“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Alby.
Mina langsung tersenyum begitu melihat suaminya masuk. Ia gegas berdiri dan berjalan menghampiri Alby. Lalu dengan manja bergelayut mesra di lengan Alby.
“Tidak, Sayang. Sama sekali tidak mengganggu. Kamu sudah selesai bicara dengan Papa?” tanya Mina
Alby tidak menjawab hanya tersenyum sambil terus menatap Mina. Mina membalas tatapan Alby dengan penuh cinta. Lama kelamaan dia mahir berakting mesra dengan Alby. Sementara itu Bruno hanya diam, melihat interaksi pengantin baru itu dengan sudut matanya.
Mina melihat reaksi Bruno. Dia kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Alby, bahkan tangan Alby ditarik agar merengkuh pinggulnya. Sepertinya Alby juga tak keberatan sama sekali. Bahkan sesekali pria tampan itu mengecup wangi rambut Mina.
“Bukankah pembicaraan kita sudah selesai, Tuan Bruno. Anda bisa kembali ke ruangan,” imbuh Mina.
Bruno tampak kesal dan bersiap pergi. Mi
“Kita pulang, Pak,” ucap Mina.Pukul lima sore, Mina sudah keluar kantor dan langsung menuju mobil yang dikemudikan Pak Henry. Wanita cantik itu tidak lupa kalau hari ini akan menghadiri undangan makan malam bersama Alby.“Nyonya, apa Anda sudah tahu kalau hari ini ada undangan makan malam?” Pak Henry bertanya. Pria paruh baya bertubuh besar itu tampak sibuk mengawasi lalu lintas di depannya sambil melirik Mina melalui spion.“Iya. Tadi Alby sudah memberitahu. Jadi lanjutkan saja schedule-nya?”Pak Henry tersenyum sambil menganggukkan kepala kemudian sudah melajukan mobilnya membelah kemacetan lalu lintas sore. Selang beberapa saat mobil Pak Henry sudah tiba di sebuah butik. Ini adalah butik yang sama dengan yang didatangi Mina tempo hari saat pertama bertemu Alby.Mina gegas turun dan tak lama beberapa pegawai butik itu sudah menyambut. Selang beberapa waktu Mina sudah berubah penampilan. Dia mengenakan gaun mal
“Aaah!!!” seru Mina.Dia terkejut saat membuka mata sudah mendapati dirinya berada di kamarnya. Dia juga sudah berganti baju tidur saat ini. Mina terjingkat dan duduk di kasurnya.“Bukannya tadi aku masih di mobil. Lalu siapa yang memindahkan aku ke sini? Alby?”Mina bermonolog sendiri dan terlihat bingung. Kemudian dia makin tercengang saat melihat sudah berganti baju tidur.“Masa Alby juga yang melakukannya.”Mina gegas bangkit dari kasurnya, berjalan cepat menuju pintu, keluar kamar dan kini dengan tergesa menuju kamar Alby yang berada di sebelah kamarnya. Tanpa mengetuk pintu, Mina langsung membuka pintu kamar Alby. Namun, yang ada dia malah terkejut sendiri.“ALBY!!!” seru Mina sambil menutup kedua tangannya ke wajah.Kali ini Alby memang sedang berganti pakaian. Dia baru saja melepas kemeja dan celananya sehingga hanya menyisakan boxernya saja. Alby menoleh ke arah pintu dan terkej
“Kamu sedang menyelidiki aku, Sayang?” ucap Alby lirih.Sontak Mina terjingkat kaget, bahkan saking kagetnya dia hampir saja jatuh dari kursi. Wajah Mina merah padam dan kebingungan menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia gegas berdiri dan menatap Alby dengan seksama.Alby hanya diam, berdiri bersedekap sambil melihat ke arah Mina. Sepertinya dia sengaja menunggu penjelasan Mina. Mina menghela napas panjang.“Maaf, Alby. Aku ... aku tidak bisa tidur tadi. Jadi ---““Aku tahu.” Alby memotong ucapan Mina dengan cepat. Tentu saja reaksi Alby itu membuat Mina terkejut. Alisnya terangkat keduanya melihat dengan seksama ke arah Alby.“Kamu tahu? Tahu apa?”“Kamu tengah kebingungan dan mencari tahu sesuatu yang sedang kamu tanyakan di otakmu, bukan?” Pelan Mina menganggukkan kepala, mengiyakan dugaan Alby. Kenapa juga Alby tahu apa yang dia lakukan? Apa dia cenayang bisa membaca pikirannya?
Alby terkejut dengan ulah Mina, tapi dia tidak menolak. Tangan Alby malah menarik tubuh Mina semakin dekat dan membalas pagutan Mina dengan intens. Setelah beberapa saat bagai tersadar, Mina buru-buru mengurai kecupannya dan mendorong tubuh Alby menjauh.“Maaf ... ,” lirih Mina bertutur sambil menundukkan kepala.Alby hanya diam. Menghela napas panjang sambil menyodorkan tisu ke arah Mina. Itu adalah kebiasaan Mina, selalu menyeka bibirnya usai berciuman dengan Alby. Mina melihat Alby dengan sudut matanya. Pria itu pura-pura tidak melihat, masih dengan tangan yang menyodorkan tisu. Tanpa bicara, Mina menerima tisu dan gegas menyeka bibirnya.Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam satu sama lain. Hanya saja Mina terus menyunggingkan sebuah senyuman di wajah cantiknya. Alby sampai sibuk menebak apa yang membuat istrinya sangat gembira hari ini. Apa kejutannya ini berhasil?Sementara itu Mina tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia harus me
Mina tersenyum kesenangan sambil terus bertepuk tangan usai konser itu berakhir. Ia merasa lega saat tahu semua kejadian yang ada dalam konser ini sama persis dengan yang dia lihat di tayangan ulang kala itu. Mina semakin yakin kalau dia memang telah mengulang kembali kehidupannya. Mungkin ada beberapa hal yang beda dengan kehidupan sebelumnya dan Mina menganggapya sebagai akibat dari pergeseran waktu. “Aku tidak tahu kalau kamu sangat suka group band ini,” cetus Alby. Mereka sudah jalan beriringan pulang dari tempat konser menuju hotel. Mina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ingin Mina jawab kalau dia pernah bersedih karena kehabisan tiket nonton konser ini di kehidupan sebelumnya. Namun, Mina yakin Alby pasti akan bingung nantinya jadi dia memilih diam saja. “Kita langsung pulang ke rumah?” tanya Mina kemudian. “Iya, dari hotel kita langsung ke bandara. Kamu tidak lelah, ‘kan?” Mina menggeleng dengan cepat-cepat. Dia bahkan ingin
“Sayang ... kamu bicara apa?” Alby kembali mengagetkan Mina.Mina tersentak, mendongakkan kepala melihat ke arah Alby yang berdiri di sampingnya.“Kamu tidak ikut makan siang?” Alby mengulang pertanyaannya tadi.Mina langsung menganggukkan kepala kemudian bangkit dan berjalan beriringan menuju ruang makan. Mina memilih duduk di sebelah kiri Tuan Yuka dan berhadapan langsung dengan Nyonya Jesica. Sementara Alby duduk di sebelahnya berhadapan langsung dengan Melan. Bruno duduk tepat di samping Melan kali ini.“Apa ada peristiwa penting hari ini hingga Mama mengundang tamu untuk makan siang?”Mina mengawali pembicaraan. Dia sangat penasaran dengan kehadiran Bruno. Memang sejak menikah dengan Mina di kehidupan sebelumnya, Bruno tinggal di rumah ini. Namun, ini kehidupan yang beda mengapa juga Bruno harus berada di sini dan ikut makan siang bersama pula.“Apa kamu lupa, Mina. Hari ini adalah hari ulang ta
“Apa cincinnya sangat cantik sehingga Tante begitu terpukau sedari tadi,” ujar Bruno.Pria berwajah manis itu sudah masuk ke kamar Melan menemui Melan dan Nyonya Jesica yang terus memuji keindahan cincin berlian hadiah dari Alby. Nyonya Jesica menoleh dan melihat dengan pandangan tak suka ke arah Bruno. Hal sama juga dilakukan Melan.“Kamu kenapa terlihat marah seperti itu. Wajar jika kami mengagumi cincinnya. Ini adalah cincin limited edition dan hanya beberapa saja di negeri ini,” sahut Melan.Bruno berdecak sambil menghela napas panjang melihat dengan kesal ke arah Nyonya Jesica.“Jadi Tante lebih suka hadiahnya dari pada hadiahku. Padahal aku yang lebih dulu memberi dan aku yang ingat kalau hari ini ulang tahun Tante.”Nyonya Jesica tersenyum dan menghampiri Bruno yang berdiri sedikit jauh dari mereka.“Bruno, jangan cemburu seperti itu. Memang hadiah dari Alby lebih indah dan lebih mahal, tapi T
“HEH!!” Alby berseru sambil mengerjapkan mata melihat ke arah Mina dengan terkejut.Mina hanya tersenyum kemudian langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Alby. Alby hanya diam mendapat perlakuan manis Mina kali ini.“Yuk, kita ke kamar!!” Mina menambahkan. Dia berlalu pergi dari kamar Tuan Yuka usai berpamitan.Tuan Yuka hanya tersenyum melihatnya. “Sepertinya kita akan segera mempunyai cucu, Ma.”Nyonya Jesica hanya tersenyum dengan tatapan aneh ke arah Tuan Yuka. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita paruh baya itu, yang pasti ada banyak rahasia yang tersimpan dari sorot matanya.Mina dan Alby sudah berada di kamarnya. Mina langsung mengurai pelukan dan duduk menghempaskan tubuhnya di sofa dalam kamar itu.“Jadi ini kamarmu?” Alby bertanya sambil mengedarkan pandangannya.“Iya. Kamu pakai saja kasurnya. Aku akan tidur di sofa malam ini.” Mina berkata masih dengan napa
“Hukuman penjara seumur hidup dan denda sebesar ... dijatuhkan kepada Tuan Bruno Fernades alias Alex Wijaya atas kasus pembunuhan terhadap Tuan Yuka Namari, Nyonya Mina Namari dan juga kasus penipuan yang melibatkan ... .” Suara hakim ketua baru saja bergema memenuhi seisi ruangan persidangan itu. Alby hanya tersenyum sambil melipat tangan mendengar semua hukuman yang diberikan untuk Bruno. Alby memang sempat bertemu dengan Mina dari kehidupan berbeda dan gara-gara info dari Mina juga dia berhasil menjebloskan Bruno ke penjara. “Tuan, kita langsung kembali ke kantor?” tanya Juan. Juan langsung menghampiri Alby yang baru saja keluar dari ruangan sidang. Alby tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Juan. Ia lalu berjalan cepat ke arah parkiran saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menabraknya. Wanita itu berjalan sambil membawa tumpukan berkas sehingga tidak melihat Alby yang berdiri di depannya. Seketika berkas yang wanita itu bawah jatuh berhamburan ke tanah.
“Hosh ... hosh ... sialan kenapa mereka terus mengejarku?” ucap Bruno dengan napas tersenggal.Usai melakukan penusukan di rumah sakit, Bruno memang berhasil melarikan diri. Dia bahkan sudah kembali ke tempat kosnya. Sayangnya saat pergi keluar hendak membeli makan, polisi dan orang suruhan Juan mengenali Bruno. Mereka terus mengejar Bruno hingga pria itu kelelahan.“Apa yang harus aku lakukan kini? Aku lelah kalau harus terus berlari.”Mata Bruno jelalatan melihat ke sana ke mari. Kini dia berdiri di sudut gang sempit sambil bersandar ke tembok. Bruno sudah tidak punya kendaraan bahkan uang tidak tersisa di kantongnya. Gara-gara membayar jasa pembunuh bayaran kemarin, Bruno terpaksa mengeluarkan banyak uang yang pada akhirnya gagal.Pria itu kini putus asa dan ulahnya tadi di rumah sakit adalah puncak kemarahannya. Ia marah melihat Mina dan Alby terus bahagia sementara hidupnya semakin berantakan seperti ini. Bruno tersenyum menye
“Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Alby.Pria tampan itu tampak panik dan langsung menyerbu ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Telihat dokter itu berulang kali menarik napas panjang sambil sesekali melihat ke arah Alby.“Luka tusuknya sangat dalam, Tuan. Kami sudah melakukan yang terbaik untuknya.”Alby hanya diam saat dokter itu menjelaskan apa yang terjadi pada Mina. Kalau saja Alby lebih perhatian terhadap keadaan sekitar pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Alby tadi terlalu fokus menerima panggilan sehingga tidak menyadari ada sosok yang tiba-tiba mendekat dan menyerangnya. Kejadiannya sangat cepat bahkan bodyguard Alby yang berada di sekitar sana terkejut.“Untungnya luka tusuk itu tidak mengenai kandungan istri Anda, Tuan. Jadi bisa dipastikan kalau kandungan tidak apa-apa.”Alby seketika menghela napas lega. Setidaknya masih ada nyawa yang bernapas di sana.
“TIDAK!!! TIDAAAK!! MINA!!” seru Alby.Juan langsung berhambur keluar dan ikut membantu Alby. Mina tampak setengah tersadar menatap Alby. Wanita cantik itu memegang perutnya yang tertusuk dan sudah mengeluarkan banyak darah. Juan langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit memanggil bantuan. Sementara Alby sudah bersimpuh di tanah menyanggah Mina.“Alby ... .” Mina bersuara dengan sangat lirih.Alby sudah berurai air mata sambil terus menggelengkan kepala.“Tidak. Kamu jangan bicara. Juan sedang memanggil bantuan.”Mina hanya diam, menelan ludah sambil menatap Alby dengan sendu. Kemudian tangan Mina menyentuh wajah tampan Alby dan membelainya. Alby hanya diam menatapnya.“Ada ... ada tiga kematian, Alby.” Mina kembali bersuara lagi dan terdengar sangat lirih. Alby yang mendengarnya kembail berurai air mata dan terus menggelengkan kepala.“Enggak!! Kamu gak boleh mati, Mina. KAMU GA
“Kamu mengenalnya, Juan?” tanya Alby.Pria tampan itu kini melihat ke arah Juan dengan seksama. Juan menarik napas panjang kemudian menganggukkan kepala dengan mantap. Kemudian melihat ke arah Alby dan Mina.“Apa Anda masih ingat dengan kasus penggelapan di salah satu anak cabang perusahaan kita, Tuan? Kalau tidak salah saat itu, Anda baru saja lulus kuliah. Anda baru saja masuk perusahaan sehingga belum terlalu paham.”Alby diam sejenak seakan sedang mengingat apa yang dikatakan Juan barusan. Kemudian tidak lama, Alby mengangguk.“Akh, iya. Aku ingat. Kalau tidak salah itu dilakukan oleh orang kepercayaan Papa, seorang wanita, bukan? Apa itu ada hubungannya dengan Bruno?”Juan mengangguk lagi.“Iya, Tuan. Itu ada hubungannya dengan Bruno alias Alex Wijaya itu. Saat itu saya juga yang diminta Tuan Alvin menyelidiki kasusnya. Memang banyak kejanggalan dan saya yakin itu bukan dikerjakan hanya oleh ora
[“Apa benar ini Nyonya Mina Namari?”] tanya suara di seberang sana.Mina yang baru saja masuk kamar terkejut saat mendapat panggilan dari nomor tidak dikenal. Ia menarik napas panjang kemudian menjawab dengan lugas.“Iya, benar sekali. Ini dari mana?”[“Sebentar, Nyonya. Ada yang ingin bicara.”] Suara di seberang sana malah sudah mengalihkan panggilannya. Mina hanya terdiam dan menunggu suara siapa yang akan bicara padanya. Entah mengapa panggilan ini mengingatkan Mina pada saat Bruno meneleponnya dulu.[“Kak, aku Melan.”] Sudah terdengar suara di sana dan Mina tampak terkejut saat tahu yang berbicara adalah Melan.“Melan? Ada apa?”Hal yang sangat aneh saat Melan tiba-tiba meneleponnya. Padahal ia sudah putus hubungan, terakhir kali Mina bertemu Melan saat ulang tahunnya. Sebelum Damian terbunuh, karena setelah itu Melan menjadi buronan. Kini setelah Melan tertangkap polisi malah a
“Iya, itu namanya. Kamu mengenalnya?” tanya Melan.Kini dia yang terkejut dan menatap wanita di depannya ini dengan bingung. Sementara wanita paruh baya itu hanya diam sambil tersenyum masam ke arah Melan. Perlahan wanita itu meringsek mendekat hingga duduk bersebelahan dengan Melan sambil bersandar di dinding.“Nama aslinya adalah Alex Wijaya. Nama itu juga yang aku kenal sepuluh tahun silam. Dia masih muda, tampan dan sangat energik. Dia itu bawahanku di kantor, tapi dia sangat menawan dan aku dengan bodohnya tergoda oleh bujuk rayunya.”Melan terkejut dan mengernyitkan alis sambil menoleh ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu hanya menatap datar ke arah Melan.“Namaku Betty dan aku di sini karena terlibat dalam kasus penipuan serta manipulasi data. Sesungguhnya bukan aku seratus persen yang melakukannya. Aku hanya korban yang dijebak dan dijadikan kambing hitam oleh Alex atau Bruno.”Melan tampak bingung da
“Ada apa, Sayang? Apa masih ada yang kamu pikirkan?” tanya Alby.Usai berjalan pagi di taman belakang tadi, mereka kembali ke kamar dan kali ini Mina tampak sedang melamun di depan jendela. Mina menarik napas panjang dan membalikkan badan. Ia melihat Alby baru selesai mandi dan tampak lebih segar dari pada tadi. Aroma sabun nan segar dengan parfum maskulin menguar mengusik hidung Mina.Mina menarik napas panjang kemudian berjalan menghampiri Alby.“Entahlah, Alby. Hanya saja di kehidupanku sebelumnya ada tiga kematian yang harus aku lalui. Kematian Papa, Damian dan terakhir aku. Apa di kehidupan ini juga akan sama? Aku juga akan meninggal pada akhirnya?”Alby langsung terkejut saat Mina berkata seperti itu.“Sayang ... kok kamu ngomong gitu, sih. Kamu senang melihat aku bersedih karena kehilanganmu?”Mina tersenyum dan gegas menggeleng. Siapa juga yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Hanya saja
“Kamu sudah bangun, Sayang?” sapa Alby pagi itu. Mina baru saja terjaga dan sedikit terkejut saat mendapati Alby sudah terbangun. Alby tidur miring sambil menyanggah kepala melihat dengan sebuah senyuman manis ke arah Mina. Mina langsung tersenyum dan mengecup pipi Alby sekilas. “Jam berapa ini, Alby? Aku tidur nyenyak sekali semalam.” Alby melihat jam di dinding kamarnya kemudian kembali melirik Mina yang terbaring di sebelahnya. “Masih jam lima. Kamu kepagian bangunnya. Apa kamu ingin melakukan aktivitas denganku?” Mina langsung mendelik sambil menggelengkan kepala. Alby hanya tersenyum melihatnya. “Apa tidak ada bahasan lain, Alby? Ini masih pagi.” “Malah masih pagi itu bagus, Sayang. Ayo, buruan bangun!! Kita jalan-jalan!!” Mina seketika terkejut mendengar ucapan Alby. Ternyata dia yang sudah salah sangka. Ia pikir Alby akan