dengan baik di pantri. Bahkan Harun-lah yang dengan telaten membantu Menul mengenalkan berbagai perabot dan ruangan di tempat kerjanya. Harun pula orang pertama yang tidak terganggu dengan suara bindengnya.

“Makasih ya Nul. Kamu memang selalu bisa diandalkan,” ujar Harun sambil memberikann dua kantong kresek dagangannya.

“Iya Mas. Sama-sama.”

.           Menul mengelus dada, mencoba menghadirkan keikhlasan dengan apa yang akan dijalaninya. Menul selalu percaya bahwa semua sudah ada yang mengaturnya. Kalau dia ikhlas menjalani, maka dia akan mendapat dua-duanya. Mendapat ketenangan sekaligus mendapat nilai baik di hadapan Tuhan. Menul sangat yakin kalau kebaikan sekecil apapun akan selalu menghadirkan kebaikan bagi pelakunya. Entah seketika atau harus tertahan beberapa lama. Tapi dia sangat percaya itu. Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya.

###

Anto memeriksa ruangan Andre. Sebagai satpam yang kebagian shift terakhir dia harus memastikan kalau ruangan kerja atasannya itu harus terbebas dari barang yang tidak seharusnya ada di ruangan Andre. Meski Andre terbilang ceroboh dan selengekan, tetapi dia termasuk orang yang paling risih kalau melihat sampah berserakan. Terlebih di dalam ruangannya.

Padahal kalau dipikir-pikir, bakal ada orang pantri yang akan membereskannya. Tapi Anto lebih memilih mencari aman karena Andre sering kali datang ke kantor dengan tidak terduga. Terlebih Dodo selalu menekankan agar Anto tidak boleh lupa menjadwalkan aktifitas itu sebelum pulang. Makanya, Anto harus memastikan ruangan Andre “beres” kalau dia tidak ingin mendapat penilain jelek dari atasannya itu.

“Habis borong buku kayaknya Pak Andre ini,” guman Anto sambil memunguti plastik bekas pembungkus buku. Dengan cekatan beberapa sampah plastik dan kertas sudah masuk ke keranjang sampah.

Sejurus kemudian pandangan Anto tertuju pada kardus. Diambilnya kardus bekas wadah untuk membawa buku itu. Ada suatu terjatuh dari kardus saat Anto mengambilnya. Anto bergegas mengambilnya. Dibukanya notes merah jambu itu. Baru di lembar pertama Anto buru-buru menutupnya lagi. Dia tidak mau mengetahui lebih banyak isi notesnya.

“Ini tidak mungkin dibuang oleh Pak Andre. Pasti ini terjatuh saat Pak Andre meletakkan kardus.” Anto menjawab sendiri pertanyaan yang berkelebat di pikirannya. Demi amannya, Anto lalu menaruh notes merah jambu itu di tas kerja Andre yang ada di atas meja kerja.

Anto berpikir, kalau dia taruh di meja, salah-salah ada orang pantri yang akan mengintip isinya. Tentu akan tidak baik jadinya. Iya kalau hanya tulisan biasa. Kalau ada rahasia di dalamnya, tentu itu hanya akan jadi makanan empuk bagi orang-orang yang tidak suka pada atasannya itu. Anto bergegas keluar dari ruangan Andre dengan keranjang sampah di tangan kanan dan kardus di tangan kiri. Setelah meletakkan bawaannya di tempat yang seharusnya, Anto segera menuju ke pos jaga.

            Baru saja Anto sampai di pos jaga dan bersiap pulang, Menul tergopoh-gopoh memasuki pintu gerbang. Dia berhenti sejenak. Tetapi sejurus kemudian dia ayunkan langkahnya. Dia ragu untuk menanyakan perihal notes merah jambu pada Anto. Iya kalau Anto melihatnya, kalau tidak, tentu hanya akan menambah daftar orang-orang yang bakal tahu notes merah jambunya. Terlebih perhatian Anto sedang tertuju pada acara berita di televisi. Makanya, Menul merasa lebih baik segera memeriksa ruangan Andre.

            “Wah, ternyata Pak Andre baru saja memborong buku.” Menul berkomentar lirih begitu dia mendapati rak buku itu sudah dipenuhi dengan berbagai buku tebal. Pandangannya kemudian ditebar ke semua isi rak itu, berharap notes merah jambunya terselip di antara deretan buku itu.

            “Ya tidak mungkin to Nul. Mana pantas dan mana mungkin buku jelek itu akan disandingkan dengan buku-buku bagus itu. Dibakar, baru mungkin.” Menul mengomentari dirinya saat menyadari notes yang dia cari tidak ada di deretan buku Andre. Menul mendesah panjang. Pandanganya ditebar ke seluruh ruangan, berharap notesnya masih di ruangan itu. Tapi meski sudah dia jelajahi isi ruangan itu tidak didapati juga notesnya.

            Pandangan Menul tertuju pada tas kerja Andre. Menul tersenyum kecil. Harapan besar dia sematkan di tas kerja itu. Perlahan tangannya meraih tas itu. Tetapi sejurus kemudian Menul mengurungkan niatnya.

            “Tidak mungkin Nul. Tas itu terlalu berharga untuk sebuah notes yang sama sekali tidak ada nilainya,” Menul berbicara pada dirinya sendiri. “Yang ada malah nanti aku yang disalahkan kalau ada apa-apa dengan tas itu." Menul bergegas meninggalkan ruangan setelah yakin kalau yang dicarinya tidak ada. Dia segera menuju keranjang sampah. Mengobrak-abriknya. Tapi tidak menemukannya.

            “Apa mungkin Pak Andre membawanya pulang ya? Ah, tidak mungkin. Itu sampah buat Pak Andre. Atau Mas Dodo yang merawatnya? Dia kan tahu kalau notes merah jambu itu milikku?”

            Senyum mengembang di bibir Menul. Meski tidak terlihat manis, tapi di hati Menul sedang tersemat sebuah pengharapan besar. Harapan bahwa notes itu sedang di tangan Dodo membuat Menul merasa sedikit nyaman. Tapi meski begitu Menul tidak segera menelpon Dodo. Dia yakin Dodo masih tidur. Menul tidak ingin mengganggu tidur Dodo hanya untuk sesuatu yang buat Dodo pasti hanya masalah sepele.

            Menul harus segera bersiap. Waktu sudah makin siang. Sebentar lagi para pegawai sudah akan berdatangan.

Related chapters

  • Betty da Jogja   Bab 4 : Notes Merah Jambu bagian 2

    NOTES MERAH JAMBU Bagian Dua Andre langsung mengambil beberapa buku dari rak, begitu dia tiba di ruang kerjanya. Dia berpacu dengan waktu. Dia butuh ide untuk bisa memunculkan sesuatu di media yang ditangani perusahaan keluarganya. Dia sudah putuskan untuk muncul di majalah dengan sebuah konsep yang dia sendiri belum tahu seperti apa konsepnya. Bayangannya sudah jelas, tapi dia belum ada gambaran sama sekali. Andre hanya bisa menargetkan itu. Tidak peduli dengan Reno yang sudah lebih dulu berjaya di berbagai media. Bahkan dia sudah mempunyai acara televisi dengan acara yang mendapat rating cukup tinggi. Bagi Andre, sudah bisa muncul di majalah dua mingguan dengan konsep yang bisa diterima pembaca saja sudah sangat bersukur. Yang penting, target waktu dengan sebuah gebrakan di media yang bakal dipimpinnya bisa dia penuhi. Andre memilih buku motivasi untu

    Last Updated : 2021-09-28
  • Betty da Jogja   Bab 5 : Omelet

    OMELETAndre bergegas ke ruang kerjanya. Keinginan untuk menanyakan siapa gerangan yang telah meninggalkan notes merah jambu di meja kerjanya itu, dia urungkan. Tiba-tiba terbersit di pikirannya kalau tidak mungkin pemilik notes itu adalah orang pantri. Bahkan ia mencibir dirinya sendiri, karena muncul pikiran yang tidak masuk akal baginya. Andre tersenyum kecut. Lebih tepatnya menertawakan kebodohannya sendiri.Benar. Tulisan di dalam notes merah jambu itu terlalu bagus untuk ditulis oleh orang yang tidak berprofesi sebagai penulis. Andre saja merasa tidak akan bisa menulis sebagus

    Last Updated : 2021-10-29
  • Betty da Jogja   Bab 6 : Hilang Semangat

    Hilang SemangatMenul kehilangan semangat. Notes merah jambunya benar-benar tidak ada kabar. Seperti raib ditelan bumi. Hampir seluruh ruangan kantor tidak lepas dari selidik Menul, tetapi dia tidak mendapati notesnya. Harapannya mulai pupus. Apalagi hari sudah menjelang petang. Beberapa menit lagi jam kantor akan berakhir. Bukan tentang notesnya, tapi isi di dalamnya. Berhari-hari ia merangkai kata demi kata. Ide dan berbagai ungkapan perasaan ada di dalamnya. Dan itu yang sulit untuk dituangkan kembali, karena feel-nya tentu beda, jik a ditulis ulang.Menul mulai pasrah jika notes itu harus direlakan. Tidak mungkin ada yang merawatnya, Apalagi sampai menyimpannya. Kalau dibakar, barang kali. Atau dilempar di tempat sampah. Meski sangat berharga baginya, tetapi bagi orang lain, notes itu hanya seonggok buku kumal yang tiada arti. Beruntung dia tidak menuliskan nama di notes itu. Jadi meski ditemukan atau dibaca orang lain, dia t

    Last Updated : 2021-10-30
  • Betty da Jogja   Bab 7 : Persaingan

    Persaingan"Hallo calon CEO. Apa sudah dapat ide untuk presentasi?”Reno nyelonong ke ruang kerja Andre. Andre kaget, lalu buru-buru menutup laptopnya. Reno menggodanya dengan menyentuh laptop Andre. Tentu saja Reno tidak benar-benar ingin melihatnya karena Reno yakin Andre belum mendapatkan konsep untuk presentasi. Bahkan Reno yakin Andre sama sekali belum memulai membuat konsep. Andre menepis tangan Reno, kuat.Bagi Reno, Andre hanyalah kotak kosong yang dimunculkan agar pengangkatannya sebagai CEO kelak tidak berkesan hanya ditunjuk perusahaan, namun lewat persaingan.Saat medapati calon pesaingnya adalah Andre, Reno merasa di atas angin. Bukan hanya ia, namun teman-teman dekat Reno pun sudah ada

    Last Updated : 2021-10-31
  • Betty da Jogja   Bab 8 : Mencari Pemilik Notes

    MENCARI PEMILIK NOTESHari sudah menjelang siang. Hampir jam sepuluh. Tetapi Andre masih berada di kamarnya. Sudah dua hari ini Andre sengaja tidak ke kantor karena disibukkan dengan desain konsep yang bakal dia presentasikan. Meski batas akhir presentasi masih seminggu lagi, tapi Andre memilih untuk melakukan presentasi secepatnya. Dia sudah tidak sabar ingin segera membuktikan pada orang-orang, terutama pada Reno kalau ia bukanlah kotak kosong. Ia juga mampu melakukan sesuatu.Konsep yang bakal diusung Andre sudah hampir jadi. Sampling satu halaman penuh dengan tajuk omelet sudah didesain sedemikian rupa. Tentu saja dilengkapi dengan satu topik yang disajikan dalam bahasa sederhana dengan nuansa shoft-b

    Last Updated : 2021-11-01
  • Betty da Jogja   Bab 9 : Pertemuan Pertama

    PERTEMUAN PERTAMAMenul sedang santai di pantri. Meski waktunya istirahat siang, tapi Menul lebih senang mengisinya dengan membaca. Kali ini dia membaca koran terbitan hari sebelumnya. Bagi Menul, koran terbitan kemarin atau seminggu lalu sama saja. Dia belum membacanya. Berbeda dengan teman-temannya di pantri yang lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya dengan tiduran atau kongkow-kongkow bersama teman-temannya sambil nyari makan siang, Menul lebih suka berdiam diri di pantri. Menul tidak harus keluar kantor atau ke kantin untuk membeli makan, karena dia sudah membawa bekal.Biasanya Menul akan membaca ulang hasil tulisan di notesnya, di sela-sela jam istirahat siangnya. Tapi kali ini dia sedang tidak ingin. Notes yang baru sehari dia beli belum banyak tulisan di dalamn

    Last Updated : 2021-11-03
  • Betty da Jogja   Bab 10 : Salah Orang

    SALAH ORANGDini tergopoh masuk pantri. Raut bingung, tergambar jelas di wajahnya. Tentu saja Dini bingung karena apa yang diharapkan sangat jauh dari yang ditemuinya. Segera ia mengambil gelas, kemudian menuang air putih, seolah tidak mempedulikan Menul dan Harun yang ikut penasaran.“Gimana, Din?” tanya Harun setelah Dini menghabiskan dua gelas air putih.“Embohlah. Pusing aku,” jawab Dini, sambil mengambil tempat duduk. Ia setengah menghempaskan tubuhnya ke kursi. Ada raut kesat di wajahnya.“Pusing gimana?” tanya Menul.“Ya bingung saja. Tadinya aku berharap benar apa yang dikatakan Mas Harun kalau Pak Andre bakal memintaku untuk membuatkannya omelet khusus. Eh, begitu tiba di ruangannya, aku hanya disuruh menulis namaku di kertas kosong.”“Yang bener Din?” sahut Harun.“Lha buat apa juga aku bohong Mas. Mas sendiri tadi juga bingung k

    Last Updated : 2021-11-04
  • Betty da Jogja   Bab 11 : Ganti Strategi

    GANTI STRATEGIAndre termenung di ruang kerjanya. Setelah mendapati kenyataan bahwa pembuat omelet itu bukanlah pemilik notes merah jambu itu, Andre harus membuat rencana baru. Andre tetap pada pendiriannya bahwa sebelum dia mempresentasikan konsep yang telah selesai dibuatnya, dia harus sudah menemukan pemilik notes itu. Andre tidak mau mendapati masalah jika konsep itu diterima dewan direksi kemudian ada yang mengeklaim tulisan itu.“Aku harus segera menemukannya. Apapun caranya.”Kalimat itu yang terus terngiang dalam pikiran Andre. Dia merasa masih ada waktu untuk berbuat sesuatu sebelum hari H. Tentu hal yang bodoh jika ada waktu untuk melakukan sesuatu, namun lebih memilih diam saja. Apalagi berusaha memasabodohkannya.“Kalau perlu seisi kantor ini harus aku cocokkan tulisannya.”Tiba-tiba seuntai kalimat meluncur di pikirannya. Andre terperanjat sendiri. Iya, dia harus mengumpulkan conto

    Last Updated : 2021-11-05

Latest chapter

  • Betty da Jogja   Bab 65 : Jebakan

    JEBAKANKebahagiaan masih menyelimuti Andre. Baru kali ini ia merasakan bahagia selama menjalin hubungan dengan Arra. Ia merasa sedang dibutuhkan oleh Arra. Perubahan sikap Arra yang tetiba sangat perhatian, adalah anugerah baginya. Meski ia merasa sedikit heran, namun ia tidak begitu memikirkannya. Baginya, apa yang diraaskannya sekarang, melengkapi kebahagiannya dalam kesuksesan karirnya.Kedatangan Arra ke Jakarta yang ternyata tidak hanya sehari dua hari, seperti memanjakannya. Terang saja Andre sangat senang, karena untuk bisa membujuk Arra agar pulang ke Indonesia saja tidaklah gampang. Sering kali Andre mengemis demi bisa bertemu dengan Arra, namun sering pula dia harus kecewa.Tidak jarang Andre harus menelan patah hati ketika ia menyatakan kerinduannya pada Arra, harus bertepuk sebelah tangan. Bahkan, tidak jarang Arra melontarkan ancaman akan menyudahi hubungan, jika Andre masih saja menghubunginya tanpa alasan.Terkada

  • Betty da Jogja   Bab 64 : Konspirasi

    KONSIPIRASIReno makin tidak tenang setelah mendapati kabar kalau Andre memukau dalam acara di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan. Menurut kabar yang dia dengar, kecemerlangan Andre juga karena didukung oleh keberadaan asistennya. Reno pantas tidak tenang, karena meski kemampuan dia masih di atas Andre, tapi dia tidak yakin kalau Andre tidak bakal mendapat suara yang signifikan. Bahkan, Reno semakin tidak yakin kalau dia bakal bisa mengalahkan Andre dengan kemenangan telak.Tadinya, harapan Reno sangat besar. Terlebih ia tahu jika Andre hanya jadi boneka pada proses pemilihan CEO tersebut. Semua orang juga sudah tahu seperti apa Andre. Makanya, Reno terlalu merisaukannya. Namun setelah Andre mendapatkan rubrik di majalah, kemudian dipercaya oleh beberapa dewan direksi, Reno mulai berubah pikiran.Belakangan ini pamor Andre sedang naik. Bisa jadi di kalangan pegawai, keberadaan Andre b

  • Betty da Jogja   Bab 63 : Jengah

    JENGAHMenul tergagap saat mendapati Arra melenggang masuk ke ruangan Andre. Dia mengurungkan niatnya untuk memberikan hasil pekerjaannya pada Andre. Sebelum kejadian di mana Menul mendapati Arra telah bermain belakang dengan Reno saja, Menul sudah tidak respek dengan Arra, apalagi setelah kejadian itu. Menul jadi makin tidak respek.Entah kenapa Menul tidak rela Arra menyakiti Andre. Bagi Menul, Andre itu tipikal laki-laki tidak banyak tingkah. Ia tidak banyak tuntutan. Setiap pekerjaan yang diberikan Andre pada Menul, tidak banyak yang diprotes. Meski ada kesalahan di sana sini, Andre menyampaikan itu, dengan kata “bagaiman kalau”. Bukan sementang-mentang marah, karena ia merasa menjadi atasan.Makanya, Menul ikut merasa sakit hati saat mendapati atasannya itu telah dikhianati cintanya oleh orang yang sangat disayanginya. Kalau saja punya kuasa, tentu ia akan segera memberi tahu Andre, sebelum berakibat pada karir Andre.Tapi sayang, Menul b

  • Betty da Jogja   Bab 62 : Secercah Harap

    SECERCAH HARAP“Gimana dengan Menul, Ra?”Delvi tergopoh menghampiri Arra, begitu dia melihat Arra muncul di kantor. Perasaannya sudah tidak karuan sejak Menul menjadi asisten Andre. Ia tentu tidak terima karena Menul, perempuan yang telah ia damprat habis-habisan harus naik kasta. Semenjak Menul jadi asisten Andre, kinerja Delvi sangat menurun. Ia jadi tidak bisa fokus. Pikirannya selalu tertuju pada perempuan itu.Membayangkan Menul menemani Andre menemui kolega, membuatnya uring-uringan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu, saat ia mendapat kabar jika Menul berada satu mobil dengan Andre saja darahnya sudah mendidih. Kini ia harus mendapati kenyataan yang membuatnya muak.Kalau saja tidak ada Arra, tentu ia sudah keluar dari kantor itu. Keberadaan Arra adalah harapan baginya. Ia ingin sekali bisa menyingkirkan Menul, perempuan tak tahu diuntung itu seperti mencabik-cabiknya.Delvi merasa harus kucing-kucinga

  • Betty da Jogja   Bab 61 : Semangat

    SEMANGATMenul diam terpaku dengan apa yang baru saja dilihatnya. Nafasnya berpacu, menandakan sesuatu sedang tidak baik-baik saja. Tentu saja ia tidak baik-baik saja, mendapati dua orang yang ia pernah sedikit kenal, berduaan. Bermain di belakang orang baik. Bahkan ia yakin keduanya memang sudah sering melakukannya.Kalau saja tidak ada hubungan dengan atasannya itu mungkin Menul tidak terlalu memusingkan. Namun dua orang itu ada kaitannya dengan Andre. Yang Menul tahu, Arra adalah orang yang tentu saja mendukung sepenuhnya pecalonan Andre sebagai CEO. Sedang Reno adalah orang yang menjadi rival Andre. Kebetulan keduanya tidak menyukai Menul, yang Menul sendiri tidak tahu alasannya.Berbagai pertanyaan datang silih berganti di pikiran Menul. Meski dia belum begitu pengalaman dengan urusan asmara, tapi Menul bisa melihat ketidakberesan yang diperlihatkan Arra dan Reno. Gandengan tangan itu. Pandangan mesra itu. Apalagi keduanya masuk dalam sa

  • Betty da Jogja   Bab 60 : Selingkuh

    SELINGKUHSudah hampir setengah jam Menul menunggu Pak Prasetyo di lobi hotel. Namun Menul tidak merasa terbebani, karena dia sudah mendapat kepastian kalau Pak Prasetyo masih ada acara. Lagian, Menul bukan tipikal gadis penggerutu, yang baru menunggu beberapa menit saja sudah uring-uringan. Menul sudah terbiasa menunggu. Apalagi setelah akrab dengan phonesell yang lebih canggih, maka menunggu menjadi keasikan tersendiri. Menul bisa mencoba banyak fitur yang belum sempat dia pelajari.Namun meski asik dengan phonesellnya, sesekali Menul menebar pandang. Bahkan ornamen hotel tidak lepas dari pandangannya karena Menul merasa harus merekam banyak hal yang dia jumpai. Menul ingat kata-kata seorang penulis fiksi ternama bahwa penggambaran sebuah tempat akan makin detail jika seseorang pernah berada di tempat yang sama. Deskripsinya akan lebih terasa sehingga penonton merasa terbawa dalam setingnya. Bakan seolah-olah

  • Betty da Jogja   Bab 59 : Misi Arra

    MISI ARRA“Beneran, itu asistenmu?”Arra langsung memberondong Andre dengan pertanyaan. Kalau saja dia tidak sedang ingin membangun Arra dirinya agar Andre makin sayang padanya, tentunya dia sudah mendamprat Menul saat dia menjumpainya di ruangan yang menurut Arra sangat tidak layak bagi Menul.Arra memandang tajam ke arah Andre. Sebenarnya ia bukan penasaran mengapa Andre memilih Menul, perempuan yang dari segi fisiknya jelas tidak masuk dalam kriteria sebagai asisten. Ia penasaran karena mendapat kabar dari Reno bahwa asisten Andre tidak bisa dipandang remeh.“Iya Beib. Kan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku akan angkat seorang asisten?”“Tapi dengan tampang seperti itu?” ujar Arra bernada mencibir. Kalau saja ia tidak mendapat kabar jika asisten Andre itu telah berhasil membungkam dewan direksi. Bahkan telah mampu membuat Reno tidak berkutik, tentu ia tidak akan peduli. Bahkan A

  • Betty da Jogja   Bab 58 : Kepura-puraan

    KEPURA-PURAANPengalaman Menul makin berwarna. Mulai dari restoran mewah, perkantoran megah, hotel berbintang lima, dan banyak lagi. Meski tidak di setiap tempat Menul mendampingi Andre, tapi berada di antara orang-orang besar adalah anugerah tersendiri bagi Menul. Menjadi asisten dari orang yang sedang dipromosikan sebagai calon CEO, membuat dunia Menul menjadi begitu indah. Banyak sekali pengalaman berharga ia dapatkan.Menul tidak pernah membayangkan, jika dalam hidupnya ia akan mengalami hal yang bagi orang sepertinya seperti mustahil. Berada di tempat yang untuk orang sepertinya hanya sebuah mimpi. Bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter, membuatnya bisa mendapatkan banyak ide sehingga tulisan Menul pun bisa lebih berkembang. Cita rasanya juga makin bervariasi.Menul juga mulai mencoba menggeluti dunia fiksi. Imaginasi dan pengalaman hidupnya yang penuh warna, membuat Menul seperti menemukan media untuk menuangkannya. Lebih dari itu

  • Betty da Jogja   Bab 57 : Kekaguman Direktur

    KEKAGUMAN DIREKTURAndre segera mengajak Menul untuk makan siang di restoran langganannya, sebagai bentuk sukur sekaligus terima kasih pada Menul. Andre makin respek pada Menul. Sosok yang semula dia pilih menjadi asisten karena sebuah ketidaksengajaan, kini sosok itu telah menjawab kepercayaannya melebihi ekspektasinya. Andre merasa Menul adalah takdirnya untuk mencapai sesuatu yang semula tidak ia pandang penting dalam hidupnya. Tuhan telah menggerakkanya untuk menemukan notes itu, yang kemudian mengubah kehidupan Andre.Setelah apa yang terjadi baru saja, semangat Andre makin besar. Ia juga makin percaya diri, karena Menul telah mengajarkan padanya bahwa orang yang selama ini menduduki jabatan penting, bisa jadi bukan karena ia hebat, tetapi karena ia mendapatkan kesempatan. Siapa pun bisa menjadi hebat, ketika ia mendapatkan kesempatan dengan bakat dan minat yang ia miliki.Andre merasa sangat beruntung. Baru kali ini dia mendapati orang yang m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status