“BRUNO!! Apa yang kamu lakukan?” seru Nyonya Jesica tertahan.
Sosok pria yang sudah menyelinap masuk itu tak lain Bruno. Ia tersenyum sambil menatap liar tubuh sintal wanita di depannya ini.
“Aku kangen, Tante. Apa salah jika aku berkunjung ke sini?”
“Kamu gila, Bruno. Bagaimana kalau Melan tahu?”
Bruno berdecak, tidur miring sambil menyangga kepalanya. Senyuman miring terukir di wajah manisnya kali ini. “Dia tidak akan tahu. Salah sendiri saat aku masuk ke kamarnya, Melan menguncinya. Jadi aku berbalik arah ke sini.”
Nyonya Jesica hanya berdecak sambil menggelengkan kepala. Kemudian tampak sibuk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kali ini memang Nyonya Jesica sedang mengenakan baju tidur yang seksi dan menerawang. Sejak tadi mata Bruno sudah memindai tubuh wanita paruh baya di depannya ini.
“Hentikan, Bruno!! Pergilah!! Aku tidak mau membuat masalah, kita sudahi saja hubungan gila
“Masalahnya semalam aku melihat Bruno keluar dari kamar Mama,” ucap Melan.Sontak Nyonya Jesica terbelalak kaget. Ternyata Melan mengetahui keberadaan Bruno di kamarnya. Ia tidak mungkin berkata terus terang. Bisa-bisa Melan marah dan berpikir Nyonya Jesica menyerobot kekasihnya.“Mama tidak tahu, Melan. Semalam seusai kamu pergi Mama tidur ke kamar papa. Jadi Mama tidak tahu kalau ada Bruno.”Melan terdiam tampak berulang mengetukkan jemari tangannya ke dagu.“Jangan-jangan dia sengaja datang untuk menemuiku, Ma. Sayangnya semalam aku mengunci kamarku. Atau bisa jadi juga dia sedang merencanakan sesuatu dan mengajak kita berunding.”Nyonya Jesica hanya menghela napas panjang sambil berusaha bersikap normal. “Bisa jadi, coba kamu tanyakan saja ke Bruno nanti.”Melan tersenyum sambil menganggukkan kepala, kemudian dia sudah berpamitan untuk berangkat kerja. Sementara itu Tuan Yuka sudah tiba di
“Dia Damian Allister. Dia adik sepupu Alby, Mina,” ujar Tuan Mike.Pria tua itu seakan tahu pertanyaan Mina kali ini. Mina sekali lagi tersenyum sambil memberi salam pada Damian.“Kakek, kenapa Kakek memperkenalkan namaku padanya? Padahal aku bisa memperkenalkan diri sendiri,” protes Damian.Semua yang hadir di sana hanya tersenyum melihat ulah Damian. Sementara Mina hanya terdiam sambil menundukkan kepala.“Apa Alby pulang malam hari ini, Mina?” Kini Nyonya Lisa yang bertanya.“Iya, Ma. Tadi dia bilang sedikit larut pulangnya.”“Mungkin dia menyelesaikan pekerjaannya. Bukankah besok kalian sudah pergi honeymoon,” imbuh Nyonya Lisa.“WOW!!! Jadi kalian baru melakukan honeymoon? Memangnya ke mana saja kemarin?” Damian kembali menyeletuk dan bertanya sambil melihat ke arah Mina.Mina mengangkat kepala perlahan dan membuka mulut siap menjawab.“Me
“Aaahh ... .” Mina mengurai pagutannya sambil membuka mata melihat pria tampan yang sedang membisu menatapnya.Pelan Mina menunduk dan dengan gerak slow motion mengurai pelukannya. Namun, tanpa berkata apa-apa Alby langsung menarik tangan Mina dan mengajaknya masuk bergegas ke dalam kamar. Mina tampak terkejut dan memilih menurut saja kali ini. Alby langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya dengan Mina masih berdiri di belakang pintu.“Ada apa?” Sekali lagi Alby mengagetkan Mina dengan pertanyaan.Pria tampan itu sudah meletakkan kedua tangannya menempel di belakang pintu mengungkung Mina. Mina tampak terkejut bahkan kedua alisnya mengernyit sibuk mengartikan pertanyaan Alby.“Ada apa maksudmu?”Alby menghela napas dan menatap Mina dengan tajam yang masih di bawah kungkungannya.“Mengapa kamu melakukannya tadi? Apa ada yang menganggumu dan membuatmu melakukan hal itu?”Mina sekarang p
“Kakek sudah menyiapkan segalanya untuk kalian. Kalian tidak perlu repot dan nikmati saja suasana di sana,” ujar Tuan Mike. Mereka sudah mengakhiri makan pagi dan tengah berkumpul di ruang tamu hendak mengantar kepergian Alby dan Mina menuju bandara. “Iya, terima kasih, Kek. Apa Papa yang akan menggantikan aku di kantor selama aku liburan?” Kini Alby bertanya. “Bukan, Alby. Kakek meminta Damian yang menggantikanmu. Itu sebabnya dia di sini,” jawab Tuan Alvin. Alby tampak terkejut, kedua alisnya mengernyit sambil melihat ke arah Damian yang duduk berseberangan dengannya. “Tenang saja, Alby. Aku tidak akan membuat rusuh kantormu. Aku sudah belajar banyak,” Damian menimpali. Alby hanya diam dan terus menatap Damian dengan sorot mata yang tak bisa diartikan. Lagi-lagi Mina sibuk menduga ada apa di antara dua pria ini. Namun, sepertinya dia tidak mendapatkan jawaban. Beberapa saat kemudian mereka sudah siap berangkat. Semua anggota keluarga
“Siapa dia?” tanya Alby tiba-tiba.Mina terkejut dengan pertanyaan Alby. Alisnya mengernyit dengan sorot mata penuh tanya ke arah Alby.“Apa maksudmu?”Alby menghela napas panjang lalu menyodorkan ponsel Mina kembali. “Tuh, ada yang kirim pesan dan menyebut namaku di sana.”Mina sangat tekejut dan langsung menyambar ponselnya. Alih-alih menjawab pertanyaan Alby, kini Mina tampak menatap kesal ke arah Alby. Alby hanya diam tidak bereaksi.“Kamu membaca pesan di ponselku?” Mina malah menuduh Alby lebih dulu. Seketika Alby terperangah kaget dan mengelengkan kepala.“Aku tidak membacanya, tadi kebetulan muncul dan langsung terlihat begitu saja. Coba kamu lihat sendiri!!”Mina terdiam dan memeriksa ponselnya. Pesannya memang belum terbaca dan terlihat jelas di notifikasi layar utama. Mina segera membuka dan membacanya kemudian melihat ke arah Alby dengan tatapan bertanya.&
Usai makan malam dan melakukan aktivitas di kamar mandi. Mina sudah naik ke atas kasur. Dia sangat lelah kali ini. Alby ikut naik dan langsung berbaring di sampingnya. Mina menoleh dan sepertinya Alby melihat tatapan penuh tanya istrinya itu.“Kenapa? Kamu mau memberi pembatas lagi?”Mina terdiam dan hanya menunduk tidak menjawab. Terakhir saat dia tidur bersama Alby. Dia menumpuk guling di tengah, tapi pada akhirnya dia juga yang menerobos batas. Perlahan Mina menarik napas panjang dan menggeleng dengan lirih. Alby mengulum senyum melihat reaksi Mina. Dia hanya ingin tidur nyenyak malam ini.Perjalanan naik pesawat yang begitu lama membuat Alby sedikit mengalami jetlag. Padahal biasanya dia tidak pernah mengalami hal ini. Apa karena dia terlalu tegang kali ini. Alby sedikit lega saat Mina mau bekerja sama dengannya. Perlahan Alby sudah mulai memejamkan mata sementara Mina memilih tidur membelakanginya.Hampir subuh saat Alby merasa ada yang k
“Selamat pagi, Tuan, Nyonya. Hari ini saya akan menemani Anda ... ,” jelas Tuan Ferdi.Tepat dugaan Alby, kalau Tuan Mike sudah menyusun jadwal yang panjang untuk mereka. Kali ini Tuan Mike malah menugaskan Tuan Ferdi untuk membantu kelancaran jadwal mereka. Alby hanya manggut-manggut sambil mendengarkan penjelasan Tuan Ferdi. Sementara Mina hanya diam sambil sesekali melirik ke arah Alby. Terlihat sekali kalau dia sedang kesal. Ternyata liburan honeymoon yang diimpikan Mina tidak sesuai dengan harapannya.“Mari, Tuan, Nyonya kita mulai jadwal pertama kita!!”Sekali lagi Tuan Ferdi memimpin mereka. Mina kembali melirik ke arah Alby. Alby tidak bereaksi banyak malah langsung merengkuh pinggang istrinya dan mengajak berjalan mengekor langkah Tuan Ferdi.“Alby, apa itu artinya kita tidak bisa melakukan apa yang kita suka?” bisik Mina lirih.Alby tidak menjawab hanya matanya yang memberi isyarat jawaban. Terdengar he
“Kamu mau memakai kamar mandinya?” tawar Alby begitu mereka tiba di kamar.Mina mengangguk dan gegas masuk ke kamar mandi. Sebenarnya Mina sama sekali tidak ingin ke kamar mandi, hanya saja kejadian beberapa saat tadi di pantai benar-benar mempora-porandakan hatinya. Mina berdiri diam mematung sambil mematut wajahnya di depan cermin.Lalu perlahan jari lentiknya menyentuh bibir seksi yang merah merona miliknya. Mina memejamkan mata sejenak seakan sedang mengingat apa yang baru saja ia lakukan dengan Alby. Lalu terdengar helaan napas panjang keluar dari bibirnya.“Ya Tuhan ... kenapa aku semakin suka dengan perlakuannya? Apalagi barusan? Kenapa juga dia tiba-tiba menciumku? Bukankah sudah tidak ada Tuan Ferdi. Apa itu tadi bukan akting?” Mina tampak sibuk bermonolog sendiri. Beberapa kali jarinya terus menjentik bibirnya dan setelah itu ia menggelengkan kepala dengan cepat.“Sudah. Cukup, Mina!!! Hentikan semua ini!!! Jangan b
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan