Ruang interogasi di kediaman Grand Duke Swiss.
Derick tengah menatap seorang wanita yang sedang bersujud di hadapannya, sorot matanya yang tajam menatap si wanita seolah ia ingin segera menerkam dan membunuhnya. Terlihat jelas amarah yang tercetak jelas di wajahnya yang putih namun kini terlihat memerah. Kepala pelayan Ash dan seorang ksatria pribadi Derick tengah berdiri di belakang si wanita, ikut menatap ke bawah dimana wanita itu bersujud.“Tuan Muda, sebaiknya kita apakan wanita ini?”Derick mengangkat kelopak matanya, menatap sejenak pria paruh baya yang barusan berbicara, lantas kembali menatap ke bawah, ke arah si wanita, “Katakan siapa yang menyuruh mu, jika kau tidak mau berbicara, aku sendiri yang akan mengeksekusi kau yang berani menjadi mata-mata di kediaman Swiss ini.”“A-apakah jika saya mengatakan siapa orangnya, an-anda akan membebaskan saya? To-tolong jangan bunuh saya, saya masih harus menghidupi keluarga saya di kampung.”Terdengar dengusan kasar yang berasal dari atas kepalanya, saat si wanita mendongak sedikit, ternyata Derick sudah berjongkok di depannya, “Apa kau bilang? Apakah menurutmu saat ini aku sedang bernegosiasi? Kau sedang tidak berada di situasi untuk tawar menawar denganku, katakan siapa orangnya? Ini adalah perintah terakhir untukmu di kediaman ini.”Derick berdiri dari posisinya, lalu menoleh ke arah ksatria pribadinya, “Josh, jika kali ini dia tidak mau berbicara, potong kaki kanannya sampai batas mata kaki.”Setelah berbicara seperti itu, Derick menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kembali menatap si wanita yang semakin bergetar ketakutan.“Baik, Tuan Muda.” balas Josh seraya menunduk sopan, ia juga segera mengeluarkan pedangnya.“Tu-tuan Muda, mohon jangan lakukan itu, sa-saya akan mengatakannya. Beliau adalah pemimpin dari segala pemimpin di benua ini, jadi to-tolong selamatkan saya, karena saya hanya bisa mengatakannya sebatas itu saja.”Kepala pelayan Ash dan Derick saling beradu pandang, lantas kepala pelayan Ash menganggukkan kepalanya, kemudian menarik si wanita untuk segera berdiri, “Cukup, terima kasih karena sudah mengatakannya.”“Terima kasih Tuan Muda. Terima kasih karena sudah menyelamatkan saya,” ujar wanita itu seraya menunduk dengan sopan.Setelah kepala pelayan Ash dan si wanita sudah pergi, Derick menatap Josh, “Ikuti wanita itu, jika kau mendapati dia berbohong atau menemui seseorang di luar sana, segera bereskan mereka.”Josh menganggukkan kepalanya, “Baik, perintah di laksanakan. Kalau begitu, saya permisi, Tuan Muda.”Setelah mendapat anggukan kepala dari Derick, Josh segera memasukkan kembali pedangnya kedalam selongsong yang tergantung di pinggangnya. Begitu Josh keluar dari ruangan tersebut, Derick segera menyusul keluar dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya.Pria itu berjalan dengan terburu-buru, namun saat berjalan di lorong menuju ruang kerja Grand Duke Swiss, ia melihat ajudan ayahnya berjalan dengan terburu-buru juga dari arah yang berlawanan. Raut wajahnya tampak gelisah, melihat hal itu Derick lantas semakin mempercepat langkahnya, begitu mereka bertemu di depan ruang kerja ayahnya, tampak kalau sang ajudan terlihat sedikit kaget saat melihat Derick di hadapannya.“Tuan Muda, apakah ada yang bisa saya bantu?” tanya Grayson dengan sopan.“Mana Ayahku?”“Beliau sedang mengurus beberapa urusan di kediaman keluarga Duke Clark, saya di suruh kembali duluan karena ingin mengambil beberapa berkas yang di perlukan.”Derick mengernyitkan keningnya, “Memang perintah apa yang di turunkan oleh Kaisar? Tidak biasanya Ayahku bertindak dengan begitu tergesa-gesa seperti ini.”Grayson menghela nafas perlahan, kemudian menceritakan isi rapat yang berlangsung sangat alot dan banyak tentangan dari beberapa pemimpin wilayah.Derick mengepalkan tangan kirinya, “Kaisar sangat egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Apakah dia berfikir kalau mengatur pasukan sekian puluh ribu dan mengirim ke wilayah yang jauh adalah hal yang mudah?”Mendengar ucapan Derick, Grayson sampai menoleh beberapa kali ke sekeliling mereka untuk memastikan tidak ada yang mendengar ucapan Derick yang sangat rawan. Jika ada yang mendengar dan melaporkannya, maka keluarga Grand Duke bisa di hukum dengan berat karena sudah menghina kaisar.“Tuan Muda, tolong jangan berkata seperti itu, sebaiknya kita masuk dulu ke dalam. Sangat bahaya apabila ada yang mendengar ucapan anda barusan.”“Tidak perlu, aku kemari karena ingin membicarakan masalah darurat, jadi aku ingin kau menyampaikannya kepada Ayahku, agar beliau lekas kembali. Karena masalah ini memang sangat darurat, kalau bisa keluarga Mertuaku tau juga, karena memang bersangkutan dengan mereka juga. Kalau begitu, beri kabar padaku begitu Ayah sudah kembali, sekarang aku akan ke kamar. Sampaikan juga pada kepala pelayan Ash untuk jangan mengganggu kami kalau bukan urusan yang darurat.”Setelah berkata seperti itu, Derick memutar tubuhnya dan berjalan menuju bangunan istana sayap kanan dimana itu adalah bangunan khusus ahli waris dan istrinya. Meninggalkan Grayson yang hanya menatap kepergian Derick, setelah Derick tidak kelihatan di persimpangan lorong, barulah pemuda itu lanjut untuk mengambil beberapa berkas dokumen yang di perlukan oleh sang majikan. *** Ayesha sedang apa saat ini ya? Tadi aku memang menyuruh Roselia untuk menemaninya, apalagi setelah melihat raut wajahnya yang tampak pucat di karenakan sikap kejamku yang tidak sengaja aku perlihatkan di depannya tadi. Mungkin aku harus mempersiapkan diri kalau Istriku itu nantinya akan takut padaku, meskipun aku tidak memiliki niat demikian padanya.Seharusnya saat ini kami tengah berbulan madu di tempat yang tenang dan Romantis, tapi apa ini? Dasar kekaisaran Dombraun sialan! Aku jadi tidak memiliki waktu untuk bersantai dengan Istriku.Hm? Bukankah itu Roselia? Kenapa dia ada di sini? Lalu Ayesha dengan siapa di kamar? Apakah dia mengabaikan perintahku?“Roselia, kenapa kamu ada di sini?” tanyaku saat sudah berdiri di belakangnya yang sedang mengatur beberapa pelayan wanita di dekat tangga istana sayap kanan.Roselia membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku, “Maafkan saya, Tuan Muda. Saat ini Nyonya Muda sedang tidur siang, saya sudah mengutus ksatria Jacob dan Atren untuk berjaga.”Ayesha sedang tidur? Hm, mendadak aku jadi merasa mengantuk, apa aku tidur siang saja dengannya?“Baiklah, kalau begitu. Jangan ada yang mengganggu kami jika tidak ada hal darurat, oh iya... Tolong kabari kalau Grand Duke sudah kembali.”“Baik, Tuan Muda,” jawabnya sembari menunduk sopan.Berjalan meninggalkan Roselia, aku kembali melanjutkan langkah menuju kamar kami yang ada di lantai dua. Tapi apa ini? Kenapa tidak ada ksatria yang berjaga di depan pintu kamar seperti apa yang di katakan oleh Roselia tadi? Tidak mungkin dia berbohong padaku. Seraya mempercepat langkah, aku berjalan dengan tergesa-gesa saat aku melihat adanya kejanggalan dalam situasi yang sedang terjadi sekarang.Dimana aku melihat Atren sedang berbaring di balik pot bunga yang memang berukuran besar di sebelah pintu, aku mengecek denyut nadinya, ternyata dia masih hidup. Sepertinya dia pingsan, ku lihat juga kepalanya berdarah, mungkin dia di pukul oleh benda keras.Perasaanku tidak enak, saat aku menoleh ke arah pintu, ternyata pintu sedikit terbuka dan membentuk sebuah celah kecil. Itu berarti ada yang masuk ke dalam kamar.Tidak! Ayesha! Istriku!Begitu Derick membuka pintu kamar, ternyata ia melihat Istrinya sedang berbaring di atas ranjang. Ia tidak melihat adanya orang lain di dalam kamar mereka, Derick memastikan lagi kalau benar-benar tidak ada orang lain lagi.“Tuan Muda? Ada apa ini? Kenapa Atren seperti ini?”Derick memutar tubuhnya, menatap ke arah dimana asal suara itu berasal, seorang pria berkulit Tan terlihat berdiri di depan pintu kamar, raut wajahnya juga tampak khawatir.“Jacob, darimana saja kamu?!” bentak Derick, namun karena suaranya yang keras, hal itu justru malah mengejutkan Ayesha yang sedang tertidur.“Derick? Ada apa ini?” tanyanya dengan wajah sembab karena mengantuk sembari mengusap matanya beberapa kali guna memperjelas penglihatannya.Derick menatap sejenak ke arah Jacob yang menunduk ketakutan, lantas kemudian berjalan menghampiri Ayesha, “Maafkan aku yang sudah membangunkanmu,” ujarnya seraya mengusap kepala Ayesha secara perlahan.
Ayesha mengintip keluar kamar, dimana ia tidak melihat siapapun di luar. Ia ingin meminta bantuan pada pelayan yang tadi pagi membantunya bersiap, karena hari sudah menjelang sore dan pasti sebentar lagi Roselia akan datang membawa beberapa kandidat yang akan menjadi dayangnya.‘Duh, sebenarnya aku rasanya risih banget karena mandi pun harus di bantuin, tapi aku sama sekali gak ngerti cara menggunakan peralatan yang bentuknya aneh banget, dan terlalu banyak ramuan serta wewangian yang di gunakan saat mandi.’‘Bentar, bukankah di setiap kamar Bangsawan memiliki sebuah lonceng untuk memanggil pelayan?’Menyadari hal tersebut, Ayesha menatap ke seluruh penjuru kamar dan menemukan sebuah tali yang sepertinya di gunakan untuk membunyikan bel. Begitu Ayesha menarik tali tersebut, namun tidak ada suara yang terdengar. Karena tali tersebut terhubung ke ruangan para pelayan, dan beberapa saat kemudian beberapa pelayan wanita datang ke dalam ruangan
Ketika Ashley di bawa oleh Butler Ash keluar dari ruang kerja Grand Duke, barulah saat itu suasana yang tadinya terasa hangat kini terasa tegang.Grayson mengulurkan tumpukan berkas ke atas meja di hadapan mereka, “Ini adalah berkas daftar nama jenderal yang akan ikut serta dalam peperangan, lalu ini adalah berkas terkait kekaisaran Dombraun yang baru.”Derick membaca berkas-berkas tersebut dengan teliti, hingga dia melihat adanya kejanggalan di dalam berkas tersebut.“Apakah kamu melihatnya Derick?” tanya Grand Duke Swiss.Derick mengangguk, “Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Apakah ini benar kebetulan?” Ia meletakkan salah satu kertas yang menunjukkan bahwa pemimpin wilayah Selatan baru-baru ini terlihat sering keluar masuk kekaisaran Dombraun. Pemimpin wilayah selatan di pimpin oleh seorang Marquess bernama Termine Reed, beliau adalah ayah dari Permaisuri dan mertua dari Kaisar Pytolarin. Hubungan mereka dengan Kekaisaran D
“Permisi Nyonya Muda, para kandidat dayang Anda sudah datang dan tengah menunggu di gedung pertemuan.”Ayesha menoleh ke arah pintu yang terbuka, di sana berdiri seorang pelayan pria sambil menunduk dengan sopan.“Katakan kalau Nyonya Muda sedang bersiap, suruh mereka untuk sabar menunggu,” bukan Ayesha yang menjawab melainkan Roselia.“Baik.”Setelah pelayan tadi pergi, Roselia menyerahkan selembar kertas yang berisi nama-nama kandidat yang akan menjadi dayangnya kelak.“Mereka ini adalah Nona Bangsawan miskin yang keluarganya bangkrut, di antara mereka ada yang berasal dari kaum Borjuis yang membeli gelar Bangsawan, namun karena keteledoran mereka sendiri hingga menyebabkan mereka jatuh miskin karena salah pergaulan. Saat mendengar kalau keluarga Grand Duke akan memiliki Nyonya muda, mereka mengirimkan putri mereka untuk menjadi Dayang Anda. Nyonya Muda mungkin bisa melihat mana yang mungkin sekiranya akan cocok unt
BAB 12DEG! DEG! DEG!Suara debar jantungnya masih terasa, ia berharap semoga saja Derick tidak mendengarnya. “Kenapa? Bukankah jika memiliki banyak Dayang akan mempermudahmu dalam beraktifitas?” tanya Derick sambil sesekali memainkan jari Ayesha yang ada di atas meja.“Tidak, aku sudah berkata kalau tidak suka ada banyak orang di sekitarku. Aku tidak memerlukan Dayang sebanyak itu,” balasnya sembari berusaha menarik jemarinya dari tangan Derick.Meskipun terlihat tidak rela, tapi Derick akhirnya melepaskan tangan Aysha. Suasana senja yang terbias dari luar membuat rumah kaca tersebut terlihat seperti bersinar, angin sepoi-sepoi juga masih terasa semilirnya. Roselia datang bersama salah satu dayang Ayesha sembari membawa troli yang di atasnya terdapat satu set teh hangat dan beberapa camilan ringan.“Derick, kenalkan dia ini adalah Lady Larry Bill. Putri dari Baron Bill, bukankah dia terlihat sangat cantik dan lemah lembut? Dia sangat cantik dan pasti bisa menjadi seorang istri yang
Grand Duke menatap putranya sambil mengangguk, “Sebelum berangkat, kita akan mengadakan upacara penobatan terlebih dahulu.”Kemudian Grand Duke menatap Grayson, “Kamu bilang ke Ashfren untuk mempersiapkan upacara penobatan, sekalian bilang padanya untuk membantu dan mengajari Ayesha dalam urusan internal kastil karena biar bagaimana pun dia akan menjadi Nyonya di kediaman ini nantinya, jadi ia harus mulai belajar dari sekarang.”“Baik, perintah di laksanakan,” ucapnya dan setelah itu ia keluar dari ruangan tersebut guna menemui Butler Ash.“Yang Mulia, jika Anda menurunkan Tahta Grand Duke pada saya karena peperangan, lalu apakah itu tandanya saya tidak akan ikut berperang?”“Tentu saja kamu ikut, tapi kau bertugas menjaga Grand Duchy begitu pula dengan Yustas yang akan menjaga Duchy. Biar kami para orang tua ini yang mengurus medan peperangan, Aku akan ikut pasukan rahasia untuk menyergap Dombraun yang kemungkinan besar bersembuny
*** Di sudut ibukota Pytolarin. Di sekitaran lingkungan kumuh. “Tuan, sesuai perkiraan Anda. Saat ini, Utara sedang menggabungkan kekuatannya dan tengah bersiap menobatkan masing-masing putra mereka untuk menjadi pemimpin Utara yang baru.”Dua orang berjubah hitam tampak berjalan di sepanjang lingkungan yang sangat kumuh dan banyak gelandangan di sekitarnya. Salah satu dari orang berjubah yang berjalan di depan tampak menoleh ke seorang wanita gelandangan yang sedang menggendong seorang bayi mungil yang sangat kurus, lalu orang itu merogoh sakunya dan melemparkan sekeping emas di hadapannya.“Belilah obat untuk anakmu dan makanan dengan uang itu,” ucapnya dengan suara yang terdengar berat.“Terima kasih Tuan, semoga berkat dewi Fortuna selalu mengiringi langkah Anda,” balas si wanita bahkan sampai sujud syukur.“Hmm,” gumamnya dan lalu pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang lagi.
Derick yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja ayahnya, tampak sedikit heran karena suasana di dalam ruangan tersebut terlihat tegang. Apalagi Grayson yang biasanya sibuk bekerja di mejanya, kini jusru tengah menggeledah lemari buku ayahnya, sementara sang ayah tampak membaca kertas laporan, tapi raut wajahnya sangat serius.“Ada apa ini, Ayah?”Grand Duke mengangkat pandangannya, “Derick kemarilah.”Menuruti perintah ayahnya, Derick berjalan mendekati sang ayah yang sedang menyodorkan selembar kertas. Saat Derick membaca kertas yang ternyata sebuah surat itu, seketika raut wajahnya berubah menjadi kesal.“Ngapain dia ke sini, Ayah? Bukankah dia tidak memiliki kepentingan dengan kita?”“Mungkin ada hal yang ingin dia bicarakan mengenai perintah Baginda Kaisar yang baru-baru ini, kamu kan tahu sendiri kalau dia itu sangat membenci ayahnya yang memiliki sifat sangat bertolak belakang dengan dirinya.”“Tetap saja a
Sudah beberapa minggu berlalu, malam berdarah sudah berlalu. Namun beritanya masih hangat hingga saat ini. Terutama dengan kabar terbaru yang membuat para Rakyat dan Bangsawan bertanya-tanya perihal keputusan yang di ambil oleh Kaisar baru mereka.[Aku akan menunjuk Pewaris dari Grand Duke dan Grand Duchess Swiss sebagai ahli warisku. Aku harap, setelah membaca ini kalian berhenti mengirimkan surat lamaran ke Istana.]Selama masa kepemimpinan Zigea sebagai Kaisar beberapa minggu ini, masih belum terlihat adanya kemajuan. Karena sistem pemerintahan akan benar-benar di ubah sesuai dengan apa yang Zigea inginkan selama ini. Yang menjadi perdebatan adalah sistem kasta yang di hapus mulai dari Marquess ke bawah. Hanya menyisahkan dari gelar bangsawan Duke sampai ke Kaisar. Para Rakyat mendukung adanya perubahan tersebut, berbeda dengan para Bangsawan yang tidak terima. Hak mereka sebagai pemimpin wilayah bisa terancam jika mereka memiliki drajat yang sama dengan para rakyat yang mereka an
BAB 108.Semakin larut malam, seruan dari peperangan semakin mencekam. Di halaman Istana sudah banyak bergelimpangan jasad-jasad manusia. Begitu juga di dalam Istana, terutama di sekitar lorong menuju ke kamar Kaisar.Sementara di delam kamar Kaisar, Dean sudah tidak bernyawa. Mati di tangan anaknya sendiri, bahkan Lynea sama sekali tidak menyangka kalau putra yang amat mereka sayangi akan bertindak sejauh ini. “KENAPA?! ADA APA DENGAN MU ZIGEA?!” seruan untuk ke sekian kalinya Lynea jeritkan. Perempuan paruh baya itu sama sekali tidak berani menoleh ke arah dimana suaminya tadi duduk. Zigea masih menatap kosong ke arah jasad sang Ayah. Tangannya memang bergetar, namun itu bukan perasaan sedih melainkan amarah yang membuncah.Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Berada di luar prediksi Zigea, banyak variabel yang berbeda dari kehidupan-kehidupan yang sudah ia lewati sebelumnya. ‘Mungkin banyaknya variabel yang terjadi karena adanya jiwa yang merasuk ke dalam tubuh Ayesha,’ batin
BAB 107 Seorang pelayan pria mengetuk pintu sebuah ruangan berpintu besar. Ketika terdengar seruan dari dalam yang mengizinkan pelayan tersebut masuk, barulah ia berani masuk ke dalam ruangan itu. Troli berisi makanan di dorong masuk, membuat lantai dan roda yang bergesakan menyebabkan bunyi decitan.Jibdrui membalikkan tubuhnya, menatap pelayan pria yang baru saja masuk. Mata abu-abu itu beralih ke sebuah gulungan kertas yang berada dekat dengan piring berisi makanan. Langkah kakinya berjalan mendekati ke arah pelayan tersebut.“Dari siapa?” tanyanya datar.Pelayan menundukkan kepalanya, “Dari Baginda Kaisar.”Kedua alis Jibdrui di tertaut, karena tidak biasanya Dean mengirimkan pesan dengan cara seperti itu. Ia perhatikan pelayan tadi, tapi tidak ada yang aneh.“Pergilah,” usirnya.Setelah pintu kembali di tutup, dan hanya tinggal dirinya sendiri di ruangan itu, Jibdrui lekas membuka gulungan sura
BAB 106. Leonita dan Larry yang berdiri di pinggir bersama beberapa dayang lainnya merasa bangga dengan pembalasan yang di lakukan oleh majikan mereka. Diam-diam dua gadis itu melakukan tos, kalau saja sedang di rumah pasti mereka sudah berjingkrak-jingkrak.Karena sudah kenyang, Ayesha dan Daisy berniat untuk pulang. Ia sama sekali tidak memperdulikan Lyssa yang tengah gondok sambil berdiri di dekatnya.“Yang Mulia Permaisuri, maafkan atas sikap tidak sopan Saya. Sudah sewajarnya Saya membela diri karena Saya punya mulut. Saya bukan berniat menghina keluarga Kaisar, karena Saya tidak pernah menghina Permaisuri maupun Baginda Kaisar apalagi Yang Mulia Putra Mahkota. Meskipun Lyssa adalah adik perempuan Anda, tapi Anda tidak bisa menjadikannya keluarga Kaisar.”Kasak-kusuk terdengar, Ayesha menghela nafas lelah. Ia menoleh ke arah Larry yang sedang memegang sebuah kotak kayu mewah berwarna biru tua.“Yang Mulia, Saya membawakan
Ayesha merentangkan kedua tangannya, saat ini Larry dan Leonita tengah membantu sang nyonya berpakaian. Gaun dengan dominan Biru dan emas, cocok dengan warna mata dan rambutnya yang pirang pucat. Rambutnya juga di tata dengan elegan namun tidak membuatnya terlihat dewasa, justru ia terlihat seperti seorang Lady.“Leonita, tolong jangan terlalu ketat saat memasang korsetnya. Aku tidak bisa bernafas, bisa-bisa tulang rusukku patah,” keluhnya dengan nafas ngos-ngosan.“Baik Nyonya,” balas gadis itu.Setelah selesai, ia duduk sebentar untuk menunggu suaminya. “Nyonya, ada Serio yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap Atren dengan menunduk sopan. Pria berseragam khas Ksatria pribadi itu hanya berdiri di dekat pintu.“Biarkan dia masuk.”Serio masuk ke dalam ruangan Ayesha, pria berkaca mata itu menundukkan kepalanya dengan sopan, “Hari ini Anda harus hadir dalam Tea Party yang di buat oleh Permaisuri, ini untuk membung
“Cepat panggilkan dokter!” teriak Serio. Raut wajahnya sangat gelisah dan khawatir.Secepat kilat, ia berlari ke arah meja kerjanya. Ia akan mengirimkan surat kepada Derick, karena pria itu sudah mewanti-wanti Serio untuk selalu mengabari keadaan genting yang menimpa istrinya.“Cepat kirimkan surat ini ke Yang Mulia Grand Duke!” ujarnya seraya memberikan sepucuk surat kepada petugas pengantar pesan. Ia menoleh ke arah salah satu Ksatria Elang Emas, “Antarkan dia, pastikan surat itu harus sampai ke tangan Yang Mulia Grand Duke langsung. Jangan sampai kabar ini bocor di luar sana, sangat berbahaya.”“Baik!” jawab mereka dengan kompak. *** “Ini dimana?” ia melihat ke sekeliling, hanya ada ruangan tanpa batas. Ia juga merasa Familiar dengan situasi saat ini.[Kita bertemu kembali, Anakku.]Ayesha menatap sesosok entitas yang pernah ia temui sebelumnya. “Kenapa Anda menemui saya? Ap
Pagi harinya, Ayesha menatap Leonita dan Larry yang berdiri di hadapannya. Kedua dayangnya itu menundukkan kepala, wajah mereka sudah seperti kepiting rebus.Apalagi wajah Ayesha, ia sangat malu saat ini. Ketika ia bangun, Derick masih terlelap di sisinya. Bahkan sampai sekarang, pria itu masih tidur, mereka bekerja terlalu keras tadi malam. Seluruh tubuh Ayesha sudah seperti tokek, banyak bintik-bintik merah di sekujur tubuh.“Nyonya, air mandi Anda sudah di siapkan,” setelah lama terdiam, akhirnya kata itu yang pertama kali keluar dari mulut Larry.“S-saya juga sudah menyiapkan wewangian yang Anda sukai, Nyonya,” tak mau kalah, Leonita juga berujar meskipun dengan suara gugup.“Kalian pergilah. Biar aku yang memandikan Istriku.”Dua kalimat tersebut membuat ketiga perempuan itu mengalihkan tatapan ke arah Derick yang sudah bangun dan terduduk. Seketika tiga pasang mata perempuan itu melotot kala melihat keadaa
Malam kian larut, namun mata belum juga mau terpejam meski mata sudah bergayut. Ayesha berdiri di balkon kamarnya. Mereka sudah kembali ke kastil keluarga Swiss.Mengenai orang-orang yang di tangkap oleh Ksatria Elang Emas di hutan dekat kastil Baron Serval, sehari setelah di tangkap mereka di temukan tewas. Di makan oleh binatang buas, salah satu pengawal lupa menutup pintu gubuk dadakan tersebut. Paginya mereka semua di temukan sudah tercerai berai.Ayesha langsung bergidik ngeri, ketika membayangkan potongan tubuh yang berserak ketika ia hendak interogasi orang-orang itu. Ia julurkan tangannya, menatap ke arah telapak tangan pucatnya, sedikit bergetar di sana.“Janc*k! Ngeri banget,” gidiknya lagi.Kedua tangannya memeluk tubuhnya, udara kian dingin namun ia sama sekali belum berniat beranjak dari sana. Matanya menatap gerbang kastil di kejauhan sana. Berharap pintu itu terbuka, dan suaminya muncul.“Kangen,” bisi
Suara langkah kaki di barengin dengan suara barang di seret terdengar di sepanjang lorong tersebut. Jejak darah terlihat membasahi lantai, membentuk gurat-gurat memanjang. Mengikuti jejak barang yang tadi di seret.“Pindahkan jasad-jasad itu ke dalam peti. Kita akan membakarnya di alun-alun Ibukota. Agar ini bisa menjadi contoh untuk banyak orang. Gantung jasad-jasad itu nanti ke tiang eksekusi.”“Baik, Tuan Duke!” seru beberapa Ksatria yang bertugas di bagian penjara Kekaisaran.Jasad yang mereka bawa, adalah buntut-buntut dari Organisasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bisa di harapkan, karena yang selama ini bertemu dengan mereka adalah Butler Gof dan Madame Cruish.Dua orang itu juga sudah di tangkap, bersama dengan sang penyihir hitam. Mereka di kurung di dalam penjara dengan penjagaan berlapis-lapis. Terkhusus si penyihir hitam, tubuhnya sudah nyaris hancur karena di siksa, terutama lidahnya yang di potong agar tidak bisa lagi mengucapkan mantra-mantra sihir hitamnya.Setelah