"Aku pengen kamu jauhin dia, Bang. Bisa aja kan, dia hamil bukan anak kamu. Echa itu dulunya temen sekolah aku, anaknya cupu, dan bisa aja saat dia udah seperti sekarang, dia mencicipi banyak laki-laki diluar sana, termasuk kamu. Karena dulu, dia itu wajahnya jelek sekali, jangankan pacaran, satu lelaki pun tak ada yang mau mendekatinya, karena wajahnya yang buruk rupa. Nah, sekarang mungkin saja dia mau melampiaskan hal itu pada semua laki-laki, termasuk kamu," selorohku panjang lebar. Dan cukup sukses membuat Bang Arman tercengang. Puas rasanya hati ini, melihat wajah Bang Arman yang mendadak pias. Semoga saja Bang Arman terpengaruh dengan ucapanku."Aku pergi dulu." Tanpa menjawab penuturanku barusan, Bang Arman malah langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja.****Sore ini, aku berniat untuk menemui Nining. Karena penasaran ada apa sebenarnya Nining dengan Lila? Kenapa Nining bisa begitu akrab dengan Lila? Lila itu kan pengusaha kelas atas, apa mungkin benar kal
RODA PASTI BERPUTAR Part 24Lastri"Ribet amat sih, Pak? Saya itu Kakak kandungnya Nining! Apa mungkin saya mau ketemu Nining aja harus buat janji dulu? Nggak kan!" Hardikku, pada si security si*l*n ini. Kesal sekali, seolah dia mempermainkanku.Lagipula, siapa sih Nining? Kenapa bisa sesulit itu menemui dia sekarang?Si security tak menanggapi ucapanku. Dia malah langsung segera berjalan ke dalam rumah mewah tersenyum. ****Selang beberapa menit kemudian, si bapak security tadi berjalan bersama dengan seorang perempuan yang sudah agak tua. "Mau cari siapa ya, Mbak?" Tanya perempuan tua itu padaku."Saya mau ketemu sama Nining. Kenapa malah ibu yang datang? Bukan Nining?" Cecarku langsung pada wanita tua yang berdiri di depanku ini."Saya ini ibunya Nining. Kamu siapa? Mari, silahkan masuk dulu. Kita ngobrol di dalam saja." Karena bingung dengan ucapan wanita tua ini. Langsung aja aku setuju dengan ajakannya dan mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam rumah.Kini, aku telah sampa
Selang beberapa menit kemudian, Ibu paruh baya tadi telah kembali. Di tangannya membawa nampan yang berisikan cangkir teh."Silahkan diminum dulu." Lagi dan lagi, aku pun menuruti ucapan Ibu tua tersebut. Sekilas aku memperhatikan wajahnya yang sangat ayu dan juga ramah."Jadi, kamu siapanya Nining? Dan ada urusan apa dengan Nining?" Tanyanya, memulai pembicaraan."Hhmm … saya, saya kakaknya Nining, Bu," seketika Ibu paruh baya itu terkejut mendengar penuturanku barusan."Kakaknya? Kok saya baru tau ya? Kalau Nining ternyata punya Kakak," ujarnya lagi, agak bingung."Iya, Bu. Saya memang jarang bertemu dengan Nining. Oh iya, Niningnya mana ya, Bu? Saya ada perlu dengan Nining," jawabku langsung to the point."Niningnya lagi nggak ada di rumah. Dia sedang pergi bersama anak dan juga suaminya. Tapi tadi dia berpesan sama saya, katanya kalau kamu ada pesan, sampaikan saja sama saya," aku tercekat dengan penuturan Ibu paruh baya yang sedang duduk di depanku ini.Sebenarnya Nining itu kerj
"Jadi Ibu, adalah Ibunya Adnan? Bukannya Ibunya Adnan sudah meninggal ya?" Tanyaku langsung karena penasaran."Iya, saya istrinya yang sekarang. Dan saya mempunyai anak laki-laki yang bernama Arham. Dan Arham mempunyai istri yang bernama Lila. Apa kamu kenal dengan Lila?" Bebernya, dan cukup membuat aku shock.'Lila? Jadi, Nining dan Lila sekarang jadi saudara? Dan ini? Ini adalah rumah Ayahnya Adnan? Ya ampun! Ternyata Adnan keturunan orang kaya! Si*l, kenapa hidup Nining selalu aja beruntung sih? Kenapa sekarang malah aku yang harus ketiban sial! Sudah diselingkuhi, dan sekarang malah usaha Bang Arman semakin merosot tajam dan hampir bangkrut. Arrgghh! Pokoknya aku nggak terima, nggak terima!' Pekikku dalam hati. Tak terima dengan semua kenyataan yang ada di dalam cerita ini. Setelah tau dengan cerita yang sebenarnya. Aku pun berpamitan pulang pada ibunya Adnan. Tak disangkal, bahwa kini hatiku semakin terasa gundah saja.****Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya aku memikirkan
Apaan! Boro-boro dinikahin! Dia aja belum mau cerai sama istrinya. Huft! Mas! Kamu keluar dong, Mas! Kenapa malah ndekem di dalam sih?" Irna semakin kesal. Dan melangkahkan kaki menuju ke arah mobilnya lagi. Segera aku mengikutinya, penasaran juga, kenapa calon suaminya malah ngumpet. Apa aku kenal ya? Jadinya suaminya malu ketemu aku?Irna segera membuka pintu mobil, dan aku masih setia nengekorinya dari belakang. Penasaran juga kan jadinya. "Mas! Keluar dong! Di dalem aja ih! Ini gimana mobil aku jadi rusak gara-gara ditabrak si Mbak ini? Huh!" Aku menghembuskan nafas gusar. Aneh aja melihat tingkah absurd Irna.Tak lama, karena mungkin dia kesal. Dia berusaha menarik calon suaminya dari dalam mobil. Dan ternyata …."Bang Arman?!" Sontak saja aku langsung berteriak. Sedangkan Bang Arman hanya menunduk."Kamu kenal sama calon suami aku?" Dia malah bertanya balik padaku."Dia itu suami aku, Mbak! Bang Arman, kamu tega tau nggak! Kamu nggak mikirin perasaan anak-anak kamu. Kamu tega!"
Hati ini benar-benar telah hancur sampai tak berbentuk lagi. Seketika aku jadi teringat keluargaku, yang telah lama kusia-siakan. Ibu, Ayah, dan juga Nining.Entah kenapa, seakan memori berputar lagi memenuhi isi kepalaku. Ibu, sebenarnya dia selalu menyayangi anak-anaknya, tapi memang lebih cenderung sayang ke Nining. Tapi Ibu tetap saja peduli dan perhatian padaku. Sedangkan Ayah juga sama. Dia malah bahkan lebih sayang denganku. Dan aku juga merasakan itu semua. Tapi, kenapa diri ini sampai tega menghabisinya ya Allah? Aku sangat-sangat berdosa dengan Ayah. Semua kulakukan agar aku dapat mewujudkan mimpiku untuk menjadi orang kaya. Yaitu menikah dengan Bang Arman. Setelah bertengkar hebat dengan Bang Arman. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu. Sedangkan Bang Arman tidur di kamar utama.Seakan anak-anak tau tentang pertengkaran kedua orang tuanya, mereka tak menghampiri aku sama sekali. 'Maafin Mama, Nak. Hati ini benar-benar lagi kacau' sesalku dalam hati.****Tak terasa ak
Karena aku merasa jenuh di rumah sendirian saja. Kuputuskan untuk segera menyusul anak-anak ke rumah Mamanya Bang Arman.****Sesampainya di rumah Mama. Aku melihat ada beberapa mobil berjejeran di teras rumah Mama mertuaku. Sedang ada acara apalagi ini? Kenapa aku tak diberitahu sama sekali?Karena rasa penasaran yang sudah tak terbendung. Segera aku melangkahkan kaki menuju ke dalam rumah Mama. Langkahku terhenti, saat melihat Bang Arman sedang duduk bersama Mama mertuaku dan juga ada Irna bersama dengan orang yang sepertinya orang tuanya. Nafas di kerongkongan seperti tercekat rasanya. Karena melihat pemandangan ini. Sedang apa mereka semua berkumpul disini? Apa mungkin mereka berdua akan melaksanakan lamaran lalu menikah? Tak terasa air mata ini akhirnya menetes tak tertahankan juga.Mereka semua belum sadar kalau ada aku yang sedang berdiri di dekat pintu. Karena mereka semua sedang asyik bercengkrama dan bersenda gurau dengan riangnya. Keluarga Bang Arman dan juga keluarga I
-Lastri"Kalau aku … mau aja sih, Mah, Pah. Asal nanti setelah kita menikah, Mas Arman harus cepat-cepat menyingkirkan si Lastri. Aku mau jadi satu-satunya istri kamu." kini Irna menjawab dengan nada yang selembut mungkin dan dibuat-buat. Membuat aku semakin jijik padanya. Cuih! Dasar wanita j*l*ng! Awas saja kau, Ir! Aku akan membuat kalian semua menderita.Sebisa mungkin aku menetralkan perasaanku. Tak ingin semuanya menjadi kacau. Akan kususun rencana agar bisa menghancurkan mereka semua. Awas saja kau, Bang!****Aku kini tak tau mau kemana lagi. Sepanjang perjalanan hati ini terasa sangat kalut sekali. Ada rasa sesal, sedih, dan tak berguna sama sekali. Haruskah aku berpisah dari Bang Arman? Ataukah aku harus tetap bertahan demi anak-anak dan juga demi semuanya.Jujur saja, aku benar-benar belum siap untuk kembali seperti dulu. Menjadi orang miskin lagi, bukanlah tujuan hidupku. Aku ingin terus menjadi orang kaya, yang tak bisa diremehkan oleh siapapun.Tiba-tiba saja hati ini ke
Dengan tergesa-gesa Lastri berlari, membuat para karyawan yang berada di toko kue tercengang dengan tingkahnya.Nining dan yang lainnya ikut beranjak keluar, dia ingin mencegah Lastri yang kemungkinan akan kabur.Ccciiiiitttt!!! Bbbrrraaakkk!!! Terdengar suara hantaman mobil yang sepertinya sedang menabrak sesuatu.Seketika keadaan di depan tak jauh dari toko Nining mendadak ramai oleh orang-orang karena ada seseorang yang tertabrak mobil tadi.Karena Nining dan yang lainnya penasaran siapa yang tertabrak, akhirnya mereka semua juga ikut melihat orang tersebut.Jauh di dalam hati Nining berdoa, semoga saja itu bukan kakaknya. Karena tadi Lastri juga berlari ke arah yang sama."Permisi, permisi." Nining berusaha membelah kerumunan yang semakin lama semakin ramai oleh orang-orang yang ingin tahu dengan kejadian tersebut.Setelah sampai di dekat orang yang tertabrak tadi, betapa terkejutnya Nining kalau yang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut adalah kakak kandungnya sendiri yaitu L
Suasana di dalam ruangan Nining semakin memanas. Karena Lastri tak kunjung mau menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang perbuatannya pada Ayahnya di masa silam."Aku udah nggak mau bertele-tele lagi, Kak. Kalau kakak nggak mau menjelaskan semuanya, yasudah lebih baik kita sekarang ke kantor polisi saja. Aku sudah muak dengan sikap kakak yang tak pernah mau berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Padahal aku selalu saja memberikan kakak kesempatan untuk merubah sikap kakak. Tapi apa? Kakak selalu saja seperti itu, dan sekarang kakak malah merasa aku yang menyakiti kakak? Apa ini yang dinamakan saudara, Kak? Jawab kak?!" Ucap Nining dengan lantang, membuat Lastri diam tak bergeming dan juga semua yang ada di ruangan juga ikut terdiam. Suasana hening seketika, hanya terdengar isakan tangis dari suara Nining.Nining semakin sesenggukan, dan Lila berusaha menenangkan Nining yang masih menangis."A-aku min-minta maaf, Ning! Hiks-hiks, aku memang banyak salah sama kamu. Aku memang nggak
Dia benar-benar merasakan perih di hatinya. Tak menyangka kalau kakak kandungnya sendiri akan tega menghabisi ayahnya, hanya demi sebuah materi yaitu harta."NINING! TEGA KAMU SAMA AKU! MEMPERMALUKAN AKU DISINI, DI DEPAN BANYAK ORANG RAMAI!" hardik Lastri yang penuh dengan emosi. Sorot matanya menatap tajam ke arah Nining."Stop! Kak Lastri! Kamu sudah keterlaluan pada istri saya, dan sekarang kamu tinggal jelaskan saja semuanya disini dengan sedetail-detailnya, atau nggak …." Timpal Adnan yang sudah terlalu geram dengan sikap Lastri."Apa Adnan? Kamu mau mengancam saya iya?! Nining, aku tau aku salah, tapi nggak seharusnya kamu seperti ini sama saya! Saya ini kakak kandungmu, Ning?" Jawab Lastri dengan nada bergetar, karena memang seluruh tubuhnya sudah berkeringat dingin karena dirinya mengalami kepanikan yang luar biasa. Seluruh orang yang ada di ruangan sudah merasa geram dengan sikap Lastri yang malah seolah-olah mengulur waktu, bukan malah menjelaskan semuanya."Aku nggak menga
"Ning, Nining! Sebenarnya aku disini itu ngapain? Aku tuh bete! Dicuekin gini sama kamu," gumam Lastri pada Nining."Udah kakak sabar aja ya? Kita disini mau membahas hal penting yang sudah lama pengen aku bahas. Makanya sekarang kakak duduk tenang aja dan simak semua pembicaraan mereka semua." Jawab Nining dengan lugas, dan berhasil membuat Lastri terdiam.Di dalam benak Lastri sebenarnya dia sangat bingung dengan semua ini. Ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, karena perasaannya juga semakin tak enak saja. Tapi apalah daya, dia memang tak memegang uang sama sekali."Oke, kita mulai saja pembicaraan hari ini. Assalamualaikum semuanya, semoga kalian semua hari ini dirahmati oleh Allah dan semoga sehat selalu, Amiin. Saya disini sebagai pemilik toko kue NN, mau memberitahukan kalau hari ini kita semua kedatangan tamu yaitu kakak kandung saya yang bernama Lastri." Lastri langsung tersenyum sumringah saat Nining berkata seperti itu di depan semua orang yang dikenalnya. Apalagi saat d
"Ada apa ini, Kak Lastri?" Ujar Nining datar. "Ni-ni-Nining!" Mata Lastri hampir saja melompat keluar karena terkejut dengan kedatangan Nining yang tiba-tiba. "Kenapa Kak? Kok kakak terkejut begitu?" Nining bertanya kembali."Ng-nggak kok. Aku cuma bingung aja, kok kamu bisa balik lagi? Ada apa memangnya? Apa ada yang ketinggalan?" bukannya menjawab, Nining malah mencebikkan bibirnya."Daripada banyak tanya, lebih baik kakak beres-beres, karena kita akan segera pergi mencari tempat untuk kakak tinggal sementara. Atau …." Lastri memperhatikan Nining dengan serius."Atau apa?" Hati Lastri berdegup lebih kencang."Atau kakak mau tinggal di hotel prodeo? Karena kakak sudah menghabisi ayah, iya?" Sontak saja mata Lastri terbelalak karena dia sangat tak menyangka kalau Nining akan berkata seperti itu padanya."A-apa maksud kamu, Ning? Kenapa kamu tega menuduh kakak seperti itu?" Tanya Lastri seolah tak melakukan kesalahan apapun. "Ah, sudahlah kak, jangan banyak tanya! Waktuku sangat ber
Nining berusaha bersikap sabar, menghadapi sikap kakaknya yang seperti parasit.Karena Lastri belum mau pergi dari rumah Nining. Dan dia juga seperti orang yang tak tau diri, akhirnya Nining memutuskan kalau Adnan saja nanti yang berbicara pada Lastri. Saat pulang kerja nanti."Kak, ayo ikut ke toko kue. Aku mau ke toko dulu." Ajak Nining, saat sampai di kamar Lastri. "Aku di rumah aja deh, aku capek. Lagi males kemana-mana." Sahutnya, yang masih sibuk dengan ponselnya."Ya udah, aku berangkat dulu ya?" Ucap Nining lagi."Hhhmm." Gumamnya malas. Lastri benar-benar wanita yang tak tahu diri. Sudah diberikan tumpangan oleh adiknya, tapi dia malah bersikap seperti itu. Ternyata dia benar-benar tak tulus meminta maaf pada Nining. ****Nining sudah dalam perjalanan menuju ke toko kuenya. Dia jug hari ini membuat janji dengan Lila. Karena Nining ingin menceritakan semuanya pada Lila, sekalian meminta solusi.Tapi tiba-tiba Nining tersadar kalau dompetnya beserta surat-surat penting ada ya
Nining refleks langsung menangis. Karena dia memang benar-benar shock dengan sikap Adnan yang tiba-tiba berubah. Tak biasanya Adnan bersikap seperti itu. Biasanya Adnan selalu bersikap lemah-lembut pada Nining dan juga anak-anak. Tapi hari ini Adnan sangat beda sikapnya.Adnan memang sengaja bersikap seperti itu, agar Lastri tak terlalu curiga padanya. Karena Adnan memang benar-benar kesal saat melihat Lastri berpenampilan seperti tadi. Seperti orang yang sengaja atau memancing Adnan."Maafin aku kalau kata-kataku kasar. Tapi aku cuma pengen kalau kamu jangan terlalu bodoh. Baik boleh, tapi jangan sampai bodoh. Sekarang roda memang berputar, dan kita sedang diatas. Tapi perlakukan orang yang memang benar-benar pantas kamu perlakukan dengan baik." Ucap Adnan lagi, pada istrinya itu. Lalu dia pun segera pergi menuju ke kamarnya. Karena hari pun semakin larut.****Pagi-pagi sekali Nining sudah terbangun. Padahal semalaman dia tak dapat memejamkan matanya. Dia benar-benar menghabiskan wak
Adnan sangat terkejut saat melihat ada Lastri di rumahnya. Dia juga memakai pakaian yang tak pantas. "Kak Lastri? Kok ada disini?" Tanya Adnan. Berusaha memasang wajah setenang mungkin, dan berusaha bersabar agar tak murka pada Lastri."I-iya. Aku numpang bermalam disini, Nan." Jawabnya salah tingkah. Karena ekspresi Adnan malah di luar ekspektasinya.Lastri membayangkan kalau Adnan bakal tergoda padanya, karena telah memakai baju seperti itu. Tapi, nyatanya Adnan malah tak terlalu menanggapi keadaan Lastri."Terus kenapa Kakak memakai baju seperti ini? Nggak pantas ya rasanya. Apalagi status kakak sedang menumpang di rumah orang." Ucapan Adnan cukup menohok ke dalam hati Lastri. Dia tak menyangka kalau Adnan bakal berbicara seperti itu.Lastri terdiam sejenak. Dia menunduk, tak menjawab pernyataan yang Adnan lontarkan."Ning! NINING!! bangun Ning!" Adnan kini berteriak-teriak, murka. Hatinya memang sudah sangat panas karena ulah Lastri yang cukup membuatnya menjadi ilfeel. Apalagi Ni
Kini Lastri terdiam mematung di depan toko kue milik Nining. Dia berdiri sambil membawa tas di tangannya. Waktu pun sudah menjelang malam.Tepat hari ini, dia diusir oleh Arman dan juga Mamanya. Hati Lastri sangat sakit sekali, karena perlakuan Arman yang sangat-sangat tak berperikemanusiaan.Dengan ragu dia melangkahkan kakinya ke dalam toko kue milik Nining. Ada rasa malu dan juga ada rasa yang benar-benar tak bisa dilukiskan oleh Lastri saat ini.Dia benar-benar telah merasa menjadi manusia yang terhina dan juga bodoh. Karena dengan seenaknya di dibuang oleh Arman, dan tak layak seperti sampah."Permisi, Mbak. Ada Niningnya?" Tanya Lastri pada si penjaga toko."Bu Niningnya sudah pulang, Mbak." Lastri terdiam sejenak. Bingung harus melakukan apa."Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Tegur si penjaga toko lagi."Boleh saya minta alamat rumah Bu Nining, Mbak? Saya kakaknya Bu Nining," ucap Lastri."Sebentar, saya telepon Bu Nining dulu ya, Mbak? Karena saya nggak berani kalau ngasih ala