Yusita dan Emran ikut keluar untuk menyaksikan Yuriana diusir pergi. Begitu juga dengan Nyonya Freda dan Erick. Hanya Tuan Besar Oberon, Tuan Sanjaya dan Eriska yang masih berada di dalam. Erick tidak diam saja di sana. Dia menghampiri Yuriana yang terduduk di sana dan segera membantu Yuriana berdiri. “Kakak ipar baik-baik saja?” Yuriana menangis hingga Erick khawatir dan berpikir bahwa Yuriana mungkin terluka. Karena itu dia menanyakan keadaan Yuriana.Yuriana menjawab dengan mengangguk pelan tapi sebenarnya dia sakit.Namun bukan sakit ditubuhnya yang dia rasakan saat ini. Tidak ada luka yang diakibatkan dorongan Ibunya. Sakit itu berasal dari hatinya dan sakitnya begitu luar biasa hingga air matanya tak berhenti mengalir meski dia berusaha menahannya.“Pergi Yuriana! Kamu bukan bagian Keluarga Oberon lagi!” teriak Nyonya Sanjaya mengusir Yuriana, seolah dia pemilik kediaman ini.Erick tentu tidak suka dengan sikap Nyonya Sanjaya yang seenaknya mengusir Yuriana dari kediaman ini.
Erland kini sampai di rumahnya. Motor itu berhenti tepat di teras depan rumah yang begitu luas dan ada taman air mancur di depan teras luas itu. Yuriana sempat melihat ke arah air mancur ketika hawa dingin terasa ke arahnya. Lalu dia fokus melihat semua area pekerangan rumah yang membuat suasana nya lebih tenang dibanding Kediaman Oberon.“Turunlah Yuria! Kita sudah sampai.”Yuriana yang fokus melihat pekerangan rumah itu, seketika menoleh ke Erland. Karena fokus, dia sampai tak sadar kalau dia harus turun dari motor.Dengan cepat, Yuriana turun dari motor. Erland menyusul turun lalu melepas helmnya. Di saat itu, seorang pelayan laki-laki muncul dari dalam rumah. Erland langsung melempar kunci motornya ke pelayan itu agar memarkirkan motornya.Pelayan tersebut menangkap kunci motor Erland dengan sempurna tapi dia berdiri tegak di samping pintu rumah, membiarkan Erland masuk lebih dulu ke dalam sebelum melakukan tugasnya.Erland melangkah untuk masuk, sedangkan Yuriana tetap di tempatn
Erland tiba-tiba menarik tangan Yuriana kala Yuriana balik badan. Tubuh Yuriana langsung jatuh ke pangkuan Erland. Dia terkejut dengan tindakan Erland. Matanya sampai melotot melihat Erland yang malah tersenyum kepadana. Terlebih ketika tangan Erland melingkar di pinggangnya. "Ka-kamu sedang apa?" tanya Yuriana yang seketika jadi canggung dan gugup gara-gara duduk dipaha Erland, bahkan dia bicara gagap karena kecanggungannya itu. "Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya mencegahmu untuk tidak menghubungi Erick karena Erick sudah mengambil barangmu di sana. Sekarang dia pasti dalam perjalanan pulang kemari," jelas Erland. "Ooo, ya sudah! Aku tidak akan menghubungi Erick tapi bisa tidak, lepaskan aku. Aku tidak nyaman duduk dalam posisi seperti ini." Erland tidak segera menuruti Yuriana. Tangannya bahkan semakin erat memegang pinggang Yuriana. Dan matanya yang tadi menatap wajah Yuriana kini beralih ke pakaian Yuriana. Dia baru sadar bahwa perempuan itu memakai kemeja putihnya.“Kau m
Yuriana terkejut mendengar pengakuan pelayan itu. Bahkan Yuriana sampai tak bicara dan hanya terdiam menatap pelayan itu karena keterkejutannya. “Maafkan saya Nyonya! Ini bukan sepenuhnya salah saya. Ini semua rencana Nyonya Yusita. Saya hanya mengikuti perintahnya karena Nyonya Yusita sudah mengancam saya.” Pelayan itu tidak ingin jika Yuriana dan Erland melaporkannya ke polisi hingga dia memohon dengan segala pembelaannya di depan Yuriana. Yuriana masih terdiam tapi dia sudah percaya pada ucapan pelayan itu karena sejak dulu, Yusita memang sangat membencinya. Terlebih, Yusita pernah melakukan perbuatan tidak pantas demi menukar calon suaminya. Tidak heran jika Yusita melakukan hal tercela seperti ini lagi. “Ada apa Yuri? Apa kau tidak percaya ucapan pelayan ini?” Erland melihat Yuriana hanya diam hingga dia bertanya karena penasaran dengan pemikiran istrinya mengenai pengakuan pelayan ini. Yuriana tidak segera menjawab pertanyaan suaminya. Dia malah duduk di sofa karena merasa t
Erland turun ke bawah setelah dia membersihkan tubuhnya. Dia masuk ke ruang makan dan melihat istrinya masih sibuk di dapur. Sudah ada banyak makanan di atas meja yang menarik perhatian Erland. ‘Apa dia yang memasak semua ini?’ Tatapan Erland beralih ke Yuriana. Sambil memperhatikan Yuriana di sana, dia duduk di kursi, menunggu Yuriana selesai. Pria itu sama sekali tak mau mengganggu hingga dia tidak bicara apapun di sana selain diam memperhatikan istrinya. Menit berikutnya, Yuriana membawa masakan terakhirnya ke meja makan. Dia sedikit terkejut melihat suaminya sudah duduk di sana. “Sejak kapan kamu datang?” “Baru saja.” “Kenapa tidak bilang?” tanya Yuriana sembari menarik kursi dan duduk di sana. “Aku menunggumu selesai masak.” Erland beralih ke makanan di depannya, “tapi ngomong-ngomong, ini semua kamu yang masak? Maksudku, kamu sendiri?” Yuriana menoleh ke arah Bu Ningsih yang berdiri di samping kursinya. “Aku dibantu sama Bu Ningsih.” “Saya memang bantu nyonya tapi semua mak
Selesai makan malam, Yuriana kembali ke kamarnya. Dia mengira, Erland ke ruang kerjanya tetapi pria itu ternyata mengikutinya masuk ke kamar. “Tidak bekerja?” Erland menggeleng pelan lalu menutup rapat pintu kamarnya. Yuriana yang berdiri di sana, tiba-tiba ketakutan melihat Erland menutup pintu, bahkan mengunci pintu itu seolah pria itu ingin melakukan sesuatu yang tidak pantas dan tidak ingin orang mengganggunya. “Ke-kenapa tidak bekerja?” Yuriana pun mulai gugup meliat suaminya berjalan menghampirinya. “Daripada bekerja, aku lebih suka bersenang-senang di malam hari.” Erland tiba-tiba meraih lengan kiri Yuriana dan menarik perempuan itu ke dalam pelukannya. Yuriana terkejut. Matanya membulat sempurna melihat Erland memeluk tubuhnya dengan erat. Bahkan wajah pria itu terlalu dekat darinya. “Er-Erland, lepaskan aku!” Suara Yuriana kembali terdengar terbata-bata. Jantungnya seketika berdegup kencang seakan ingin melompat keluar. “Kenapa aku harus melepaskanmu? Apalagi, aku menyu
“Astaga! Apa aku bangun kesiangan?”Yuriana membuka matanya dan tidak melihat Erland di sampingnya hingga dia mengira dirinya terlambat bangun. Dia buru-buru menoleh ke samping kiri dan meraih jam kecil yang ada di atas meja nakas. Ternyata, waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Yuriana langsung menghela nafas leganya.“Aku pikir, aku sudah terlambat. Ternyata masih ada waktu dua jam.”Hari ini adalah hari pertama Yuriana memulai perannya sebagai Nyonya Erland di rumah ini. Oleh sebab itu, dia buru-buru bangun meski seluruh tubuhnya pegal gara-gara perbuatan Erland semalam. Bahkan matanya masih mengantuk. Beberapa kali dirinya menguap kala berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan rasa malas pun melandanya tapi tugas nyonya rumah harus dia lakukan. Dia sudah berjanji dan janjinya harus dia tepati.Yuriana selesai membersihkan wajahnya. Dengan gaun tidur yang masih dia pakai, dia turun ke bawah untuk membantu Bu Ningsih memasak makanan sebelum berangkat ke kantor.“
Yuriana turun ke bawah bersama suaminya menggunakan tangga. Yusita yang duduk di ruang tamu, berdiri dari tempat duduknya ketika melihat mereka menuruni tangga. Raut wajahnya tampak dingin dan penuh kebencian melihat Yuriana tapi ekspresi itu seketika berubah tersenyum kala Yuriana bersama Erland berjalan ke arahnya. ‘Aku tahu alasanmu mengundangku kemari Kak Yuria. Kau pasti ingin mempermalukanku di depan Erland. Huh, akan aku ikuti permainanmu.’ Plak! Tanparan seketika mendarat ke pipi Yusita kala Yuriana sudah ada di depannya. Yusita yang tadinya tersenyum, kini terkejut. Dia memegang pipinya sembari menatap Yuriana dengan matanya yang terbelalak terkejut. “Kenapa Kak Yuri menamparku?” Jika saja tidak ada Erland di sana, Yusita pasti sudah membalas tamparan yang diberikan Yuriana. Namun karena ada Erland, Yusita malah bersikap lemah lembut seperti orang yang tidak bisa berbuat kasar pada orang. Bahkan dia bertanya dengan suara pelan dan dengan tatapan sendu yang tiba-tiba berub
Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le
“Sekarang kau sudah merasa hebat karena menjadi anak dari orang terkenal!” Emran menyahut saat Yurika masuk ke dalam kamar. Bola mata Yurika langsung tertuju ke arah suaminya yang sedang duduk bersandar di sofa sana. “Apa maksudmu Emran?” “Kau melakukan apapun yang ingin kau lakukan tanpa memikirkan statusmu sebagai istriku, Yurika. Bahkan kamu sengaja mendatangi Erland di kamarnya tanpa rasa malu. Apa selama ini kau memang meremehkanku?” “Jangan salah paham! Aku hanya datang untuk bahas kerja sama dengan dia. Sekalian kasih dia susu untuk Erland sebagai adik iparnya. Sekarang ini kan, Yuriana nggak ada. Jadi, sebagai adik ipar yang baik, aku harus peduli dengan suami kakakku.” Meski Yurika punya niat untuk berpisah dengan Emran tapi ia tetap menjelaskan pada Emran karena tidak ingin pria itu menuduhnya telah punya niat buruk. Apalagi jika Emran menceraikannya dengan alasan selingkuh. Yurika tetap harus memperbaiki nama baiknya. Terlebih semua orang tahu bahwa ia adalah anak Miss A
Yusita mulai menjalankan rencananya dalam menarik perhatian Erland. Ia datang ke kamar lelaki itu, membawa susu hangat setelah melihat Erland meminta susu hangat pada seorang pelayan.Dengan penuh percaya diri akan respon baik Erland, Yusita mengetuk pintu kamar lelaki itu hingga sang pemilik kamar membuka pintunya. Namun tatapan pria itu terlihat dingin melihat Yusita berdiri di hadapannya.“Ada apa?” tanya Erland dingin.“Katanya kamu minta susu. Karena kebetulan, aku di bawah. Jadi sekalian aku bikinkan untukmu,” ucap Yusita tersenyum sembari menyodorkan susu hangat itu pada Erland.Erland melihat susu yang dipegang Yusita lalu kembali menatap adik iparnya dengan tatapan dingin. “Aku sudah tidak tertarik minum susu. Buatmu saja,” tolak Erland kemudian berniat menutup pintunya dengan mendorong pintu itu tapi ditahan oleh Yusita.“Sebentar Kak Erland!”Erland menghela nafas kasarnya melihat Yusita. “Ada apa lagi?”"Aku dengar dari ibuku kalau kamu sedang bekerja sama dengannya," uca
Semua orang yang mendengar pengakuan Yusita, terkejut. Mata mereka semua mengarah ke Yusita tapi mereka tampak bingung dan juga tak percaya apa yang dikatakan Yusita.“Sita … kita sekarang sedang makan malam. Tolong, jangan bercanda seperti ini! Hargailah semua orang yang duduk makan di sini!” sahut Eriska yang terlihat tak senang pada Yusita karena mengira Yusita sedang bercanda.“Apa yang dikatakan Yusita memang benar, Nona Eriska.” Miss Arabella ikut menyahut untuk membela Yusita.“Saya bingung Miss. Setahu saya, Yusita ini adalah anak kandung Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya. Kenapa Yusita tiba-tiba menjadi anak kandung Anda?” tanya Eriska mengerutkan keningnya.“Selamat malam semuanya!” Tiba-tiba Nyonya Sanjaya datang. Kedatangannya malam ini di kediaman Oberon untuk membantu Yusita agar mereka yakin tentang masalah Yusita dengan Nyonya Sanjaya.Semua orang menoleh ke arah Nyonya Sanjaya. Nyonya Sanjaya langsung membungkuk hormat di depan Tuan Besar Oberon. “Maaf tuan! Kedatangan