Andra yang berada di tengah-tengah meeting dengan klien melirikan matanya pada ponsel yang dia telungkupkan di atas meja. Meski ditelungkupkan tapi layarnya yang menyala memberitahu Andra kalau dia sedang mendapat panggilan masuk. Dan bisa dipastikan kalau panggilan masuk itu bukan urusan pekerj
“Tapi ini anak-anak Papa yang ada di dalam perut Mama ingin makan di Kondangan.” Rena menunjuk perutnya. “Hadeuuuh ….” Andra mengesah yang tentunya hanya bisa dia lakukan di dalam hati. “Dalam Agama juga kita enggak boleh datang ke pesta kalau enggak diundang, Ma.” Andra berusaha mempengaruhi
“Mas tolongin lah adik iparmu ini, kalau Mas Andra yang ngomong sama bapak ibu pasti mereka mau mengerti,” kata Aras memohon dalam sambungan telepon. “Kamu udah ngobrol belum sama ibu dan bapak tentang ini?” Andra curiga kalau ibu dan bapak justru belum mendengar secara langsung dari Aras perihal
“Ada sedikit masalah sama kehamilan aku … tapi katanya bisa diatasi ya, Dok?” kata Rena meminta dukungan dokter SPOG yang juga ada di sana. Dokter SPOG mengangguk sembari tersenyum kecut, Andra bisa melihat ketidakyakinan dalam sorot mata sang dokter. Edward meminta semua petugas medis keluar da
“Ras … mungkin Kakak enggak bisa datang sewaktu nikahan kamu nanti … mas Andra enggak kasih ijin Kakak keluar kota karena kehamilan kakak udah semakin besar … enggak apa-apa ya?” Ada jeda selama beberapa detik sampai akhirnya Aras di ujung panggilan sana bersuara. “Iya … enggak apa-apa, Kak … ya
“Tapi ingin ditemenin sama Papa nontonnya,” pinta Rena manja. “Okeeee ….” Tidak masalah bagi Andra karena nanti pada akhirnya dia akan ketiduran. Mereka menonton Drama Korea di dalam kamar agar Rena bisa sambil berbaring. Andra meraih jemari Rena yang kurus, istrinya sedang bersandar nyaman
Kali ini adalah kali ke tiga Rena dirawat di rumah sakit setelah kepulangannya dari London. Setiap habis makan, Rena pasti langsung muntah-muntah sehingga tidak ada nutrisi yang masuk sehingga Rena jadi harus dirawat. Belum lagi janinnya harus mendapat perawatan khusus berupa suntikan obat-obata
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline