"Sean kamu di sini?""Eh, iya Tante. Tante apa kabar? Maaf saya baru sempat menemui Aland sekarang.""Tante baik, kamu sendiri bagaimana? Dengar-dengar usahamu makin sukses di sini?"Nyonya Dinata tak menaruh curiga sedikitpun pada pemuda ini. Tak terpikir sama sekali bahwa Sean hampir saja mencelakai anaknya.Mana mungkin Sean tega menyakiti Aland. Jangankan untuk menyakiti, bicara keras kepadanya pun Sean tak bisa karena mereka memang begitu dekat."Oh syukurlah. Bisnisku masih sama Tante, tidak ada yang istimewa. Justru bisnis Aland yang semakin besar, bahkan dia mau membuka bisnis baru di kota ini."Degh!Nyonya Dinata memicingkan matanya saat Sean mengatakan kalau Aland akan memulai bisnis baru, pasalnya selama ini putranya tidak pernah bercerita apapun kepadanya. Nyonya Dinata berfikir kenapa Aland tidak meminta izin atau hanya sekedar memberi tahu mereka tentang bisnis baru yang akan dia kelola.
"Aku pulang!""Reza Ibu pulang!"Tetapi suasana terlihat sunyi tanpa ada yang menjawab kepulangan Kiara. Dia mencari putranya itu kemana-mana, mencari ke kamarnya pun anak kecil itu tidak ada di dalam maka Kiara memutuskan untuk ke rumah sebelah yang di tempati oleh ayah dan ibunya."Reza, Ayah, Ibu kalian dimana, aku pulang!""Kiara, Ibumu!"Pak Susanto keluar dari dalam kamar dalam keadaan sedih. Kiara spontan melempar tasnya ke sembarang arah sebelum melihat kondisi ibunya di dalam kamar."Astaga, Ibu! Yah, kenapa Ibu tidak Ayah bawa ke rumah sakit?"Kiara terkejut melihat kondisi ibunya yang semakin memburuk, bu Marwah hanya bisa memejamkan matanya lemah di dampingi oleh cucunya di samping."Ayah bingung Nak, harus bagaimana membawa Ibu kamu ke rumah sakit!"Pengetahuan yang sedikit membuat pak Susanto kebingungan ketika hendak membawa istrinya ke rumah sakit tanpa Kiara di sampingnya.Seha
"Astaga, Pak Aland!"Kiara terkejut saat melihat Aland kesulitan turun dari berakar, dia spontan meraih Aland yang hampir saja terjatuh.Kakinya yang patah membuat dia susah untuk melangkah walau sudah berpegangan pada besi penyangga infus tetap Aland tak kuat mengangkat tubuhnya.Untung saja Kiara masuk dan mendapati hal itu, pasalnya tidak ada satu orang pun yang menemaninya di ruangan tersebut."Mari Pak, biar saya bantu."Kiara membantu Aland untuk duduk di kursi roda dan mendorongnya keluar kamarnya.Dia tau kalau mantan bosnya ini sedang bosan berada di kamar sudah sejak lama."Terima kasih! Tapi aku bisa sendiri."Masih saja Aland keras dengan kehendaknya sendiri, untuk mengakui kalau dia memang butuh bantuannya rasanya Aland malu atau gengsi. Mana mungkin dia minta tolong pada Kiara mantan sekretaris yang dia pecat."Eh, Bapak mau kemana? Biar saya bantu."Kesulitan untuk menjalankan ku
"Oh jadi kamu di sini? Pantas saja Kakak cari kemana-mana nggak ada! Taunya sedang asik-asikan di sini!"Degh!Bagaimana bisa Kezia mengatakan kalau Kiara dan Aland sedang asik-asikan, padahal di sampingnya ada bik Inah yang menemani mereka sampai Aland menghabiskan makanannya.Kezia mengerutkan alisnya nyinyir melihat Aland yang duduk di kursi roda dengan kaki di gip perban.Tampangnya yang acak-acakan membuat Kezia mengira kalau adiknya itu sedang dengan dengan laki-laki yang tak jelas."Kiara, kenapa dia? Sepertinya lukanya cukup parah?""Eh, ayok kita temui Ibu sekarang! Aku takut kalau Ibu membutuhkan sesuatu. Ayok Kak!"Dari pada mendengar Kezia yang semakin banyak bicara dan kemungkinan besar membuat Aland insecure, secepat mungkin Kiara menarik tangan Kezia agar menjauh dari mereka.Kiara sudah bisa menduga kalau Kezia bisa bicara pedas lebih dari ini."Ternyata seperti itu, Cowok yang kamu suka
"Siapa dia, Den? Sepertinya wanita itu mencari Aden?""Nyonya Nasya! Dia pasti mau menanyakan soal kerja sama kita."Nasya segera bangun dari duduknya saat melihat Aland tiba di dorong oleh bik Inah.Dia merasa prihatin dengan kondisi Aland saat ini dan mengira kalau selama ini pemuda itu menghilang karena sedang fokus dengan sakitnya. Padahal bukan itu alasan yang sesungguhnya.Alasan yang sesungguhnya karena Aland mendadak malas setelah mengingat Kiara."Pak Aland! Astaga, kenapa bisa jadi seperti ini?""Kenapa? Aku sudah baik-baik saja! Nyonya Nasya pasti mau membicarakan soal rencana kerja sama kita, bukan?""Betul Pak Aland. Tapi dalam kondisi anda yang seperti ini, sepertinya saya urungkan pembicaraan kita."Nasya sengaja mengatakan itu agar terdengar peduli padanya, padahal dia berharap kalau Aland segera fokus dan memulai kerja samanya."Tidak masalah! Kita bisa bicara sekarang!""Baikl
"Ada apa ini?"Kiara dan bu Marwah serentak memandang Kezia yang baru saja masuk di ikuti oleh Satya di belakangnya.Walau menemui ibunya, tapi mereka lebih sering di luar membahas masalah lain dari pada di samping ibunya yang sedang sakit.Dia memandang tak suka pada adiknya yang seolah mencari muka di depan ibunya. Padahal waktu Kezia belum pindah rumah, dia yang begitu dekat dengan ibunya."Kak Kezia, bisa nggak kalau bicara yang pelan! Mengagetkan saja," gerutu Kiara kesal."Aku cuma mau pamit pulang! Ibu cepet sembuh jangan buat susah anaknya!"Degh!Ucapan Kezia benar-benar menyentuh perasaan bu Marwah, dia hanya bisa memejamkan matanya sambil menarik nafas panjang tanpa berani membalas ucapan anak sulungnya itu.''Kak, apaan sih? Kenapa Kakak bicara seperti itu? Kalau mau pulang ya udah pulang aja! Nggak usah bikin Ibu makin sedih!"Pikiran dua saudara itu memang tidak pernah sejalan. Sifat Kezia
"Maaf Nona, saya mau memindahkan pasien ke ruang VIP.""Eh, tapi Sus, saya tidak memesan kamar VIP!""Seseorang yang memesannya, Nona!"Pag hari seorang perawat datang datang dan mengatakan itu yang membuat Kiara menjadi bingung, pasalnya kenapa tiba-tiba perawat itu mau memindahkan ibunya ke ruang VIP, padahal dia tidak memesan itu.Pikiran dia mengarah pada seseorang yang datang kemaren dan memandang tak suka pada ruangan yang di tempati oleh bu Marwah."Pak Aland, pasti Pak Aland yang melakukan ini."Dia membantu perawat untuk bersiap, mata Kiara berdecak kagum melihat kamar VIP itu. Dan yang membuat dia semakin terkejut saat banyaknya makanan dan minuman yang sudah tergeletak di atas meja pasien."Astaga, tidak salah lagi ini pasti Pak Aland yang melakukan," gumamnya tanpa suara.Bukan hanya dia saja yang terkejut, begitu juga dengan ibunya yang tidak pernah menyangka sebelumnya kalau akan tinggal di ruang s
"Aland, Sayang syukurlah kamu udah pulang Nak!"Nyonya Dinata dan tuan Riswandi yang masih di rumah Aland menyambut kepulangannya dari rumah sakit.Mereka sengaja menunda kepulangannya ke Paris sebelum memastikan kondisi putranya baik-baik saja.Tuan Riswandi sendiri mengutus bawahannya itu menghandle pekerjaan di sana untuk sementara waktu."Ayok masuk, sini biar Mamah bantu kamu untuk masuk!"Mamahnya menggantikan posisi bik Inah untuk mendorong kurs rodanya masuk ke dalam. Sedang pak Bandi sendiri menemani membawakan tas berisi barang-barang milik Aland selama di rumah sakit.Mereka duduk bersama dalam satu ruangan dan saat itu juga Aland teringat sesuatu pada saat dia baru saja mengalami kecelakaan dimana dia merasa seseorang telah sabotase mobilnya.Tidak ada yang mengetahui kalau dia sedang memikirkan sesuatu, hanya pak Bandi saja yang sadar kalau atasannya itu hanya termenung tanpa ikut mereka bercanda."
Keesokkan harinya Kiara benar-benar tak menyangka kalau Aland benar-benar datang untuk menemui ke dua orang tuanya.Bahkan dengan beraninya Aland memanggil bu Marwah dan pak Susanto untuk duduk dalam satu meja di ruang tamu tanpa menunggu dua yang memanggil.Bu Marwah dan pak Susanto seketika menghampiri mereka di depan."Ada apa ya, Nak Aland memanggil kami? Apa ada yang bisa kami bantu?""Oh, tidak Om, Tante. Saya cuma mau mengatakan sesuatu pada kalian." Kedua orang tua itu duduk siap mendengarkan apa yang akan Aland sampaikan."Em, jadi begini, Om, Tante. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya terlalu lancang memanggil kalian kesini. Kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari kalian untuk memperistri Kiara menjadi milik'ku." Kedua orang tua itu tampak begitu bahagia mendengarnya."Semenjak aku mengenal Kiara, aku merasakan hal yang berbeda, aku memantapkan diri dan sekarang aku yakin kalau Kiara-lah yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku.""Apa Nak Aland yakin? Nak Aland p
"Loh, Kakak mau kemana?" Malam itu Kezia begitu cantik mengenakan dress panjang berwarna coklat muda."Aku di minta Pak Sean untuk menemani di acara undangan klien bisnisnya. Kamu sendiri mau kemana Dek?" Sama halnya dengan Kiara yang tak kalah cantik dari kakaknya."Jangan bilang klien itu, Pak Dimas?""Loh, kok kamu tau, Dek? Jangan-jangan kamu mau ke tempat yang sama?""Astaga, Mas Aland juga mengajak'ku ke sana. Kebetulan sekali kita bisa pergi bersama." Tapi tidak menjamin pada diri Aland, apakah dia mau dekat kembali dengan Sean setelah apa yang dia lakukan padanya?Mereka terkekeh karena sama-sama tidak mengatakan sebelumnya. Kalau begitu Kakak pergi dulu, Dek. Pak Sean mengatakan aku jangan sampai terlambat sampai ke sana." Sementara Kiara masih menunggu kekasihnya datang menjemput. Tak berapa lama kemudian mobil Aland terlihat berhenti di depan rumah, dengan gagahnya pemuda itu turun."Kiara, apa kamu sudah sia
"Mau apa lagi kau ke sini? Udah nggak ada hubungan lagi kamu dengan keluarga ini, Mas!""Kiara, Kiara tunggu!" Kiara berhenti sejenak memberi sedikit Satya waktu untuk bicara."Aku ..., aku ke sini untuk minta maaf. Tolong maafkan semua kesalahanku! Mana Kakakmu? Aku mau minta maaf pada Kezia." Laki-laki itu sudah seperti memohon untuk ketemu dengan kakaknya."Nggak ada! Kak Kezia lagi pergi. Dia sudah tidak mau melihat kamu lagi," jawab Kiara ketus, dia melanjutkan langkahnya kembali, tetapi Satya kembali mengejarnya."Kiara, kamu tidak bisa seperti ini! Izinkan aku bicara dulu dengan Kezia!""Sudahlah Mas. Lebih baik kamu lupakan Kak Kezia. Biarkan dia bahagia dalam kesendiriannya!" Namun sepertinya laki-laki itu kekeh ingin bertemu mantan istrinya.Dia menerobos masuk walau Kiara sudah melarangnya."Kezia, Kezia dimana kamu. Kezia, Sayang dimana kamu?" "Mas, apa yang kamu lakukan? Tolong jangan buat keributa
"Syukurlah kamu sudah boleh pulang, Sayang. Ibu senang mendengarnya. Sebentar lagi Om tampan datang menjemput kita.""Benarkah Om tampan akan menjemput kita, Ibu? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."Setelah di rawat dua hari di rumah sakit kini dokter menyatakan kalau Reza sudah di perbolehkan untuk pulang."Iya, Sayang. Om Aland mengatakan hari ini akan mengantar kita pulang.""Hore, pulang dengan Om tampan." Reza begitu antusiasnya.Dadi tempat yang berbeda Aland berjalan begitu cepat berjalan sambil mengangkat teleponnya, dia begitu buru-buru keluar dari kantor untuk menepati janjinya bahwa hari ini dia yang akan mengantar pulang.Aland tidak mau sampai Kiara dan Reza kecewa karena menunggu dia yang tak kunjung datang.*****"Lebih baik Ibu berkemas sambil menunggu Om Aland datang. Sayang, kamu duduk saja di sini, jangan kemana-mana.""Baik, Ibu."Reza menurut untuk duduk di atas
"Hari ini aku mulai bekerja, aku harus semangat." Kezia duduk di ruang kerjanya yang beru dengan penuh semangat. Pengalam kerja yang dulu dia peroleh menjadi bekal untuk di perusahaan barunya.Beberapa dokumen penting tertumpuk di atas meja. Walau tumpukan itu serasa bikin pusing kepalanya namun dia harus mengerjakannya dengan semangat.Satu persatu tugas itu dia kerjakan sampai siang hari namun belum sepenuhnya selesai. Masih banyak lagi tugas yang harus dia kerjakan selanjutnya."File ini sudah selesai dari setengahnya. Lebih baik aku bawa ke Pak Sean untuk di tanda tangani."Sesaat sebelum beranjak ke ruang direktur, Kezia membereskan sisa pekerjaannya terlebih dahulu.Tok!Tok!"Permisi, Pak.""Iya masuk," jawab Sean dari dalam ruangannya.Begitu pintu di buka, Kezia mendapati Sean sedang menelepon seseorang, samar-samar dia mendengar seseorang mengatakan kalau ada perusahaan yang akan di lelang sua
Ketika pagi hari Aland terlihat sampai di kantor dia mendapati pak Bandi yang tengah sibuk mengurus sesuatu.Dia melepas pekerjaannya sebentar untuk menyapa bos-nya datang."Selamat pagi, Pak Aland.""Pagi. Apa yang sedang Pak Bandi lakukan?""Ini, Pak menyiapkan berkas Pak Aland untuk meeting nanti siang." Aland memicingkan matanya."Kemana Kiara? Kenapa Pak Bandi yang menyiapkan semuanya?" Padahal Aland berharap sesampainya dia di kantor, orang yang pertama dia lihat adalah Kiara. Namun pada kenyataannya wanita itu justru kini tidak ada di tempat."Saya tidak tau, Pak. Mungkin Nona Kiara cuti hari ini.""Cuti?" Aland rasa sepertinya tidak mungkin karena kemaren dia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan.Untuk menjawab rasa penasarannya maka Aland mengambil ponsel dan menghubungi Kiara yang kini masih di rumahnya.Ponsel Kiara yang tergeletak di atas meja, mendadak berdering. Sudah Kiara
Di samping kolam renang rumahnya Aland berjalan pelan sambil senyum-senyum sendiri.Betapa senangnya dia bisa membuat Kiara dan Reza begitu bahagia. Bayangan ketika dia membopong tubuh sintal itu masih kian terasa berat di pundaknya, lucunya saat Reza berlari mengejar seolah tidak terima ibunya di culik pun membuat Aland ingin sekali tertawa lepas.Tapi dia tahan sebisa mungkin. Apa kata mereka jika melihat dia tertawa sendiri. Mungkin bik Inah dan teman-teman seperti pak sopir mengira kalau Aland sudah tidak waras lagi."Kalian memang lucu. Kalian bisa membuat aku senang, membuat aku bahagia dan membuat hidupku lebih berwarna.""Kiara. Aku tidak salah memilihmu untuk jadi pendamping hidupku. Akan aku pertahankan sebisa mungkin apapun rintangannya, karena aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu.""Cie, yang sedang jatuh cinta." Tiba-tiba bik Inah bersuara dari belakang yang membuat Aland kaget. Rupanya dia mendengar semua yang dia katakan
Puas berwisata, sore hari mereka pulang membawa lelah tapi juga bahagia.Reza yang begitu antusias kini tidur di dekapan ibunya saat di dalam perjalanan. Menyusuri jalan yang sama saat mereka berangkat, Kiara menoleh kembali pada apa yang dia lihat tadi."Ah, sudah tidak ada. Semoga aja apa yang aku lihat itu salah," gumamnya dalam hati.Sampai tiba di rumah, Aland turun lebih dulu yang menggantikan posisi Kiara untuk membawa Reza masuk.Tindakannya itu seperti ayah yang membopong anaknya sendiri. Tidak ada ragu dalam diri Aland sedikit pun pada Reza."Ya ampun, Reza tidur?" Aland hanya tersenyum saat bu Marwah menyapanya.Namun Kiara yang menjawab dengan lirih sengaja agar putranya itu tidak bangun.Aland membaringkan tubuh mungil itu di atas tempat tidur susun yang bermotif Doraemon.Tak lupa dia mencium pipi chubby si anak kecil."Sepertinya dia lelah sekali, dan kamu juga pasti lelah, isti
"Nggak, nggak ada apa-apa." Merasa belum yakin dengan apa yang dia lihat maka Kiara lebih baik mengatakan tidak ada apa-apa.Aland hanya menjawab singkat. "Oh."Mobil terus melaju ke tempat tujuan dan berhenti di sebuah wisata alam bernuansa pantai."Kita sudah sampai." Begitu riangnya Reza meloncat turun dari mobil dan berlari ke pinggiran pantai."Reza hati-hati, Sayang." teriak Kiara khawatir.Dan yang membuat Kiara bangga terhadap Aland, dia menghampiri Reza untuk memastikan kalau dia aman."Mas Aland begitu perhatian pada Reza, aku berharap dia sosok yang selama ini aku cari."Dari kejauhan terlihat Meraka berbisik sambil menunjuk ke arahnya. Tak lama setelah itu Reza berlari menghampiri ibunya da menarik tangan Kiara."Ibu, ayok kita ke sana. Kita ke pinggir pantai di sana, Ibu!""Eh, nggak. Ibu tunggu di sini aja, kamu mainlah sama Om tampan." Tapi Reza terus saja menarik tangannya.Mau