Home / CEO / Bercinta Denganmu / 55. Malaikat Tanpa Sayap

Share

55. Malaikat Tanpa Sayap

Author: Chida
last update Last Updated: 2021-12-05 17:32:06

Suara tembakan dua kali itu terdengar hanya sekitar lima meter dari jarak Alvin, Shesa, keluarganya, serta tim kuasa hukum berada. Semua orang bergerak dan berlarian ke arah suara, termasuk Shesa dan Alvin. 

Betapa terkejutnya Shesa saat melihat sosok Chandra Adhiyaksa sudah berlumuran darah tergeletak tak berdaya di sisi mobil tahanan. Pandangan Shesa beralih pada seorang gadis berwajah manis terlihat pucat, masih dengan menggenggam erat pistol di tangannya.

Seorang petugas mengamankan senjata serta gadis yang memandang kejadian itu dengan mata yang nanar, pandangnya kosong, tidak ada lagi yang dia harapkan dalam hidup. 

Sementara beberapa petugas memeriksa keadaan Chandra dengan luka tembak di dada dan tangannya.

"Masih ada denyut," ucap salah satu petugas. 

Istri Chandra Adhiyaksa sudah terduduk lemas berlumur darah memeluk suaminya.

"Minggir-minggir, kasih jalan." 

Kilatan lampu kamera serta banyaknya or

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
serafika andriana
maunya alvin ya dicium semuanyaaaa
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
mudah2an mereka mendapatkan kebahagiaan yg sesungguhnya
goodnovel comment avatar
Risma Magdalena
ga kuat ya vin kalo ga dirumah .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bercinta Denganmu   56. Restu Paula Atmaja

    "Lo dimana?" tanya Shesa pada seorang wanita di seberang sana. "Sebentar lagi gue sampe, tunggu ya," jawab Nina sahabat Shesa yang sudah hampir setengah tahun ini berada di Belanda karena Andre mendapatkan promosi meneruskan S2 nya di sana. "Sha ...," seru Nina melambaikan satu tangannya sementara satu tangan lagi menggandeng tangan mungil Keanu. "Nina ... ya ampun, kangen banget gue," ucap Shesa menautkan kedua pipinya pada Nina. "Keanu udah gede, kiss Tante dong," ujar Shesa mencubiti pipi gembil Keanu. "Kapan sampe?" tanya Shesa kembali duduk di kursi restoran tempat mereka bertemu siang ini. "Udah dia hari lalu, cuma mau hubungin lo, lo lagi sibuk sama sidang," ujar Nina. "Iya, Nin ... menyita waktu dan menguras pikiran," sahut Shesa "Tapi yang penting sekarang sudah selesai, ya. Lo udah tenang dan aman sekarang, Sha. Keluarga lo udah balik lagi kayak dulu, meski bokap harus menjalani hukumannya." "Iya, setela

    Last Updated : 2021-12-05
  • Bercinta Denganmu   57. Janji Suci

    Kita tidak pernah tahu kehidupan apa yang akan kita jalani, masalah apa yang akan kita hadapi, serta bagaimana caranya kita bisa melalui semua itu. Shesa melaluinya dengan kesendirian hingga akhirnya Alvin datang bagaikan malaikat tanpa sayap di dalam kehidupannya. Menerima seutuhnya kelebihan bahkan kekurangan Shesa, begitu pun Shesa menerima semua masa lalu Alvin. Dan, disinilah mereka di sebuah taman yang di dekorasi begitu cantiknya ... Alvin berdiri tegak, lelaki dengan postur tubuh ideal itu menggunakan jas berwarna hitam, dia terlihat gagah menanti kedatangan kekasihnya. Dia berdiri tepat di ujung karpet di sepanjang hamparan bunga berwarna putih, jalan yang akan mengantarkan Shesa kepadanya. Menantikan wanita itu berjalan anggun menuju padanya. Shesa begitu cantik dengan balutan gaun sederhana berwarna putih, helaian rambut yang terjuntai di tiup angin itu seakan melambai-lambai. Shesa tersenyum, kala matanya tertuju pada lelaki yang dia cintai

    Last Updated : 2021-12-07
  • Bercinta Denganmu   58. Sekretaris Baru

    "Jadi Mama besok udah mau pulang ke Tasikmalaya?" tanya Shesa saat makan pagi di rumahnya. Satu minggu semenjak pernikahannya dengan Alvin, Wulan memang pernah mengatakan pada Shesa akan pulang menengok usaha restorannya di Tasikmalaya. "Sebentar aja paling satu minggu, setelahnya Mama kesini lagi ... usaha itu kan sudah Mama percayakan juga ke saudara almarhum ayah tiri kamu, biar mereka saja yang menjalankan Mama tinggal memantau, Mama juga sudah capek, Sha ... sudah waktunya Mama istirahat, nimang cucu," ujar Wulan penuh harap. "Doain, Ma ... semoga secepatnya kita bisa kasih cucu ke Mama," jawab Alvin menggenggam erat tangan Shesa. "Aku mau coba ke dokter, Vin. Boleh? mau tau aja apa aku sehat, siap nggak rahimnya, boleh ya?" "Boleh aja, kapan? besok ya, kalo hari ini kan aku ada meeting," ujar Alvin, Shesa pun mengangguk. "Kamu masih mau terus kerja, Sha?" tanya Wulan. "Shesa kayaknya mau buka butik aja, Ma ... kan kalo da

    Last Updated : 2021-12-08
  • Bercinta Denganmu   59. Pandu Anggi

    Bel berbunyi beberapa kali di apartemen Anggi, gadis itu masih mengenakan bathrobe dan handuk yang tergulung membalut rambutnya. Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, hari ini gadis itu harus mengikuti dua mata kuliah di kampusnya. "Siapa, sih? perasaan nggak ada janji temu dengan orang," gumamnya lalu melihat dari lubang kecil yang ada di daun pintu apartemennya. "Hah? Mas Pandu?" "Mas Pandu," pekik Anggi saat membuka pintu dan memeluk kekasihnya itu. Dua minggu menahan rindu bukanlah hal gampang untuk Anggi dan Pandu setelah terakhir mereka bertemu di Indonesia. "Kak Shesa bilang mereka lusa baru kesini, kok kamu kesini duluan?" tanya Anggi yang belum melepaskan pelukannya. "Nggi, aku nggak di suruh masuk dulu nih? Aku capek loh? Dua jam lebih di atas plus delay, belum sarapan, lapar." Pandu merengek dengan wajah mengiba. "Kasian banget pacar aku ini, ayo masuk ... kamu bawain aku apa?" tanya Anggi. "Tanyain kabar dulu, mala

    Last Updated : 2021-12-09
  • Bercinta Denganmu   60. Aku Milikmu

    "Sayang, kamu selalu deh lama ... Mama udah nungguin di bawah," ujar Shesa pada Alvin yang baru saja mengancingkan baju kemejanya. Alvin hanya tersenyum, dia tahu betul jika istrinya itu selalu marah jika menunggunya terlalu lama. "Pesawat jam berapa sih?" "Jam 11," jawab Shesa membantu suaminya mengancingkan kancing kemejanya. "Jam 11? Ini baru jam 8, Sayang," ujar Alvin mencolek ujung hidung Shesa. "Ya setidaknya kita udah siap," gerutu Shesa. "Jangan manyun gitu bibirnya," kata Alvin mengangkat dagu istrinya itu lalu menautkan bibir mereka. Ciuman menghanyutkan pagi itu akan lebih lama lagi jika Shesa tidak ingat sang Mama sudah menunggu mereka di teras rumah. "Udah?" tanya Alvin tersenyum kala melihat Shesa terhanyut dengan ciuman yang dia berikan. "Udah," jawab Shesa tersenyum. Pukul dua siang, Shesa, Alvin dan Wulan sudah berada di Singapura. Pandu dan Anggi sudah menunggu mereka di sana. Kening Al

    Last Updated : 2021-12-17
  • Bercinta Denganmu   61. Waspada

    Pandu duduk si sofa ruang tengah apartemen Anggi, dia menunggu Anggi dan Wulan pulang dari swalayan siang itu. Tiga hari sudah lelaki itu berada di Singapura, berbagai macam ide bersemayam di benaknya jika dia pulang nanti ke Indonesia. Mulai dari menemui kedua orang tuanya hingga acara lamaran resmi yang akan dia lakukan di Pulau Bali nanti. Tiga kali bel berbunyi, namun lamunan Pandu sepertinya masih merajai benaknya. Hingga ketukan di pintu bertubi-tubi menyadarkan lelaki itu akan lamunannya. "Mas, kemana aja?" tanya Anggi saat Pandu membuka pintu apartemen itu. "Lagi di kamar mandi, sini aku bawain ... Pandu bantu, Tante," ujar Pandu meraih paper bag berisi sayuran, roti dan barang belanjaan lainnya. "Malam ini, kita makan malam di rumah aja ya, Tabte masakin kalian masakan spesial, nanti Anggi telpon Kak Shesa suruh mereka kesini," ujar Wulan. Pukul tujuh malam, Shesa dan Alvin sudah berada di apartemen Anggi. Hidangan yang di buat oleh W

    Last Updated : 2021-12-20
  • Bercinta Denganmu   62. Fly Me To The Moon

    "Mama dimana?" tanya Pandu pada Anggi yang sedang membereskan piring-piring bersih untuk di letakkan kembali pada rak. "Ikut Kak Shesa sama Mas Alvin, mau liat Singapura di waktu malam," jawab Anggi. "Berarti ada kesempatan buat kita berdua," ujar Pandu memeluk Anggi dari belakang. "Mending bantuin aku naruh piring-piring ini ke sana," ujar Anggi menunjuk sudut meja dapur agar Pandu membantunya. "Kalo aku nggak mau gimana?" tanya Pandu mengeratkan pelukannya. Tangan lelaki itu sudah dengan mudahnya menyelusup masuk ke dalam pakaian Anggi. Gadis yang hanya memakai summer dress sebatas dengkul itu kita sedang menikmati cumbuan kekasihnya yang menelusuri leher jenjang miliknya. "Lusa aku pulang, kamu nggak mau kita melakukan sesuatu?" lirih Pandu memutar tubuh Anggi menghadap padanya. Berkali-kali Anggi menciumi bibir kekasihny

    Last Updated : 2021-12-20
  • Bercinta Denganmu   63. Kembalinya Soraya

    "Fly me too the moon, Mas," desah Anggi saat keintiman mereka mulai merajai satu dengan yang lainnya. "Aku bakal pelan-pelan," ujar Pandu menatap lembut netra Anggi lalu melumat kembali bibir gadis itu. Pandu menyusuri leher jenjang milik Anggi, mengecupinya tanpa ada sela. Anggi bergerak semakin tak beraturan, tubuhnya meremang kala pijatan tangan Pandu berada di atas dadanya. Mata mereka sama-sama sendu, sama-sama mendambakan rasa ingin saling memiliki. Pandu menciumi setiap lekuk tubuh gadis itu, turun ke bawah mendaratkan ciuman tepat di atas perut gadis itu. Pandu menghentikan sejenak kegiatannya, kembali dia pandangi wajah kekasihnya yang sudah memerah, merona. Tangan Anggi mencengkeram lengan kokoh milik Pandu itu perlahan semakin erat. Matanya terpejam dengan bibir bawah yang Anggi gigit seakan menahan pertahanan inti tubuhnya. Perasaan takut tapi ingin bercampur menjadi satu. Lirih halus suara gadis itu seperti alunan musik yang terde

    Last Updated : 2021-12-22

Latest chapter

  • Bercinta Denganmu   111. I Love You To The Moon And Back (TAMAT)

    Taman samping rumah Shesa sudah di penuhi keluarga Atmaja dan Gunawan. Malam ini adalah perayaan kembalinya Gunawan setelah melewati masa hukumannya di penjara atas perbuatannya. Shesa dan Anggi duduk di sisi para suaminya, Gunawan dengan seksama mendengarkan cerita dari putri-putrinya melewati hari mengurus buah hati mereka. Sementara Wulan dan Paula sudah menjadi kebiasaan dua nenek ini menyiapkan segala sesuatu di meja makan. "Ini yang mau di bakar apa?" tanya Pandu dengan polosnya. "Jangan rumah gue," seloroh Alvin diiringi tawa semua anggota keluarga. "Kita tunggu satu keluarga lagi untuk bergabung," ujar Budiman. "Papa sengaja mengundang mereka." "Selamat malam." Semua orang menoleh ke asal suara, lelaki tampan bermata sipit berkulit putih, merangkul seorang wanita dengan perut yang membesar. "Aya, Windu," sahut Shesa yang tak percaya jika yang di maksud Budiman adalah Soraya dan Windu serta Citra yang berdi

  • Bercinta Denganmu   110. Selamat Datang Kembali

    "Sayaaang," seru Anggi dari dalam kamarnya. Pandu menaiki tangga tergopoh-gopoh, membawa tiga bungkus pampers berukuran besar dan satu plastik besar. Setengah jam yang lalu, Anggi menyuruhnya membeli perlengkapan bayi yang dia butuhkan termasuk susu dan Pampers untuk si kembar. "Sayang," seru Anggi lagi. "Iya, aku di sini," jawab Pandu masuk ke dalam dan melihat kesibukan Anggi mengurus bayi mereka yang berumur lima bulan. "Apa lagi yang harus aku bantu?" tanya Pandu dengan napas tersengal-sengal. "Bikinin susu untuk Aira, aku mau gantiin pampers Arya dulu," jawab Anggi meletakkan Aira ke tempat tidur bayinya, lalu mengangkat pelan tubuh Arya yang sudah menunggu antrian untuk di gantikan popoknya. "Siap!" jawab Pandu lantang, lalu melangkah ke sudut ruangan yang sudah lengkap dengan semua peralatan susu bayi kembar mereka. "Nggi." Wulan memanggilnya di ambang pintu. "Iya, Ma." "Kita berangkat setelah makan siang

  • Bercinta Denganmu   109. Selalu Bersama

    "Wah, selamat ya, Ndu. Langsung dua keren banget gimana bikinnya itu?" tanya Windu yang siang itu di telpon oleh Pandu, mengabarkan kalau Anggi sudah melahirkan. "Ya bikin aja, Win. Masa perlu gue ajarin." Pandu terkekeh. "Gimana Soraya?" "Sehat dia, tapi ya gitu ... apa memang begitu ya kalo perempuan lagi hamil?" "Emang gimana?" tanya Pandu, "eh, sebentar gue ubah mode video call aja, ini ada yang ribet pengen ikut ngobrol." Windu tertawa, hubungan tiga orang lelaki ini semakin hari semakin akrab. "Gimana? Coba di ulang lagi." Alvin meminta Windu mengulang perkataannya. "Iya, banyak banget maunya, belum sensitifnya, belum lagi minta yang nggak-nggak," keluh Windu. "Minta yang aneh dalam hal itu, nggak?" tanya Alvin tertawa. "Iya, Vin. Kok lo tau? Shesa juga?" tanya Windu penasaran. "Ya kali gue cerita, Win." Alvin tertawa. "Kapan lahiran?" tanya Pandu. "Masih lima bulan lagi," ujar Windu.

  • Bercinta Denganmu   108. Bayi Kembar

    Pandu berjalan tergopoh-gopoh memasuki koridor rumah sakit. Setengah jam yang lalu dia di telpon Wulan untuk langsung datang ke rumah sakit karena Anggi mengeluh sakit pada perutnya. Jadwal melahirkan Anggi masih tiga minggu lagi seharusnya. Saat ini usia kandungannya masih delapan bulan, untung saja selesai acara keluarga tiga minggu lalu, Wulan memutuskan untuk tinggal bersama mereka mengingat kandungan Anggi yang sudah membesar. Apalagi kehamilan bayi kembar lebih-lebih tidak bisa di prediksi kapan akan lahirnya. Dokter saat pemeriksaan terakhir dua minggu lalu menyarankan untuk Anggi melakukan operasi secar, namun Anggi bersikeras ingin melahirkan normal. "Gimana, Ma?" tanya Pandu pada Wulan yang berdiri di depan ruang bersalin. "Ndu, kamu cepat siap-siap, temui suster temani Anggi," ujar Wulan terlihat panik. "I-iya, Ma. Pandu masuk dulu ya, Mama tolong hubungi keluarga," kata Pandu. Memasuki ruang dingin itu dengan baju yang suda

  • Bercinta Denganmu   107. Pelukan Keluarga

    Perut itu semakin membuncit, bukan hal biasa jika mengandung dua janin sekaligus apalagi dengan tubuh mungil seperti tubuh Anggi. Dengan susah payah, wanita yang mengenakan denim jumper dress itu berjalan menuju ruang makan VVIP di sebuah restoran di Bandung. "Kenapa sih nggak di rumah aja?" tanyanya namun dengan mendumel. "Perutnya gede banget," kekeh Shesa yang sedang menyuapi Naima. "Iyalah Kak, kan di kasih makan sama bapaknya," ujar Anggi sebal lalu dia menoleh ke kanan ke kiri. "Mas Pandu mana?" "Dih, mana tau," jawab Alvin mengangkat kedua bahunya. "Suami situ," kekeh Alvin di balas tepukan di bahu oleh Shesa. "Kakaknya situ," balas Shesa. "Iya juga, ya." Alvin lalu tertawa lagi. "Dia belum dateng?" Anggi mendelik, lalu merogoh tasnya mengambil ponsel. "Suami isrti yang aneh," ujar Wulan mengusap bibir Naima yang sudah belepotan dengan biskuitnya. "Ya udah, ini udah di tungguin," ujar Anggi yang ber

  • Bercinta Denganmu   106. Sahabat Lama

    Usia Naima menginjak enam bulan, hari ini adalah hari pertama dia mendapatkan makanan pendamping ASI. Pagi sekali Shesa sudah sibuk di dapur, dia begitu bersemangat memberikan makanan pendamping pertama untuk Naima. "Mau dibikinin apa?" tanya Wulan yang sudah satu bulan ini tinggal bersama mereka. "Ada hati ayam, telur ayam kampung, wortel, brokoli," jawab Shesa. "Kaldu ayam yang Mama bikin kemarin jangan lupa, Sha." Wulan membalik telur dadar yang di buat untuk tambahan sarapan nasi goreng kegemaran Alvin. "Buburnya kamu saring, kan?" "Iya, Ma. Kalo di blender emang kenapa, Ma?" tanya Shesa. "Ya nggak kenapa-kenapa. Cuma kayaknya nggak sreg aja sih, kalo Mama ya." "Ya udah, nanti Shesa saring aja," ujar Shesa yang mencampur semua bahan menjadi satu. "Bik," panggilnya pada pembantu rumah tangganya. "Tolong di aduk ya, aku mau lihat Nay sama papi nya udah pada bangun belum." Yang di serahkan tanggungjawab pun hanya mengangguk. S

  • Bercinta Denganmu   105. Segera Menjadi Ayah

    "Kamu mau coba gaya yang gimana?" tanya Windu mendesah di telinga Soraya. Soraya mendekat dengan seluruh tubuh yang tidak terhalang sehelai benangpun. Masih menggunakan heelsnya, Soraya mendorong pelan tubuh suaminya hingga ke sisi tempat tidur. Windu terjatuh pelan ke atas tempat, membuat senyuman kecil kala melihat kelakuan istrinya. Dia memundurkan dirinya tepat ke tengah-tengah, Soraya merangkak erotis menggerakkan tubuhnya meliuk di atas tubuh Windu. "Kamu punya gaya baru?" goda Windu. "Khusus malam ini," ujar Soraya menarik turun boxer suaminya dan membuangnya ke sembarang tempat. Kelakian Windu sudah menegang sejak awal mereka melakukan cumbuan tadi. Tangan Soraya dengan cepatnya meraih milik Windu, Soraya sedikit turun menghadap pada milik Windu, lalu menatap mata Windu. Windu mengangkat sedikit kepalanya, rasa ingin tahu yang besar atas apa yang akan dilakukan Soraya padanya. "Hhmm." Windu mengerang saat So

  • Bercinta Denganmu   104. Windu Soraya Wedding

    Soraya memandangi tubuhnya di depan kaca besar di dalam kamar hotel. Tubuh langsing, tinggi dan cantik, siapa yang tidak ingin bersanding dengannya. Hubungannya dengan Windu yang sempat terputus akhirnya membawanya kembali kedalam pelukan lelaki itu. Windu yang selalu ada di saat-saat susahnya, di saat-saat terpuruknya. Windu yang selalu menyemangati hidupnya, Windu yang meredamkan amarah kesalahpahaman yang terjadi selama ini, dan Windu juga yang menguatkan dia dan ibunya. Sebegitu yakinnya Soraya jika Windu adalah pelabuhan cinta terakhirnya. Ketukan di pintu kamar menyadarkannya untuk bergegas merapikan penampilannya. Shesa masuk ke dalam kamar Soraya, dia tertegun dengan penampilan wanita yang sempat menjadi saingannya itu. "Ya ampun, cantik banget," ujar Shesa terpana. "Siapa yang bikin gaunnya," kekeh Soraya mengulurkan tangannya pada Shesa. "Makasih ya, ini luar biasa." Gaun pengantin dengan potongan tanpa lengan, dengan bagian da

  • Bercinta Denganmu   103. Jangan-jangan Kamu Hamil

    "Siapa?" tanya Soraya lagi. "Kalo marah kamu makin cantik," ujar Windu menggoda. "Nggak usa ngerayu!' "Aku ngga ngerayu, bahkan kamu memang lebih cantik dengan wanita tadi," ucap Windu mengendusi parfum di leher kekasihnya. "Jadi pengen." Tangan Windu sudah berada di bokong Soraya. "Nggak usah macem-macem, aku masih marah." "Kalo marah malah lebih hot," bisik Windu di telinga Soraya, yang membuat tubuh Soraya menegang. "Lepas nggak! Aku mau tau siapa perempuan tadi!" Soraya berusaha melepaskan dirinya dari Windu. "Kalo aku kasih tau, janji jangan marah ya?" Windu semakin menempelkan tubuhnya. "Hhmm." "Cium dulu tapi." "Win!" "Cium dulu," rengek Windu. Mau tidak mau, Soraya pun memberikan kecupan sekilas di bibir calon suaminya yang entah mengapa semakin hari semakin manja dan harus siap di layani. "Udah," ujar Soraya kesal. "Jadi siapa dia?" "Dia itu ... wedding organizer

DMCA.com Protection Status