Barusan aku memang terlalu gegabah.Setelah menenangkan diri, aku mulai memikirkan semuanya dengan lebih berhati-hati.Haruskah aku memberitahu Lina kebenarannya? Mumpung mereka belum kembali, mungkin aku bisa berkonsultasi dengan sahabatku dulu.Namun, tiba-tiba Jenny berkata bahwa dia juga tidak enak badan, jadi tidak ingin pergi mandi.Tubuhku menegang, aku tak bisa lagi mengatakan apa-apa untuk membantahnya.Bagaimana mungkin aku yang tadi bilang tidak mau pergi, sekarang malah mau? Jika aku begitu labil, pastiterlihat mencurigakan.Lina diam-diam mengirim pesan, bertanya apakah dirinya perlu tetap tinggal.Aku membalas tidak perlu.Setelah berpikir sejenak, aku menambahkan beberapa pesan, "Mungkin karena kamu terlalu stres akhir-akhir ini, makanya sampai halusinasi.""Sebagai teman sekamar, sebaiknya kita hidup rukun.""Aku nggak tahu kamu punya masalah apa dengan Jenny, tapi menyeret cerita horor seperti ini terlalu berlebihan.""Ini terlalu aneh, aku nggak percaya."Lina pun ti
Jenny langsung kembali ke wujud manusia dan tersenyum sambil berkata pada Lina, "Aku dan Lisa hanya bercanda."Lina tampak tidak percaya dan menatapku dengan curiga.Aku buru-buru menghapus air mataku dan mengangguk berulang kali, "Iya, kami hanya bercanda.“ Sejak Lina kembali, suasana di kamar asrama menjadi tenang lagi.Aku menutup rapat tirai tempat tidurku, meringkuk di balik selimut dan menangis, sambil mengirim pesan ke sahabatku.Sekarang aku yakin bahwa Jenny adalah orang mati. Tapi, aku tidak tahu apakah dia sadar bahwa aku sudah mengetahuinya.Aku tidak tahan lagi. Kalau situasi ini terus berlanjut, nyawaku pasti melayang.Siapa yang bisa bertahan dengan ketakutan seperti ini?Setelah mendengar ceritaku, sahabatku menyadari betapa seriusnya masalah ini.Dia berkata bahwa teman sekamarku itu pasti hantu yang kuat dan berbahaya. Dia memutuskan untuk datang langsung.Dia sudah memesan tiket untuk besok dan menenangkanku agar tidak takut.Saat lampu kamar dimatikan, semua orang
Seketika, kamar menjadi terang benderang.Ternyata, Selly yang menyalakan lampu mejanya.Dia menarik lenganku dan berteriak, "Kenapa kamu berteriak? Hati-hati anak kamar sebelah datang dan memarahimu."Merasa suhu hangat dari tangan manusia hidup, aku buru-buru mendekat padanya."Ada hantu! Kita harus segera keluar dari sini!"Selly mengarahkan lampu ke tempat tidurku. Di sana kosong, tidak ada apa-apa."Hantu apa? Nggak ada apa-apa.""Lisa, kamu pasti kebanyakan nonton film horor, pikiranmu dipenuhi itu semua, jadi sampai terbawa mimpi."Aku memandang sekitar dengan tidak percaya."Nggak, nggak mungkin.""Aku benar-benar melihat hantu, dia bahkan bicara padaku, bahkan mencoba menguliti wajahku ... "Selly tampak tak berdaya dan menunjuk wajahku."Lihat saja, wajahmu bahkan baik-baik saja, nggak ada bekas apapun."Aku mencoba bercermin. Ternyata benar, kulitku terlihat mulus, tidak ada luka atau bahkan bekas goresan.Aku pun tertegun.Apa benar aku hanya bermimpi?Namun, rasa sakit tad
Aku langsung tertegun, apa mungkin Selly juga tahu bahwa Jenny itu hantu?Selly sengaja mengajakku ke tempat ramai untuk bicara.Dia bercerita bahwa sebenarnya gedung asrama kami memang punya banyak cerita seram.Namun, demi menjaga reputasi kampus dan menarik mahasiswa baru, hal ini tidak pernah diumumkan.Dia tahu cerita ini dari seorang senior yang dia temui saat mengikuti ujian CPNS.Selly mengaku dirinya pernah mengalami kejadian serupa. Suatu malam, dia pulang menjelang jam tidur dan bertemu hantu itu.Namun, dia langsung memakinya dengan keras dan hantu itu pun pergi.Dia merendahkan suaranya, berkata, "Ingat satu hal, kalau kamu bertemu hantu itu, langsung teriak dan menyebut dia itu hantu.""Dengan begitu, hantu itu akan mengingat semuanya dan nggak akan mencarimu lagi."Aku panik, apa ini? Kenapa berbeda dengan yang dikatakan sahabatku?Sahabatku bilang aku harus berpura-pura tak tahu soal hantu, sementara Selly malah menyuruhku untuk langsung mengungkapnya.Dua saran ini ben
Baru saja tidur sebentar, aku langsung terbangun dengan sangat waspada.Dengan jimat yang melindungiku, aku duduk di tempat tidur dan menunggu kemunculan hantu.Selly tahu aku ketakutan dan tidak berani tidur, jadi dia meminjamkan lampu mejanya yang terang padaku.Aku tidak yakin apakah dia manusia atau hantu.Namun, ini juga hanya sebuah lampu, apa yang bisa terjadi?Setelah berpikir sejenak, aku menerima niat baiknya.Tak lama, suasana asrama menjadi hening.Aku hanya bisa mendengar suara napas teratur dari teman-teman sekamarku.Dengan satu tangan memegang ponsel, tangan lainnya memegang erat belati berukir mantra. Aku duduk tegang, menatap lurus ke depan.Lampu besar itu kujepitkan di sudut tirai tempat tidur, membuat bagian dalam tempat tidurku terang benderang seperti siang hari.Akhirnya, aku bernapas lega.Namun, semakin lama aku duduk, rasa gelisahku semakin menjadi-jadi. Berbagai bayangan menyeramkan terus bermunculan di kepalaku.Untuk mengalihkan perhatian, aku memutuskan b
Aku perlahan menoleh ke arah teman-temanku.Mereka sedang tersenyum, tetapi sudut bibir mereka tertarik berlebihan, seolah-olah akan robek.Dalam sekejap, perasaan merinding menjalar dari kepalaku."Sudah malam, aku mau tidur duluan."Kataku dengan tawa kaku sambil berdiri, berniat kembali ke tempat tidur.Namun, Selly langsung menekanku agar tetap di tempat.Jari-jarinya yang tadinya halus kini mulai membusuk, kukunya berubah menjadi hitam kebiruan dan memanjang dengan cepat."Lisa, kamu mau ke mana?" tanyanya.Jenny dan Lina juga mendekat mengelilingiku."Iya, kamu mau ke mana, Lisa?""Tinggallah di sini, temani kami. Bukannya kita teman sekamar yang kompak dan baik?"Sambil berbicara, kulit wajah mereka mulai terkelupas perlahan-lahan.Suara mereka juga berubah, menjadi aneh dan tajam.Sementara itu, lampu besar yang mereka pinjamkan padaku telah berubah menjadi lampu penerangan abadi untuk pemujaan.Kini semuanya menjadi jelas.Jimat dari sahabatku sebenarnya berfungsi. Hantu di te
Untuk menunjukkan kekompakan, kami berempat di asrama membeli casing ponsel yang sama.Casing itu lembut dan elastis, sangat berbeda dari casing-casing yang pernah kumiliki sebelumnya.Hanya saja, ada satu masalah, casing itu selalu berminyak.Awalnya, kupikir itu karena tanganku yang berkeringat, sampai suatu hari aku sibuk mengerjakan tugas dan sama sekali tidak menyentuhnya.Namun, saat malam tiba, casing itu tetap mengeluarkan lapisan minyak kuning.Karena tiga teman asramaku juga memakai casing yang sama, aku merasa tidak enak untuk menggantinya.Namun harus mengelapnya setiap beberapa lama sekali, benar-benar melelahkan.Akhirnya, aku pun mengeluh pada sahabatku.Namun, saat membaca pesannya, hatiku langsung berdegup kencang."Berminyak? Itu kulit manusia!"Aku langsung gemetar dan hampir menjatuhkan ponselku."Astaga, jangan nakut-nakuti aku!"Sahabatku memintaku untuk keluar sendirian tanpa membawa casing ponsel.Aku yang sudah ketakutan langsung menurutinya.Setelah sampai di
Aku perlahan menoleh ke arah teman-temanku.Mereka sedang tersenyum, tetapi sudut bibir mereka tertarik berlebihan, seolah-olah akan robek.Dalam sekejap, perasaan merinding menjalar dari kepalaku."Sudah malam, aku mau tidur duluan."Kataku dengan tawa kaku sambil berdiri, berniat kembali ke tempat tidur.Namun, Selly langsung menekanku agar tetap di tempat.Jari-jarinya yang tadinya halus kini mulai membusuk, kukunya berubah menjadi hitam kebiruan dan memanjang dengan cepat."Lisa, kamu mau ke mana?" tanyanya.Jenny dan Lina juga mendekat mengelilingiku."Iya, kamu mau ke mana, Lisa?""Tinggallah di sini, temani kami. Bukannya kita teman sekamar yang kompak dan baik?"Sambil berbicara, kulit wajah mereka mulai terkelupas perlahan-lahan.Suara mereka juga berubah, menjadi aneh dan tajam.Sementara itu, lampu besar yang mereka pinjamkan padaku telah berubah menjadi lampu penerangan abadi untuk pemujaan.Kini semuanya menjadi jelas.Jimat dari sahabatku sebenarnya berfungsi. Hantu di te
Baru saja tidur sebentar, aku langsung terbangun dengan sangat waspada.Dengan jimat yang melindungiku, aku duduk di tempat tidur dan menunggu kemunculan hantu.Selly tahu aku ketakutan dan tidak berani tidur, jadi dia meminjamkan lampu mejanya yang terang padaku.Aku tidak yakin apakah dia manusia atau hantu.Namun, ini juga hanya sebuah lampu, apa yang bisa terjadi?Setelah berpikir sejenak, aku menerima niat baiknya.Tak lama, suasana asrama menjadi hening.Aku hanya bisa mendengar suara napas teratur dari teman-teman sekamarku.Dengan satu tangan memegang ponsel, tangan lainnya memegang erat belati berukir mantra. Aku duduk tegang, menatap lurus ke depan.Lampu besar itu kujepitkan di sudut tirai tempat tidur, membuat bagian dalam tempat tidurku terang benderang seperti siang hari.Akhirnya, aku bernapas lega.Namun, semakin lama aku duduk, rasa gelisahku semakin menjadi-jadi. Berbagai bayangan menyeramkan terus bermunculan di kepalaku.Untuk mengalihkan perhatian, aku memutuskan b
Aku langsung tertegun, apa mungkin Selly juga tahu bahwa Jenny itu hantu?Selly sengaja mengajakku ke tempat ramai untuk bicara.Dia bercerita bahwa sebenarnya gedung asrama kami memang punya banyak cerita seram.Namun, demi menjaga reputasi kampus dan menarik mahasiswa baru, hal ini tidak pernah diumumkan.Dia tahu cerita ini dari seorang senior yang dia temui saat mengikuti ujian CPNS.Selly mengaku dirinya pernah mengalami kejadian serupa. Suatu malam, dia pulang menjelang jam tidur dan bertemu hantu itu.Namun, dia langsung memakinya dengan keras dan hantu itu pun pergi.Dia merendahkan suaranya, berkata, "Ingat satu hal, kalau kamu bertemu hantu itu, langsung teriak dan menyebut dia itu hantu.""Dengan begitu, hantu itu akan mengingat semuanya dan nggak akan mencarimu lagi."Aku panik, apa ini? Kenapa berbeda dengan yang dikatakan sahabatku?Sahabatku bilang aku harus berpura-pura tak tahu soal hantu, sementara Selly malah menyuruhku untuk langsung mengungkapnya.Dua saran ini ben
Seketika, kamar menjadi terang benderang.Ternyata, Selly yang menyalakan lampu mejanya.Dia menarik lenganku dan berteriak, "Kenapa kamu berteriak? Hati-hati anak kamar sebelah datang dan memarahimu."Merasa suhu hangat dari tangan manusia hidup, aku buru-buru mendekat padanya."Ada hantu! Kita harus segera keluar dari sini!"Selly mengarahkan lampu ke tempat tidurku. Di sana kosong, tidak ada apa-apa."Hantu apa? Nggak ada apa-apa.""Lisa, kamu pasti kebanyakan nonton film horor, pikiranmu dipenuhi itu semua, jadi sampai terbawa mimpi."Aku memandang sekitar dengan tidak percaya."Nggak, nggak mungkin.""Aku benar-benar melihat hantu, dia bahkan bicara padaku, bahkan mencoba menguliti wajahku ... "Selly tampak tak berdaya dan menunjuk wajahku."Lihat saja, wajahmu bahkan baik-baik saja, nggak ada bekas apapun."Aku mencoba bercermin. Ternyata benar, kulitku terlihat mulus, tidak ada luka atau bahkan bekas goresan.Aku pun tertegun.Apa benar aku hanya bermimpi?Namun, rasa sakit tad
Jenny langsung kembali ke wujud manusia dan tersenyum sambil berkata pada Lina, "Aku dan Lisa hanya bercanda."Lina tampak tidak percaya dan menatapku dengan curiga.Aku buru-buru menghapus air mataku dan mengangguk berulang kali, "Iya, kami hanya bercanda.“ Sejak Lina kembali, suasana di kamar asrama menjadi tenang lagi.Aku menutup rapat tirai tempat tidurku, meringkuk di balik selimut dan menangis, sambil mengirim pesan ke sahabatku.Sekarang aku yakin bahwa Jenny adalah orang mati. Tapi, aku tidak tahu apakah dia sadar bahwa aku sudah mengetahuinya.Aku tidak tahan lagi. Kalau situasi ini terus berlanjut, nyawaku pasti melayang.Siapa yang bisa bertahan dengan ketakutan seperti ini?Setelah mendengar ceritaku, sahabatku menyadari betapa seriusnya masalah ini.Dia berkata bahwa teman sekamarku itu pasti hantu yang kuat dan berbahaya. Dia memutuskan untuk datang langsung.Dia sudah memesan tiket untuk besok dan menenangkanku agar tidak takut.Saat lampu kamar dimatikan, semua orang
Barusan aku memang terlalu gegabah.Setelah menenangkan diri, aku mulai memikirkan semuanya dengan lebih berhati-hati.Haruskah aku memberitahu Lina kebenarannya? Mumpung mereka belum kembali, mungkin aku bisa berkonsultasi dengan sahabatku dulu.Namun, tiba-tiba Jenny berkata bahwa dia juga tidak enak badan, jadi tidak ingin pergi mandi.Tubuhku menegang, aku tak bisa lagi mengatakan apa-apa untuk membantahnya.Bagaimana mungkin aku yang tadi bilang tidak mau pergi, sekarang malah mau? Jika aku begitu labil, pastiterlihat mencurigakan.Lina diam-diam mengirim pesan, bertanya apakah dirinya perlu tetap tinggal.Aku membalas tidak perlu.Setelah berpikir sejenak, aku menambahkan beberapa pesan, "Mungkin karena kamu terlalu stres akhir-akhir ini, makanya sampai halusinasi.""Sebagai teman sekamar, sebaiknya kita hidup rukun.""Aku nggak tahu kamu punya masalah apa dengan Jenny, tapi menyeret cerita horor seperti ini terlalu berlebihan.""Ini terlalu aneh, aku nggak percaya."Lina pun ti
Aku membelalakkan mata memandangnya.Di balik kacamata tebalnya, terlihat jelas ekspresi ketakutannya. Aku buru-buru menenangkannya, "Lina, kamu gila, ya?""Kita tinggal bareng Jenny setiap hari, mana mungkin dia sudah mati?""Kamu pasti kebanyakan baca novel horor, makanya lihat siapa pun kayak lihat hantu ... "Karena gugup, aku mengoceh panjang lebar.Aku tidak bisa langsung memercayainya, bagaimana kalau Lina sedang membohongiku.Kalaupun dia tak berbohong, tanpa pengakuan dariku, Lina juga hanya bisa mencurigai, tidak mungkin langsung menyebutkan ini di asrama.Yang perlu kulakukan hanyalah menenangkan si mayat selama dua minggu ke depan.Melihat aku terus membantah, ekspresi wajah Lina semakin muram.Aku merasakan hawa dingin di sekeliling kami dan tubuhku langsung merinding. Langkahku juga otomatis menjadi lebih cepat.Begitu sampai di asrama, aku mau segera makan dan tidur. Tidak ada yang boleh menggangguku!Namun, saat kami hampir tiba di depan gedung asrama, Lina akhirnya ti
Untuk menunjukkan kekompakan, kami berempat di asrama membeli casing ponsel yang sama.Casing itu lembut dan elastis, sangat berbeda dari casing-casing yang pernah kumiliki sebelumnya.Hanya saja, ada satu masalah, casing itu selalu berminyak.Awalnya, kupikir itu karena tanganku yang berkeringat, sampai suatu hari aku sibuk mengerjakan tugas dan sama sekali tidak menyentuhnya.Namun, saat malam tiba, casing itu tetap mengeluarkan lapisan minyak kuning.Karena tiga teman asramaku juga memakai casing yang sama, aku merasa tidak enak untuk menggantinya.Namun harus mengelapnya setiap beberapa lama sekali, benar-benar melelahkan.Akhirnya, aku pun mengeluh pada sahabatku.Namun, saat membaca pesannya, hatiku langsung berdegup kencang."Berminyak? Itu kulit manusia!"Aku langsung gemetar dan hampir menjatuhkan ponselku."Astaga, jangan nakut-nakuti aku!"Sahabatku memintaku untuk keluar sendirian tanpa membawa casing ponsel.Aku yang sudah ketakutan langsung menurutinya.Setelah sampai di