Share

Bab 105

Author: Alita novel
last update Huling Na-update: 2025-04-17 04:21:05

Lagi-lagi Dina terbangun di kamarnya yang kecil yang ada di rumah mewah Aurel. Dia tidak lagi dikurung di gudang yang gelap dan pengap. Entah kenapa wanita itu menghela nafas lega. Dina beranggapan kalau bukan Aurel yang membuatnya ada di kamar ini, melainkan majikannya yang lain yaitu Pak Hermawan.

“Sepertinya Pak Hermawan masih berada di pihakku,” gumam wanita itu seorang diri.

Dina bangkit dari tempat tidur dengan santai. Seolah ia adalah majikan di rumah itu. Bahkan saat kepala pelayan masuk kamar sambil berkacak pinggang. Ia tidak takut enatap wanita paruh baya yang menatapnya penuh kemarahan.

“Cepat tutup pintunya klau ada yang mau kamu bicarakan denganku,” kata Dina dengan nada sinis.

Kepala pelayan yang bernama Bu Jumi itu berjalan denngan langkah lebar. Ttangan dengan kulit yang sudah berkerut menjambak rambut Dina dengan sangat amat keras. Hingga rasanya rambut Dina seperti akan tercabut dari kulit kepalanya.

“Apa yang kau lakukan wanita tua? Sakit tahu,” teriak Dina kesakit
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 106

    Tubuh Dina seketika bergetar ketakutan. Rasa jumawa dan sombongnya jatuh ke tanah begitu saja. Tidak ada lagi yang bisa ia banggakan di depan Bu Jumi saat Pak Hermawan terang-terangan mengatakan tidak perduli lagi padanya.“Oh begitu,” jawab Bu Jumi tertawa manis, tapi matanya menatap penuh ejekan pada Dina.“Memang kenapa sih kamu menanyakan hal itu? Jangan bilang karena Aurel lagi. Apa anak itu tidak percaya kalau aku sudah tidak punya hubungan apapun dengan Dina?” tanya Pak Hermawan yang terdengar lelah dari sebrang telepon.“Bukan. Tenang saja Pak. Bu Aurel sedang mengurus hal lain. Walaupun ini ada hubungannya dengan Dina,” kata Bu Jumi lagi.Wanita paruh baya itu menceritakan tentang posisi Dina di rumah ini. Apa yang terjadi kemarin hingga hari ini lalu Dina yang dikurung di gudang pingsan. Sekarang Bu Jumi ada di ruangan yang sama dengan Dina untuk mengkonfirmasi apakah Pak Hermawan masih berada di bawah kendali wanita itu atau tidak.“Oh begitu,” jawab Pak Hermawan tak acuh.

    Huling Na-update : 2025-04-17
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 107

    Sedetik kemudian Dina berubah menjadi dirinya yang semula. Wanita itu tampak linglung kenapa dia berdiri dibalik pintu. Berusaha membukanya yang sudah pasti terkunci dari luar. Lagipula tidak akan ada orang yang menjawab dan mau membukakan pintu kamar ini untuknya.Dina bersandar ke pintu. Tubuhnya terasa sangat lemas. Dia tidak ingat apa yang terjadi barusan. Ingatan terakhir Dina adalah saat Bu Jumi baru selesai menelepon Pak Hermawan. Dia menangis sesenggukan saking takutnya. Setelah itu, Dina lupa semuanya.Tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit. Dina memilih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia tidak ingin memikirkan semua kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Dina butuh waktu istirahat sebentar saja untuk mengistirahatkan tubuh dan batinnya yang lelah. Apalagi tadi tubuhnya baru saja dihajar oleh Bu Jumi. Sehingga masih menyisakan luka lebam di sekujur tubuh Dina.Dering ponselnyta yang berbunyi menarik perhatian wanita muda itu. Ada pesan masuk dari Dukun Deri. Rasany

    Huling Na-update : 2025-04-18
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 108

    Aurel kembali duduk di kursi kerjanya. Hanya tinggal sedikit perbaikan maka pekerjaannya hari ini akan selesai. Satu jam menunggu sembari matanya melirik tablet yang memperlihatkan kamar asisten rumah tangga yang tengah ditiduri Dina. Luasnya hanya dua kali tiga meter. Dulu kamar itu digunakan sebagai gudang sebelum rumah ini direnovasi jadi lebih luas.Tidak lama kemudian ada orang yang mengetuk pintu. Aurel mematikan laptopnya lalu membawa tablet yang masih memperlihatkan live dari kamera CCTV di kamar Dina. Dia berdiri di balik pintu. Melihat melalui layar intercom yang terpasang di depan ruang kerjanya.“Bu Jumi?” tanya Aurel memastikan. Ia melihat sosok yang mirip dengan Bu Jumi tengah berdiri di depan ruang kerjanya. Hanya saja Aurel tidak bisa melihat sosoknya dengan sangat jelas karena Bu Jumi terlihat menunduk.Tubuhnya meremang. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Mata Aurel terus tertuju ke layar intercom lalu beralih pada layar tablet. Dina masih tidur di atas tempat tidu

    Huling Na-update : 2025-04-18
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 109

    Aurel membuka ruang kerjanya. Membiarkan empat santri Ustad Soleh masuk. Ia membiarkan Ustad Soleh dan keempat santrinya bekerja agar bisa membersihkan tubuh Bu Jumi yang sedang ketempelan makhluk halus.Wanita itu mengambil ponsel saat terdengar dering beberapa kali tanda ada telepon masuk. Terpampang nama sang suami di layar ponselnya. Aurel menelan tombol hijau secepat mungkin."Halo Pa. Kamu masih sibuk?" tanya Aurel cepat. Dia sedang berkutat dengan waktu.Para pegawai dari asisten rumah tangga, tukang kebun hingga pengawal sedang melaksanakan tugas mereka masing masih. Dibawah komando Aurel langsung karena Bu Jumi selaku kepala pelayan sedang di ruqyah."Aku sudah selesai. Rapat terakhir sore ini bisa dibatalkan. Toh mereka yang membutuhkanku. Aku akan pulang sekarang juga. Jangan panik dan jangan dekati Dina. Oke. Kamu paham Ma," ucap sang suami uang justru terdengar lebih panik dari sebrsng sambungan telepon.Jika situasinya tidak genting seperti ini, wanita itu pasti sudah te

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 110

    Bu Jumi membuka matanya saat sinar matahari pagi perlahan masuk melewati jendela kamarnya. Kamar kepala pelayan yang sama luasnya seperti kamar di perumahan subsidi. Mungkin hari ini sinar matahari akan bersinar sangat cerah karena sinarnya mampu menembus tirai jendela kamar Bu Jumi.Wanita paruh baya itu perlahan bangkit dari tempat tidurnya. Kepalanya terasa sangat pusing. Untuk sesaat Bu Jumi lupa kapan dia tidur di kamar ini. Matanya melirik jam yang terpasang di atas di dinding. Seketika mata Bu Jumi membulat saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi."Ya ampun sudah jam tujuh pagi. Aku terlambat bekerja," ucap Bu Jumi yang penuh dengan kekagetan.Kakinya menapak lantai yang dingin. Aneh sekali. Biasanya dia selalu memakai sandal. Termasuk saat di dalam kamarnya sendiri. Karena dinginnya lantai tidak baik untuk telapak kakinya. Itulah anjuran dari Dokter padanya saat pemeriksaan terakhir."Dimana sandalku? Terakhir kali aku bawa ke ruang kerjanya Bu Aurel," ujar B

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 111

    “Kemarin malam,” jawab Aurel berusaha mengingat kejadian kemrin malam.Setelah ia pulang dan diberiatahu sang suami, Hendra kalau ia dan anak-anak sudah menjalani proses ruqyah, mereka menunggu di ruang tengah. karena ada banyak asiisten rumah tangga dan pengawa yang harus melakukan prooses itu, Auel meminta kedua anaknya untuk masuk lebih dulu ke dalam kamar.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam saat akhrinya seluruh proses ruqyah selesai. Aurel meminta semua assen rumah tangga kebali e kamar mereka. Sedangkan Hendra mendata siapa saja pengawal yang masiih kuat untuk berjaga. Sedangkan sisanya disuruh istirahat jika merasa tidak kuat lagi.“Silahkan dudk dulu Pak Ustad. Biar saya sendiri yan membuatkan minuma untuk ana semua,” kkata AUrel pada Ustad Soleh.“Tiak perl repot Bu,” balas Utas Solehh yang nampak sekali kelelahan di sofa ruang tengah rumah mereka yang sangat besa. Sedangkan semua santri yang ikut bersamanya dudu di karpet besar yang sudah digelar.“Tolong beri air mi

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 112

    Setelah megantar makanan e janar Bu Jumi, Aurel meminta salah satuu asistten rumah tangga membawa nampan berisi piring dan gelas ke ndapur. Wanita itu melangkah menuju lift. Hendak kembali ke kamarnya yang ada di lantai dua. Aurel yang merasa sangat lelah hanya ingin kembali tidur. Dia baru akan pergi ke rumah sakit jiwa bersama Hendra dan usta Soleh sore ini. Toh Dina perlu menjalani perwatan dari Dokter ahli jiwa disana.Saat tubuhnya rebah di atas tempat tidur, tiba-tiba Aurel merasa sangat mengantuk. Perlahan kelopak matanya tertutup dan Aurel akhirnya terbang ke alam mimpi.Tiba-tiba Aurel terbangun di tempat yang asing. Hanya ada kegelapan yang mengelilinginya. Tidak ada satu titikpun cahaya yang terlihat. Entah apa saja yang ada di sekelilingnya, Aurel tidak tahu karena tidak bisa melihat ruangan di sekelilingnya.Berada di situasi seperti ini tidak membuat Aurel takut sama sekali. Dia sudah terlatih sejak kecil untuk menghadapi segala jenis ketakutan karena posisinya sebagai p

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 113

    Tidak ada yang dapat membayangkan betapa leganya Aurel sekarang. Kondisi rumahnya sudah kembali seperti semula. Semua asisten rumah tangga dan pengawal tidak berada di bawah kendali Dina. Bu Jumi juga tidak akan diganggu lagi oleh sosok kiriman Dina. Namun masih ada satu hal lagi yang harus Dina lakukan sekarang yaitu pergi ke rumah sakit jiwa bersama Ustad Soleh dan para santrinya untuk menghapus ilmu hitam yang sempat mengikat Dina.Aurel berdiri di depan cermin kamarnya yang besar. Dia menatap pantulan dirinya yang memakai kemeja berwarna kuning. Selarang dengan kulitnya yang putih. Dipadu dengan celana hitam panjang dan blazer berwarna abu-abu. Menambah kesan mewan dari kalangan orang kaya lama. Meskipun Aurel hanya memakai sepatu murah seharga dua ratus ribu dan jam seharga lima ratus ribu.Wanita itu tidak suka menggunakan perhiasan atau barang mewah jika hanya untuk bekerja. Bukan bermaksud untuk merendah di tengah kehidupannya sebagai keluarga konglomerat. Baginya bekerja cuku

    Huling Na-update : 2025-04-21

Pinakabagong kabanata

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 121

    Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Waktunya dia untuk pulang ke rumah sebentar guna menemui Ustad Soleh dan timnya yang akan melakukan ruqyah kedua di rumahnya.Aurel menekan telepon yang menghubungkan dengan telepon di ruang sekretarisnya. Tidak lama kemudian, sekretarisnya masuk ke ruang kerja Aurel. Wanita itu memberikan sejumlah pekerjaan yang harus dilakukan saat ia pulang ke rumah nanti."Apa kamu mengerti?" tanya Aurel tegas. Aura pemimpinnya begitu jelas terlihat. Tidak dapat dipungkiri kalau didikan keras ibunya selama ini, sejak dia masih kecil dan belum mengerti apapun hingga dewasa sudah membentuk mengalnya jadi sedemikian tangguh."Baik Bu. Saya mengerti," jawab sektetarisnya sopan dan dapat diandalkan."Baik kalau begitu saya tinggal dulu. Nanti jam empat sore saya akan datang kembali kesini untuk memeriksa semuanya," ucap Aurel lagi sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya."Baik Bu," jawab sekretaris Aurel lagi.Setelah

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 120

    Keesokan harinya sinar matahari menembus jendela kamar Aurel yang sangat besar. Bahkan saking besarnya ukuran kamar itu seperti rumah minimalis atau kamar kos mewah. Tidak hanya ada tempat tidur king size yang diletakan di tengah kamar, tapi juga ada sofa mewah dengan meja kecil dibalik dinding kaca sebagai penyekat dengan balkon kamar utama ini.Aurel bangkit dari tidurnya. Sebenarnya ia sudah bangun subuh dan melaksanakan salat sendoiri karena suami dan kedua anaknya pergi ke masjid. Namun setelah salat, Aurel melanjutkan tidurnya karena dia butuh tdur yang berkualitas sebelum nanti akan sibuk bekerja. Ia melihat kalender yang ada di atas nakas.“Hari ini Ustad Soleh dan timnya akan datang ke rumah lagi untuk melakukan ruqyah kedua,” gumam Aurel seorang diri.Wanita itu turun dari tempat tidurnya yang sangat besar. Dia berjalan menuju balkon kamarnya yang sangat luas. Berbeda dengan balkon kamar yang ada di hotel. Aurel duduk di kursi yang menghadap matahari terbit. Karena arah kama

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 119

    Sehari sebelumnya saat Aurel baru saja pulang dari rumah sakit jiwa tempat Dina sekarang dirawat. Wanita itu menghela nafas saat melihat pemandangan rumah-rumah warga yang beragam bentuk dan ukurannya. Ia akan kembali sibuk dengan rutinitas pekerjaan seperti biasa. Meskipun Aurel masih sedikit harus mengurus tentang masalah Dina.Di rumah, dia melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja. Membiarkan Bu Jumi menyiapkan makan malamnya seorang diri disana. Suaminya, Hendra juga masih berada di kantor. Kedua anaknya sibuk dengan tugas kuliah dan sekolah. Meskipun keluarga kecil itu terlihat sibukb dengan kegiatan mereka masing-masing, tapi Aurel selalu punya cara membuat suasanan intim diantara pasangan suami istri serta orang tua dan anak.“Pak Hendra tadi telepon kalau akan pulang tengah malam Bu. Sedangkan aden-aden berdua juga telepon kalau mereka menginap di kos teman untuk mengerjakan tugas kuliah bersama,” kata Bu Jumi begitu menghidangkan menu makan malam di hadapan Aurel. Tepat di ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 118

    Mata Dina mengerjap berulang kali. Dia tidak merasakan keberadaan Dukun Deri disini lagi. Apalagi bisikan-bisikan aneh itu. Yang ada Dina justru merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ini seperti mimpi dia bisa berada di tengah keramaian. Setelah dua hari terakhir Dina selalu sendiri di ruangan ini.“Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Ustad Soleh yang duduk di hadapan Dina.Ustad Soleh yang masih memakai sarung tangan sedang menekan jari jempol kaki Dina. Wanita itu memandang sekeliling ruangan. Jika dia hitung ada delapan wajah baru yang terlihat kelelahan mengelilingi tempat tidurnya. Ditambah dengan dua perawat utama yang ikut masuk ke ruang rawatnya. Jadi totalnya ada sepuluh orang yang masuk ke ruangan ini.“Apakah bapak dan ibu semua adalah orang kiriman Bu Aurel?” tanya Dina menanyakan hal pertama yang terlintas di benaknya.Ustad Soleh mengangguk. Senyum pria paruh baya itu terlihat sangat amat menentramkan. Senyum bijak yang terpancar dari orang baik.

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 117

    Di rumah sakit jiwa tempat Dina mendekam,wanita itu sudah sadar. Kelopak matanya perlahan terbuka. Ditatapnya langit-langit rumah sakit jiwa ini. Di ruang isolasi dimana sekarang tempat Dina berada. Hanya dinding dan atap berwarna putih yang mengepungnya di ruangan ini. Dengan tempat tidur tanpa ranjang dan selang infus yang menancap di tangannya.Pikiran Dina teracak. Dia ingat beberapa kejadian, tapi melukan kejadian berikutnya. Sebelum kedua perawat utama datang bersama rombongan ustad yang Dina dengar saat perawat utama bicara, Dina tidak ingat apapun. Dia hanya ingat kalau sedang berada di ruangan yang sangat gelap gulita.Entah kenapa Dina merasa sangat bersyukur dan berterima kasih karena ada orang yang mengirim ustad untuk mengobatinya. Air mata Dina menitik. Dia tergugu membayangkan hari-hari ke depan. Dina takut dia akan jadi gila dan tidak ingat dengan apapun lagi seperti orang tuanya. Terlebih Dina takut jika tidak bisa melihat bapak dan ibunya lagi.“Apakah aku bisa sembu

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 116

    Akhirnya mereka duduk di deretan kursi panjang yang ada di depan meja penerima tamu yang terletak di gedung depan. Aurel mengeluarkan amplop tebal dari dalam tasnya lalu menyerahkan amplop itu pada Ustad Soleh.“Terima kasih untuk bantuannya sejak kemarin Pak Ustad. Saya tidak tahu apa yang terjadi jika tidak ada anda yang bersedia membantu kami,” kata Aurel penuh sopan santun.Ustad Soleh menerima pemberian kliennya itu. Rasanya sangat tebal. Jadi Ustad Soleh bisa menebak kalau isinya dua kali lipat dari biasanya. Ustad Soleh memang tidak pernah mengenakan tarif pasti. Dia menyerahkan semuanya pada orang-orang yang sudah dibantu. Namun jika berurusan dengan orang kaya, maka para klien akan memberinya banyak uang. Termasuk keluarga Pak Hermawan.“Sepertinya uang ini terlalu banyak Bu Aurel,” kata Ustad Soleh jujur.Bukannya dia tidak mau menerima rejeki, tapi menerima uang sebanyak ini dan lebih dari biasanya tentu saja membuat hati jadi tidak tenang sama sekali. Bagi Ustad Soleh cuku

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 115

    Aurel menghela nafas. Dia menyiapkan jawaban terbaik yang akan ia kirimkan pada Tiara. Meskipun wanita itu sudah disakiti sedemikian rupa, bahkan hampir menghancurkan rumah tangganya, tapi Tiara adalah sosok yang sangat mengagumkan karena mau mengirim pesan untuk mencari tahu keadaan Dina saat ini.[Mimpi anda memang benar Bu Tiara. Telah terjadi hal buruk di rumah saya karena Dina menggunakan ilmu hitam disana. Saya mengirimnya ke rumah sakit jiwa, khusus di ruang isolasi agar Dina tidak bisa menyakiti dirinya sendiri dan orang lain.Maaf tidak bisa menceritakan semuanya secara detail karena sekarang saya sedang menemani seorang ustad kenalan keluarga yang sedang meruqyah Dina. Jika anda ingin tahu lebih banyak, kita bisa bertemu di lain kesemapatan.]Aurel menekan tombol kirim. Belum ada balasan dari Tiara. Aurel juga tidak menunggu karena ia paham jika setiap orang punya kesibukan masing-masing.Wanita itu lalu menekan nomor sang suami, Hendra. Karena tujuan awalnya membuka aplikas

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 114

    Aurel menundukan kepalanya dengan cara yang sangat amat sopan pada Ustad Soleh. Begitu juga dengan semua muridnya yang sebagian besar sudah bergelar ustad dan ustadzah."Selamat siang Pak Ustad. Mari kita masuk," kata Aurel meluruskan tangan kanannya dengan gestur sopan"Baik Bu Aurel," jawab Ustad Soleh tidak kalah sopannyaDua orang dengan tampilan berbeda itu berjalan bersisian. Meskipun ada jarak yang membentang di antara mereka. Bagaimanapun juga Ustad Soleh adalah seorang pemuka agama yang harus dihormati. Begitu juga dengan dua pengawal Aurel yang berjalan di belakang. Mereka berjalan bersisian dengan murid laki-laki Ustad Soleh.Mereka pergi ke meja depan. Melakukan pendaftaran untuk menjenguk Dina lalu diantar salah satu perawat menuju sel isolasi. Aurel yang sudah hafal dengan desain rumah sakit ini berjalan mantap melewati dua gedung berbeda tempat pasien dirawat.Perawat memilik rute jalur lorong. Dimana mereka hanya melewati setiap kamar yang tertutup. Tidak ada pasien ya

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 113

    Tidak ada yang dapat membayangkan betapa leganya Aurel sekarang. Kondisi rumahnya sudah kembali seperti semula. Semua asisten rumah tangga dan pengawal tidak berada di bawah kendali Dina. Bu Jumi juga tidak akan diganggu lagi oleh sosok kiriman Dina. Namun masih ada satu hal lagi yang harus Dina lakukan sekarang yaitu pergi ke rumah sakit jiwa bersama Ustad Soleh dan para santrinya untuk menghapus ilmu hitam yang sempat mengikat Dina.Aurel berdiri di depan cermin kamarnya yang besar. Dia menatap pantulan dirinya yang memakai kemeja berwarna kuning. Selarang dengan kulitnya yang putih. Dipadu dengan celana hitam panjang dan blazer berwarna abu-abu. Menambah kesan mewan dari kalangan orang kaya lama. Meskipun Aurel hanya memakai sepatu murah seharga dua ratus ribu dan jam seharga lima ratus ribu.Wanita itu tidak suka menggunakan perhiasan atau barang mewah jika hanya untuk bekerja. Bukan bermaksud untuk merendah di tengah kehidupannya sebagai keluarga konglomerat. Baginya bekerja cuku

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status