"Makasih yah, Mas Kenzo udah nganterin kita!" kata Jelita setelah sampai di depan rumah Atikah, mertuanya."Iya Jel, sama-sama. Kalian yang akur-akur yah, jangan marahan terus! Tapi seru juga lihat pasangan kayak kalian, berantemnya lucu tapi manis, bikin aku ngiri, hahaha ...!!" goda Kenzo."Hehehe ... iya Mas!""Bisa aja kamu, Ken. Makanya cepetan cari gantinya si Marsya. Biar bisa seru-seruan kayak kita!" ucap Arman sambil merangkul pundak Jelita."Iya deh yang udah baikan, ini asinannya takut kebawa lagi.""Hehe ... hampir lupa lagi!" Cepat-cepat Arman meraih kantung plastik berisi asinan itu dari tangan Kenzo. "Udah yah aku pulang, Ar, Jel ...!!" Kenzo memutar balik mobilnya meninggalkan rumah Atikah."Iya Ken, sekali lagi makasih!" ucap mereka menatap kepergian Kenzo sampai tak terlihat lagi mobil Kenzo."Lepasin Mas, Mas Kenzonya udah pulang!" ucap Jelita sambil melepaskan perlahan tangan Arman dari pundaknya."Masih marah aja sih, Sayang." Arman mengelus dada, dia kira istrin
Tapi seolah tidak kapok, Atikah meneruskan makan asinan itu. Hingga bibir, lidah dan tenggorokannya terasa sangat panas barulah dia menghentikannya."Udah, udah aku benar-benar gak kuat lagi, huuuu ... haaaa ...!!" Keringat mengucur dari dahi hingga leher Atikah, wajahnya sampai memerah, telinganya terasa mendengung.'Kena batunya kan, makanya kalau mau itu bilang jangan main comot aja!' gumam Jelita sambil menertawakan ulah mertuanya, dia pun segera kembali ke kamar sebelum Arman mencarinya ke bawah."Air, aiiiir ...!!" Atikah minum sebanyak-banyaknya, rasa panasnya belum juga sirna dia mendengar suara berisik dari anak-anak yang tengah berlarian di dekat dapur."Kaaaak ... aku minta lagi kuenya!!""Kejar aku kalau bisa, hahaha ...!!" Kedua anak laki-laki itu berlari-lari di dekat Atikah duduk."Heeeei ... kalian, siapa kalian, kenapa lari-lari di rumahku!!" bentak Atikah menghentikan kedua anak kecil itu berlari."Kamiii ... anaknya Mama Hesti," jawab kedua anak itu merasa takut.'H
"Maaas ...!" panggil Jelita dengan bahasa tubuh menggelengkan kepalanya beberapa kali ke arah pintu."Kalian lagi apa sih, ini masih terlalu siang untuk berbuat yang enggak-enggak!!" teriak Atikah lagi."Itu Ibu! Udah dulu Sayang, sun-sunan nya, kita lanjut nanti lagi!!" Arman pun melepaskan pautannya."Lagian Mas Arman, udah tahu Ibu gedor-gedor pintu mana teriak-teriak gitu, bukannya udahan ini malah tambah terus-menerus ciumin bibir aku, mau bikin bengkak lagi bibir aku, hah!!" umpat Jelita jengkel dengan kelakuan sang suami."Hehehe ... maaf, abisnya enak bibir kamu, empuk-empuk gimana gitu, bikin ketagihan, hahaha!!" Arman tergelak tanpa rasa malu mengakuinya."Udaaah ... sana! Bukain, keburu Ibu teriak lagi, berisik nanti kedengaran sama tetangga lagi!" Jelita sambil mendorong pelan punggung Arman."Iya, iya!" Arman pun bergegas membuka pintu, begitu terbuka terlihat sang ibu sudah menatapnya dengan wajah mendengus."Lama banget sih, buka pintunya, masih siang udah main di kasu
Baru saja mereka menaiki mobil, tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di rumah Atikah. "Hei, kalian mau ke mana?" tanya lelaki dengan wajah mirip Arman tapi sudah kelihatan sedikit menua."Bapaaak ...!!" ujar Arman melihat laki-laki yang turun dari mobil itu.'Bapak?? Bapaknya Mas Arman pulang?'Mereka pun segera menghampiri dan mencium tangan Fadlan, ayahnya Arman."Bapak pulang kok kalian malah mau pergi?" tatap Fadlan pada keduanya."Maaf Pak, memang ini sudah rencana kami, begitu rumah yang Arman sudah selesai dibangun kami akan langsung pindah.""Oooh ... gitu yah,""Bapaaak ...!!" Terdengar suara anak laki-laki dari mobil Fadlan.Mereka melihat Ardhan, adik laki-laki Arman yang tengah kesulitan menurunkan barang-barangnya dari dalam mobil."Ardhan? Ardhan pulang bareng Bapak?""Iya, kemarin tadi adik kamu telepon Ayah katanya PKLnya udah selesai, yah sudah ayah samper sekalian!""Baguslah kalian pulang, jadi Ibu gak kesepian karena kami pindahan.""Mas Arman, Mbak Jelita apa kabar
Arman menjelaskan semua ruangan di rumah besar itu, Arman membuat semua ruangan dengan sangat apik dan nyaman untuk ditinggali.Taman dan kolam renang di belakang rumah menambah megahnya rumah itu."Pantas saja rumah ini lama dibangun, rumah ini sangat besar dan megah, Mas.""Iya Sayang, dulu aku membeli rumah ini tanpa berpikir kapan aku akan menikah, yang ada di pikiran aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku bersama orang yang aku cintai di rumah yang indah dan nyaman ini," ucap Arman dengan lirih memandang pemandangan di luar taman."Daaaan ... kamulah yang dipilih hatiku Jelita, aku ingin hidup bersama sama kamu, Sayang... Aku ingin kita membangun rumah tangga yang bahagia, harmonis sama kamu, membesarkan anak-anak kita nantinya di sini, di rumah ini, aku ingin rumah ini penuh cinta dan kasih sayang yang gak ada abisnya!!" Arman berkata dengan lirih dan begitu menyentuh, hati Jelita mencelos mendengarnya, jauh di lubuk hati terdalam Jelita dia pun sangat menginginkan hal itu.'
”Jangan macam-macam Van, berhentiin aja aku di sini, biar aku naik taksi aja!!" tolak Jelita, dia tak ingin Revan berbuat macam-macam dengan membawanya ke apartemennya."Kamu pikirannya negatif aja sih, aku hanya ingin kamu masakin aja Li, aku belum punya apa-apa yang bisa dimakan buat makan malam.""Kamu kan bisa pesan online aja, Van. Gak usah suruh aku masak segala." Jelita masih berusaha menolak ajakan Revan."Gak Li, aku ingin rasain masakan buatan kamu, padahal kita udah lama kenal, tapi aku gak tahu kalau kamu bisa masak, boleh yah, please ...!!" Revan merengek seperti anak kecil dengan sengaja memohon dengan tatapan puppy eyes pada Jelita."Uuuh ... so imut, huuu ...!!" ledek Jelita."Aku kan memang masih imut, hahaha!!" ujar Revan seraya mencubit hidung Jelita.Walaupun Jelita belum mengiyakan, tapi Revan sudah membawa semua belanjaannya ke dalam apartemen."Hei, siapa suruh kamu bawa semua kantung belanjaan aku, aku kan belum menyetujuinya!!!" protes Jelita sambil menyusul R
"Sayang, kamu di mana? Aku udah pulang, tapi kamu gak ada di rumah."Deg! 'Waduuuh ... kenapa Mas Arman malah udah pulang duluan, gimana nih!'"Sayaaang ... kamu di mana kok gak jawab?" tanya Arman lagi."Eeeuh ... Maaf Mas, aku tadi masih di kantor baru beresin laporan, Mila gak masuk jadi aku beresin dulu." Terpaksa Jelita kembali berbohong."Mau aku jemput, Sayang?""Gak usah, ini udah mau pulang. A-aku udah di jalan la-lagi cari taksi," jawab Jelita terbata-bata."Beneran Sayang, gak perlu aku jemput, ini udah jam 8 lho?" Arman terus menawarkan untuk menjemputnya."Gak usah, Mas duduk manis saja di rumah, aku otw pulang nih!" jawab Jelita berbohong lagi."Ya udah hati-hati di jalan yah, Sayang!""Iya Mas."Tut.Telepon pun ditutup.Tanpa menunggu lama, Jelita beranjak, meraih tasnya dan segera pergi tanpa pamitan.Karena dia lihat Revan masih sibuk menjawab telepon dari istrinya di kamar.*****Beruntunglah Jelita begitu keluar dari apartemen, taksi langsung muncul di hadapannya.
Veronika mengingat semua kenangan masa mudanya, hampir tiap malam dia ke klub bersama teman-temannya, di sini juga dia berkenalan dengan Bobby dan tentu saja Mark.Laki-laki tampan bertubuh tegap langsung membuatnya terpesona kala itu.Itulah awal pertemuan Veronika dengan Bobby dan Mark, Mereka menjadi dekat kala itu, Mark tahu kalau Bobby ternyata menaruh perasaan yang sama pada Veronika, Bobby pun meminta sahabatnya itu mendekatkannya pada Veronika.Mark memang baru kali ini melihat Bobby terlihat serius mendekati seorang perempuan.Bobby memang terkenal playboy, biasanya perempuan yang bertahan dengannya hanya satu sampai dua bulan saja, dia bisa dengan cepat mencari lagi gantinya. Tapi entahlah melihat Veronika, Bobby seperti jatuh cinta untuk pertama kalinya.Mark pun membantu Bobby mendekati Veronika, walaupun dia tahu, Veronika pun sebenarnya menyukai Bobby."Bob, kamu beneran cinta sama Veronika?" tanya Mark suatu ketika."Iya Mark, tolong siapkan penembakan yang romantis ya
"Pak, cantik banget yah ponakan aku!" puji Ardhan ketika melihat foto yang dikirimkan Arman."Cucu Bapak udah lahir, Dhan. Masya Allah ... cantiknyaaaa ...!" Fadlan pun ikut memuji sang cucu yang baru saja lahir ke dunia.'Hah ... mereka lagi liat foto anaknya wanita itu, aduuuh ... aku juga jadi ingin lihat,' gumam Atikah hanya bisa menerka-nerka bagaimana wajah anak Jelita, ingin melihat tapi gengsinya tinggi dia merasa malu kalau harus meminta Ardhan memperlihatkan foto anak itu padanya."Bu, mau lihat enggak, cantik banget lho?" tanya Fadlan, dia tahu sebenarnya istrinya juga penasaran ingin melihat cucu pertamanya."Enggak usah, belum tentu juga itu anaknya Arman.""Ya udah besok pagi kita mau liat ke sana, Ibu jaga rumah yah!" Ardhan sengaja membuat ibunya menyesal tidak melihatnya.'Mereka kok gitu amat, gak ngajak aku sih!' omelnya dalam hati.*****Pagi harinya ..."Ke mana kok udah pada rapi?" tanya Atikah pada suaminya ketika dia akan keluar membeli sayuran."Lho bapak kan
"Kita ke restoran deket sini saja yah, Ar?" ajak Rahayu."Terserah!" jawabnya dingin.Baru saja sampai parkiran, seorang bapak berlari tergesa-gesa menuju ke arahnya."Pak Armaaaan ...!!" tanyanya seperti orang panik."Pak Marwan?!" Arman tersentak melihat sang pengacara ada di hadapannya."Pak Arman Kenapa baru datang?""Iya Pak, saya datang terlambat, ya sudahlah memang sudah nasib saya harus kehilangan istri saya, Pak." Arman begitu sendu tak elak dia pun sedikit terisak."Pak Arman jangan bersedih dulu, masih ada kesempatan Pak Arman untuk bisa kembali mempertahankan pernikahan Pak Arman.""Maksud Pak Marwan?" Arman merasa heran sekaligus senang."Sidang tertunda, Pak, karena tiba-tiba Bu Jelita mengalami kontraksi, sepertinya beliau mau melahirkan.""Iyakah? Jelita akan melahirkan!" Wajah Arman kembali berbinar, ada peluang dirinya bisa kembali pada Jelita dan itu karena sang calon jabang bayi yang akan terlahir dari rahim Jelita."Iya Pak, sekarang sudah ada di rumah sakit Bunda
"Ya Allah Jelitaaa ... maafkan aku, Jelitaaa ... aku menyesal tidak pernah mau mendengarkan penjelasan kamu, aku pun telah memperlakukan kamu secara kasar, aku benar-benar menyesal ...!" lirih Arman dengan bercucuran air mata hingga membasahi surat dari Jelita.Malam ini Arman tergugu di dalam keheningan malam, menangisi semua sikapnya yang buruk pada Jelita selama ini, menyesal pun tiada guna semua sudah terjadi, 'Apa aku akan dimaafkan! Aku sudah membuatnya terluka, dia pasti merasa sakit hati, maafkan aku Sayang!' racaunya. Lalu dia mengambil ponselnya dan mencari foto Jelita yang masih tersimpan di galeri ponselnya. Dia pandangi sambil mengusap-usap foto Jelita seolah memang sedang mengusap wajah Jelita.hingga tak terasa dia pun terlelap sambil menatap wajah Jelita di ponselnya.******Pagi harinya dia terbangun oleh suara ponsel pengacaranya. [Halo, Pak Arman, Pak Arman tidak datang ke sidang? Bila Pak Arman hari ini tidak datang, Hakim akan langsung memutuskan cerai dan Pak Ar
Niat hati mau pergi ke ruko yang ditempati Jelita, tapi begitu melihat hari sudah gelap, tampaknya harus Arman urungkan karena hari terlalu malam.Dia pun pulang ke rumahnya, karena sudah lelah pula."Biii ... kok masih di sini?" tanya Arman heran, saat melihat Bi Sumi ada di rumahnya.Memang tadi pagi dia menyuruhnya untuk membersihkan kamarnya sudah lama dia tidak membersihkannya, Rohmat hanya membersihkan ruangan-ruangan saja kamar Arman tidak dia bersihkan, dulu ada Jelita yang bersihkan tapi semenjak Jelita pergi, Arman tak pernah membersihkannya."Iya, maaf yah Mas Arman, saya baru bersihkannya tadi sore, tapi melihat meja makan kosong saya sekalian masak, Mas.""Makasih yah Bi, kalau gitu Bi Sumi boleh pulang. Ini buat Bi Sumi." Arman mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya."Makasih, Mas Arman.""Oh iya, Mas. Ini tadi saya menemukan di bawah tempat tidur. Kayaknya surat dari Mbak Jelita." Bi Sumi memberikan amplop putih dari saku bajunya, tertulis 'Untuk Suamiku Tersayang.'
"Oh, soal kejadian malam itu. Oke, tapi saya akan ceritakan soal hubungan Jelita dan Revan dulu karena semua berkaitan dengan apa yang telah terjadi dengan Anda dan Jelita." Ryuga menatap Arman, dia tahu apa yang nanti dia sampaikan Mungkin akan sedikit menyakiti Arman."Hmm ... okelah, lanjutkan ceritanya." Seketika Arman merasakan ketegangan, dia takut akan mengetahui sesuatu yang tak ingin dia ketahui selama ini."Pada awalnya, Jelita baru saja bertemu kembali dengan Revan setelah menikah dengan Pak Arman. Jelita tidak menyangkal kalau dia masih menyimpan perasaan pada Revan, karena dia mencintainya sejak SMA dan ada janji yang hingga kini Jelita tunggu, Revan akan datang lagi untuk kembali menjalin kasih dengannya tapi sayang hingga belasan tahun, Revan tak datang juga hingga orang tua Jelita akhirnya menjodohkan dengan Pak Arman. Jelita yang tak punya alasan untuk menolaknya terpaksa menerima pernikahan tanpa cinta. Maaf yah Pak Arman, jangan tersinggung!" Ryuga merasa tak enak h
"Kamu kenapa menampar aku?" tanya Revan terkejut tiba-tiba Jelita menamparnya."Aku gak nyangka Van, kamu lakuian cara apapun untuk bisa misahin aku sama. suami aku, Van. Tega banget kamu Van!!" ujar Jelita dengan napas naik turun dan tatapan yang tajam."Aku gak ngerti apa maksud kamu, Li ..." "Jangan pura-pura kamu, Van. Hari terakhir kita ketemu di apartemen kamu udah rencanain, kan. Kamu ambil gambar kita sewaktu kita bersama secara diam-diam dan pasti kamu hanya perlihatkan gambar kita sewaktu kita berciuman saja pada suamiku, kan!! Katakan itu benar, kan!!" bentak Jelita.."Gak Li, itu gak benar, suami kamu hanya menanyakan apa yang kita lakukan di apartemen hari itu, dan aku perlihatkan video itu, gak ada maksud aku untuk menjelek-jelekkan kamu, Li!" bantah Revan."Tega kamu, Van. Kamu juga fitnah aku, kalau kita sudah sering berhubungan badan, sampai tertanam benih kamu ada di rahimku! Sungguh fitnah yang keji, Van!" Dengan rahang yang mengeras dan suara yang keras Jelita te
Arman sudah dua kali tidak datang dalam sidang, rasanya dia tak sanggup bila harus bertemu dengan Jelita.Ingin dia membencinya, tapi dia pun sangat merindukan wanita itu. Dilema yang kini dia dia rasakan di satu sisi dia masih sangat mencintainya, tapi di sisi lain dia merasa kecewa dengan kenyataan bahwa dia sudah sering berhubungan dengan laki-laki lain bahkan sampai menghasilkan calon bayi.Sudah dua bulan ini, Arman tinggal di rumah Atikah, tak jarang Atikah sengaja mengundang Rahayu untuk menghibur Arman, tapi Arman yang sedang bersedih tak jua memberikan lampu hijau.Hanya menemani Rahayu ngobrol, tapi tetap hati dan pikirannya tertuju pada satu nama, Jelita.Rahayu kira, dia bisa mengambil hati Arman sayangnya dia salah, apalagi Arman masih bersikap biasa saja, tidak terlalu merespon apa yang dia katakan.'Biarlah saat ini dia masih bersikap biasa, aku mengerti dia lagi mengalami saat sulit, tapi sebentar lagi setelah dia benar-benar lepas dari wanita itu, dia akan menjadi mil
"Papa, jangan pergi! Masa tiap weekend kamu pergi, Pa. Gak kasihan sama Jessi!" sergah Veronika saat Revan mengepak bajunya dan memasukkan ke dalam koper.Semenjak Revan ditempatkan di supermarket yang ada di pusat, maksud dari mertuanya agar Revan bisa lebih dekat dengan keluarga kecilnya, tapi nyatanya setiap libur Revan tak pernah ada di rumah, selain dia mengurus usahanya yang lain tapi juga dia meluangkan waktu untuk mencari cinta pertamanya, Jelita. Tapi sayangnya sampai hampir tujuh bulan, dia belum menemukan jejaknya."Biasanya Mama gak masalah aku pergi, kenapa sekarang Mama cegah aku?"Aneh, kali ini Veronika merasa Revan akan pergi lama, tak biasanya Revan membawa baju sebanyak itu."Aku hanya ingin Papa tinggal di sini. bisa menghabiskan waktu libur bersama kami! Semenjak Papa pindah ke sini, kenapa Papa jarang sekali ada ada waktu buat Jessi!" keluh Veronika.Sebenarnya Revan memang sengaja mengurangi kedekatannya dengan Jessi, agar nanti saatnya tiba dia akan meninggalka
"Iya, Bu saya ayahnya! Maaf saya sibuk, jadi baru kali ini bisa menemani istri saya!" katanya sambil mengedipkan mata pada Jelita.Jelita melotot kesal padanya. 'Bisa-bisanya dia ngaku kayak gitu!' omel Jelita dalam hatinya.Raut wajah Arman berubah muram. 'Jadi dia ayah anak yang kamu kandung, Jelita Az-Zahra!' Rasa sesak menyelusup dadanya, tak sanggup dia menerima kenyataan pahit itu.Tubuh Arman makin lemas, tak sanggup melihat laki-laki itu menggandeng tangan Jelita memasuki ruang periksa.Arman pun berjalan gontai meninggalkan tempat itu, niatnya ke kantin dia lupakan, dia duduk di dekat parkiran menatap nyalang ke arah luar."Kak, apaan sih pake ngaku-ngaku ayahnya segala?" dengus Jelita setelah keluar dari ruang periksa."Kasihan anak itu, Jel. Ayahnya gak mau ngakuin, lebih baik aku saja yang jadi ayahnya.""Enggak, Kak. Aku bahkan masih sah istrinya, entah mau jadi gimana pernikahanku ini, Kak," ucap Jelita berkaca-kaca, jadi teringat akan statusnya yang masih menggantung."