Share

Bab 5 Bubur Ayam

Author: D Lista
last update Last Updated: 2023-02-16 09:02:14

BAB 5 Bubur Ayam

"Suaminya nggak dipesenin sekalian, Mbak?" tanya pelayan yang berdiri menanti pesanan.

"What?! Suami?!"

"Biar pesan sendiri. Tanya aja orangnya!" Syila masih bersikap tak acuh karena Refan selalu mengejeknya.

"Bubur dan jeruk panas, Mas."

"Baik silakan ditunggu dulu!"

Syila terpaksa duduk bersisihan dengan Refan, karena warung bubur itu ramai di pagi hari. Banyak karyawan perusahan di ibukota yang mampir sarapan di situ.

"Eh, pasangan serasi ya mereka." Syila sempat mendengar bisik-bisik wanita paruh baya yang duduk berselang satu meja dengannya.

"Iya, biasanya Mbaknya yang cantik sendirian. Apa dia sudah menikah?"

Syila semakin risih. Dia memang rajin sarapan di sana bersama teman kantornya sewaktu tinggal di kontrakan.

"Itu mungkin suaminya. Ganteng banget kayak artis yang jadi brand ambasador kosmetik terkenal itu lho."

"Komestik yan mana?"

"Itu lhoh, kosmetik B ***?"

"Oh, kosmetik yang lagi hitz?" Wanita satunya mengangguk dengan tatapan masih fokus ke arah Refan.

"Eh benar ya, Mbak. Kalian sudah menikah? Mbak dan masnya pasangan serasi."

"Astaga. Nih ibu-ibu keponya selangit. Malu-maluin sudah seperti gosip selebriti."

Syila melirik sebelahnya sebelum menjawab. Refan terlihat hanya cengar-cengir membuat Syila bertambah kesal.

"Maaf, Bu. Kami ini...." Syila berusaha menjelaskan, tetapi Refan buru-buru menyela.

"Iya. Pengantin baru, Bu. Baru juga kemarin nikahnya."

"Eh. Siapa ...." Belum juga Syila menjelaskan yang sebenarnya, ibu-ibu itu malah menimpali tanpa jeda.

"Wah, gimana tuh malam pertamanya Mbak. Kalau suaminya ganteng macam mas ini, ya semalaman betah di kamar. Sampai-sampai paginya nggak bisa berangkat kerja."

Syila hanya menelan salivanya. Ia jelas sudah masuk ke skenario konyol Refan.

"Iya Bu. Semalam kami main banyak ronde sampai nggak bisa tidur," celetuk Refan geli.

"Wah." Ibu-ibu yang mendengar justru berteriak histeris membuat pengunjung lain melihat ke arahnya. Syila malu benar. Ia menatap tajam Refan yang bersikap santai menanggapi.

"Nggak kasian istrinya, Mas?" celetuk ibu satunya.

"Nggaklah, selagi dia minta dan saya masih kuat ya tetap lanjut. Sampai dia ketiduran barulah berhenti mainnya."

Tidak hanya ibu-ibu yang mengajaknya ngobrol yang terpukau, bapak-bapak yang mendengarnya hanya menelan ludahnya.

"Maaf Bu, Pak. Kalian jangan dengerin omongan suami saya. Dia lagi lapar ya begini, suka ngelantur."

"Oh, ya. Mbak sampai nggak sempat masak ya. Pasti bangun kesiangan tadi. Beruntung suaminya pengertian Mbak. Makin disayang tuh suaminya biar nggak dilirik orang."

"Hadeh, salah ngomong. Capek deh," gerutu Syila sambil menepuk jidatnya.

Refan tergelak dengan sikap ibu-ibu yang justru menimpali ucapan Syila dengan candaan. Syila menginjak kaki sebelahnya supaya berhenti berulah. Refan pun mengaduh.

"Jangan kasar, Syila. Lu mau main kdrt?" bisik Refan di telinga kiri Syila.

"Bisa diem, nggak?!" balas Syila dengan wajah garang menatap Refan. Laki-laki itu hanya cekikikan. Mereka menghabiskan bubur dan minuman yang di pesan. Syila juga membawakan dua bungkus untuk Zein dan Sania sesuai pesanan Zein.

"Ayo masuk!" Refan membuka pintu depan mobil sportnya. Namun Syila ogah-ogahan naik mobil itu.

"Nggak! Aku mau naik ojek aja."

"Sudah masuk aja! Maaf kalau gue memaksa. Lu sendiri yang berulah membuat gue memaksa dengan cara ini."

"Refan!" jerit Syila tetapi tak dihiraukan Refan. Justru laki-laki itu terbahak membuat Syila kesal. Refan menyeret dan memasukkan Syila ke mobil.

"Ini juga permintaan abang. Kalau bukan abang yang minta ogah gue anterin lu kemana-mana. Lebih baik anter cewek lain yang penurut," terang Refan.

"Ya sana! Dasar playboy."

"Playboy tapi keren kan. Ibu-ibu tadi aja kesengsem."

"Dih, pedenya selangit."

"Iya, dong. Wajib."

Tanpa sadar Syila menarik bibirnya satu senti ke kanan dan kiri. Meski menyebalkan, bersama Refan dirinya bisa tertawa lepas. Sampai-sampai Syila lupa kesedihannya beberapa jam lalu.

Refan mampu membuatnya tertawa konyol sekaligus kesal dalam waktu yang bersamaan.

Dia jadi mengulum senyum sendiri saat mengingat dulu pernah ditawari Refan untuk memilihnya tetapi Syila lebih memilih Zein. Apa jadinya sekarang kalau dirinya memilih Refan, mungkin hidupnya tidak serumit menikah dengan Zein.

Dipikir Syila menikah dengan Zein dirinya adalah istri satu-satunya. Ternyata justru dia istri kedua Zein. Menyedihkan.

"Sudah melamunnya."

"Astaghfirullah!" Syila memekik kaget, tiba-tiba wajah Refan tepat di depannya. Jaraknya hanya sekian senti hingga napas Refan menyapu wajahnya.

"Jangan bikin aku jantungan!"

"Ni otak jangan keseringan melamun. Takutnya lu kesambet setan. Nanti bisa-bisa lu ngejar-ngejar gue lagi." Tawa Refan meledak melihat wajah Syila yang menegang. Syila sudah berpikir yang iya-iya, Refan mau menyentuhnya. Ternyata pria menjengkelkan itu hanya memasangkan seat beltnya.

"Duh, malunya aku." Syila menepuk jidatnya sendiri. Ia membuang muka ke arah samping agar tidak terlihat bersemu merah.

"Gini nih, pengantin baru kurang sentuhan suami. Mikirnya kejauhan," ledek Refan.

"Nggak usah meledek. Kayak kamu laku aja. Nyatanya ganteng-ganteng masih jomblo. Siapa yang lebih menyedihkan di antara kita?" Syila menjulurkan lidahnya. Dia tidak mau kalah membalas ejekan Refan.

"Syila, Syila. Gue mau jalan sama wanita tuh gampang. Tinggal telpon ajak makan malam banyak yang mau. Lha kamu punya satu laki-laki aja nggak peduli."

Nyes, ucapan terakhir Refan mampu menyiram kobaran api yang sempat padam menjadi menyala lagi. Matanya sudah berkaca-kaca. Sakit hatinya karena perlakuan suaminya tak sebanding dengan ejekan Refan. Ucapan Refan benar-benar menusuk sampai ke ulu hati.

Mendadak Syila diam. Lidahnya kelu, ia tidak sanggup membalas ucapan Refan.

Kepalanya menyandar di kaca samping kiri. Dadanya terasa sesak, semakin sulit ia meraup oksigen untuk bernapas karena tangis yang ditahannya. Tak kuat menahan, akhirnya tangis Syila pecah.

Ia menangis tergugu di samping Refan yang sudah melajukan mobilnya beberapa ratus meter.

"Syila. Syila!" Refan menepikan mobilnya. Ia kebingungan menenangkan wanita yang menangis. Kalau semalam dia menghibur Syila dengan ejekan yang berupa candaan. Namun, pagi ini Syila justru menangis akibat candaannya.

"Maafin gue, Syila. Ucapan gue dah bikin lu sakit hati ya?" Syila masih tergugu. Tangisnya tak juga mereda justru histeris membuat Refan panik. Dia paling tidak tahan saat melihat orang menangis histeris atau menahan kesakitan. Dia tidak mau penyakitnya kambuh di depan Syila. Gegas, ia keluarkan benda kecil untuk dihirup supaya lebih lega. Refan selalu siaga dengan tidak jauh dari benda itu.

"Jahat. Kamu jahat Fan. Kamu lebih jahat dari Mas Zein. Sakit tahu."

"Maaf. Mana yang sakit?" Refan memutar otak untuk meredakan tangis Syila.

"Ayolah, Syila. Bisa diam nggak? Nanti gue beliin es krim di mall."

Syila menggeleng keras. Refan melorotkan bahu, usahanya pertamanya gagal. Ia segera menarik kepala Syila untuk menyandar di bahunya. Syila tersentak dibuatnya.

"Fan?"

"Menangislah, tetapi jangan terlalu keras. Nih, bahu gue siap untuk lu bersandar." Refan masih menarik napas dalam beberapa kali.

Benar saja, Syila menyandarkan kepalanya di bahu kiri Refan. Kedua tangannya menutupi wajah yang masih terisak. Sempat melirik ke arah samping, Syila sebenarnya terkejut melihat perubahan Refan. Ia mengernyit penasaran saat Refan memegang benda kecil lalu diletakkan di sekitar mulut dan hidung.

"Refan kenapa pucat begitu? Ah sudahlah, salah dia sendiri membuatku terlihat buruk."

"Aku harus gimana supaya Mas Zein tertarik sama aku."

Refan hanya mendecis. Sedikit lega dirasakan, karena tangis Syila sudah sedikit mereda. Bahkan sosok ceria di sampingnya bisa mencurahkan hatinya.

"Kalau lu cengeng begini, Bang Zein tambah nggak tertarik lah."

"Lalu menurutmu aku harus apa?" Syila bangun dari rebahannya. Menanti harap-harap cemas saran dari Refan. Dia ragu, bisa jadi Refan akan menyarankan hal konyol.

"Coba lu pelajari dari Sania. Apa yang membuat Bang Zein tertarik sama Sania."

"Mbak Sania cantik," celetuk Syila.

"Kamu juga nggak kalah cantik."

"Hah?" Syila tertegun dengan ucapan Refan.

"Secara umum semua wanita cantik, Syila."

"Iya, sih. Lalu apa, dong?"

"Ya apa, kek. Mungkin pelayanan Sania lebih memuaskan kali," imbuh Refan membuat Syila melotot tajam ke arahnya.

"Aku juga melayani Mas Zein dengan baik. Menyiapkan baju, menyiapkan sarapan tadi."

"Bukan itu, Syila. Pelayanan plus-plus. Ini obrolan dewasa, bukan anak TK."

"Apa?!" pekik Syila dengan mulut menganga. Refan justru membalas dengan kedipan alis. Menyebalkan.

Related chapters

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 6A Bromo

    BAB 6A Bromo"Aku juga melayani Mas Zein dengan baik. Menyiapkan baju, menyiapkan sarapan tadi." "Bukan itu, Syila. Pelayanan plus-plus. Ini obrolan dewasa, bukan anak TK." "Apa?!" pekik Syila dengan mulut menganga. Refan justru membalas dengan kedipan alis. Menyebalkan. "Apa yang dimaksud Refan pelayanan di ranjang. Hufh, malam pertama aja kami nggak tidur sekamar. Gimana aku mau melayani." Refan menoyor kepala Syila hingga suara mengaduh Syila melengking. "Nggak usah piktor. Maksud gue apa lu pernah ciuman sama bang Zein gitu?" Syila terlonjak kaget. Ciuman, boro-boro ciuman, ngobrol bareng aja ada Sania kayak polisi sedang patroli. "Belum. Masak iya ada Sania mau ngelakuin kayak gitu." Refan terbahak mendengar kejujuran Syila. "Polos amat sih lu. Masak iya minta gue ajarin?" Refan mengedikkan alisnya. Mulailah keluar sifat playboynya. "Nggak perlu!" pekik Syila bercampur malu. "Gimana bisa cantik banget kayak Mbak Sania, Fan?"Syila menerawang jauh, bayangan Sania yang a

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 6B Bromo

    "Hufh, nasib mau liburan jauh-jauh dari bos dingin. Eh ketemu sama laki-laki tampang playboy gini," gerutunya dalam hati.Demi menghemat kantong biar ngga kering, Syila menyewakan satu kamarnya. Sayangnya, kamar mandi dan dapur dipakai bersama. Keduanya sepakat untuk menjadi penghuni saling asing. Artinya tidak ada dua orang di tempat yang sama. Saat salah satu menggunakan dapur, maka salah lainnya tidak berada di situ. Terdengar ribet, tapi demi keamanan bersama terutama Syila yang aslinya gadis polos lulusan pesantren. Di luarnya saja dia menjadi gadis bar-bar untuk tameng dari godaan playboy. Pria itu mengenalkan diri dengan nama panggilan Refan. Syila sempat membatin, pria itu mirip bosnya. Namun kelakuan mereka bertolak belakang. Apalagi penampilan Refan berambit gondrong, menambah kesan plaboynya.Menjelang malam, cacing di perut mulai berteriak protes. Syila mengeluarkan bahan untuk makan malam yang sudah menjadi bekal di tas. Keluar kamar dengan kerudung instan, kaos panjang d

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 7A Ciuman

    BAB 7A Ciuman"Sudah ketawanya. Tadi aja nangis-nangis, sekarang ketawa nggak jelas. Dikira lu cantik-cantik nggak waras nanti.""Fan, tadi malam yang mindah aku ke ranjang siapa?" Syila berubah serius saat menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran.Refan hanya bergeming membuat Syila menoleh dan menatap lama adik iparnya."Fan.""Hmm." Refan menyunggingkan senyum, membuat Syila mendecis."Kamu maunya gue yang angkat atau Mas Zein?" Refan justru berbalik tanya semakin membuat Syila kesal."Ckk, selalu begitu kalau ditanya. Ya, jelas aku berharap suamiku yang mindahin lah. Lain kali awas ya kalau aku tidur di sofa, kamu jangan mindahin aku. Panggilkan saja Mas Zein.""Tentu saja, suami lu yang lebih pantas memindahkan." Syila menghentikan perdebatannya setelah merasa lega, bukan Refan yang memindahkan tidurnya di ranjang melainkan suaminya. Mobil akhirnya memasuki pelataran perusahaan kosmetik yang turun temurun dari keluarga kakeknya. Awal mula perusahaan itu dipegang omnya karena

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 7B Ciuman

    Bab 7B"Pagi, Bu Syila." Seorang karyawan bagian keuangan barusan melintasinya."Selamat atas pernikahannya ya, Bu. Bos memang serasi dengan Bu Syila." Syila memandnag kesal pria di sampingnya."Terima kasih, Pak." Refan berdehem membuat karyawan itu menunduk hormat."Pagi, Bos." "Lanjutkan kerjamu!" titah Refan diangguki patuh oleh karyawan laki-laki yang berusia muda tadi. Syila hanya mengernyit, dan bertanya-tanya dalam hati."Apa mereka tidak tahu Refan kembaran bosnya?" Syila hanya mengedikkan bahunya lalu melangkah kembali menuju ruang kerjanya yang menjadi satu dengan ruang direktur. Ia lupa kalau Refan sudah memangkas rambut hingga pendek seperti Zein.Syila melangkah tanpa ragu. Ia sudah biasa mengetuk pintu, lalu masuk ke ruang Zein seperti hari biasa saat bekerja."Kayaknya yang ini lucu deh bajunya.""Iya, Sayang." Zein terlihat mencolek dagu Sania, saat Syila masuk ruang kerjanya."Ishh, nakal." Suara manja khas wanita menyapa telinga Syila saat masuk ruang Zein. Ia mel

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 8A Coba-coba

    BAB 8A Coba-coba"Mas Zei...." Bersamaan dengan bunyi lift berdenting. Pintunya terbuka, tampak dua orang karyawan berdiri terperangah di luar. Keduanya melihat adegan dewasa telah terjadi di dalam lift. Reflek Syila mendorong dada Refan sesaat setelah pintu lift terbuka. Ia menerobos dari bawah lengan Refan yang mengurungnya."Syila?! Apa yang kamu lakukan?" Refan ikut menoleh ke arah sumber suara."Hah. Maaf Bos, kami sungguh tidak melihat apa-apa. Bener, deh!" Salah satu karyawan yakni Merry sahabat Syila segera menarik tangan temannya untuk kabur dari situ. Keduanya takut dipecat karena kedapatan mengganggu kesenangan bosnya.Syila hanya melongo melihat Merry yang terbirit bersama rekan yang lain. Ia berbalik ternyata lift sempat menutup dengan Refan memberikan kiss dari jauh."Hufh, menyebalkan." Tubuh Syila merinding melihat tingkah adik iparnya. Gegas ia mencari Merry untuk berbagi cerita.Langkah Syila yang tadinya cepat berubah melambat setelah sampai di depan ruang bertuli

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 8B Coba-Coba

    BAB 8B Coba-coba"Lalu, buat apa nikah sama kamu? Kasian amat kamu, Syil. Sekali menikah jadi istri kedua.""Kamu meledekku, Mer?" Merry hanya tersenyum meringis."Dah lah jangan tanya alasannya kenapa. Tahu sendiri kan, bos patah hati ditinggalin seorang wanita, sikapnya jadi dingin kayak es kutub. Eh tahu-tahu wanita itu mencarinya saat hari pernikahan kami tiba.""Iya, wanita itu katanya cinta pertamanya. Bos masih cinta kali ya sama wanita itu.""Ckk, kamu bukannya menghibur malah bikin aku sakit hati sih, Mer.""Iya, maaf. Trus gimana kelanjutannya? Kamu minta pisah?"Syila menggeleng. Janjinya pada diri sendiri juga keluarganya selama masih kuat bertahan, maka ia akan mempertahankan pernikahannya. Meskipun pernikahannya lahir dari perjodohan, ia menganggap pernikahan adalah hal yyang sakral bukan untuk dipermainkan."Lalu?""Kamu bantu aku, Mer. Gimana caranya menarik perhatian Mas Zein.""Hmm, kalau itu mah gampang. Kamu coba-coba aja menggodanya. Nanti malam, pas di kamar tuh,

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 9A Jemari Lentik

    BAB 9A Jemari LentikSyila duduk di sofa pantry, masih terpaku dengan pikirannya. Langkah kaki terdengar memasuki ruang untuk pelarian para karyawan menghalau kantuk dan pegal karena duduk terlalu lama. Perusahaan kosmetik turun temurun milik keluarga Ilyas Arkana Wijaya memang mengedepankan kenyamanan tidak hanya bagi petinggi, tetapi juga bagi karyawannya. "Nona, Syila. Ngapain di sini pagi-pagi?" Pria berpostur layaknya seorang bodyguard itu berjalan mendekat ke arah rak berisi aneka minuman. "Eh Pak Alex. Bikin coklat panas, biar moodnya naik, Pak." Syila mencoba memberikan senyum terbaiknya seperti saat dia masih menjadi sekretaris Zein sebelum menikah. Walaupun hatinya sedang dongkol dengan bosnya, Syila tidak mau orang lain kena getahnya. Sebisa mungkin ia menghindari hal itu. Tidak heran banyak karyawan yang menyukainya sifat Syila. Dia wanita yang mudah bergaul dan pandai bicara. Obrolannya selalu menyenangkan. Bahkan pertemuan pertamanya di Bromo dengan Refan membuat pria

    Last Updated : 2023-03-28
  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   Bab 9B Jemari Lentik

    BAB 9B Jemari Lentik "Nona Sania apa kabar?" Refan mengernyitkan dahi. Ia merasa heran, kenapa tiba-tiba Alex menanyakan wanita itu. Wanita yang telah pergi meninggalkan abangnya dan kini kembali dengan berbadan dua. Setitik nyeri hadir di dadanya, seolah membuka luka lama yang belum kering.  "Baik, Pak. Dia sedang hamil."  "Apa?! Hamil?!"  Refan melihat perubahan wajah Alex yang mendadak serius.  "Kenapa? Pak Alex sepertinya kaget begitu." Refan sedikit menaruh curiga kalau Alex mengetahui hal penting tentang Sania.  "Tidak ada, Mas." Alex berusaha bersikap biasa.  "Maksud saya, Mbak Sania hamil anak siapa?"  "Suaminya lah. Pak Alex ini gimana, sih?" canda Refan membuat Alex tercenung.  "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua, Pak?" Refan menghentikan tawanya. Ia mulai berbicara serius.  "Saya tidak tahu, Mas."  "Ayolah, Pak Alex nggak bisa berbohong di

    Last Updated : 2023-03-29

Latest chapter

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 42 TAMAT

    S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 41

    S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 40

    S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 39

    S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 38

    S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 37

    S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 36

    S3 Bab 36 "Maaf, sebaiknya saudara Irsyad menjelaskan di kantor. Karena Pak Ronald sudah memberi keterangan terkait kejadian di hotel malam itu sesuai yang dilaporkan Mbak Alea." "Saya pikir cukup lelaki bernama Ronald itu yang ditangkap, Pak," bela Alea. "Maaf, Mbak Alea. Kami perlu membawa Saudara Irsyad. Sebab dia juga berada di hotel yang sama malam itu." "Apa?!" pekik Alea. "Tenanglah Alea, ini pasti salah paham. Baik, saya akan ikut ke kantor." "Tapi, Syad. Acaranya?" Syifa menagih jawab atas pertanyaan yang sudah bisa ia tebak jawabannya. "Pak, kalau boleh Irsyad datang ke kantor polisi setelah acara akad nikah selesai," bujuk Zein. "Maaf, kami harus membawa saudara Irsyad sekarang juga." Zein tersentak, pun Syifa tidak bisa menahan air mata. Acara sakral putrinya mendadak kacau. Ini tentu tidak masuk dalam perkiraannya. Ia sungguh kasian pada Alea yang mendapat masalah bertubi. "Jangan khawatir Mas, Fa. Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan dengan polisi selesai, ak

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 35

    S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 34

    S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak

DMCA.com Protection Status