Beranda / Romansa / Benih Rahasia Sang Pewaris / Bab 67. Merelakan Cinta yang Tak Bisa Dimiliki

Share

Bab 67. Merelakan Cinta yang Tak Bisa Dimiliki

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-15 12:56:06

Pov. Kiara

~Kau hanya serpihan masa lalu yang tak bisa kugapai. Namun, aku tetap ada di sini, mengalir di dalammu seperti air di sungai yang tak pernah berhenti mengalir. Meski sulit, mengikhlaskanmu adalah pilihan terakhirku, biarlah hati ini menjadi lautan yang luas untuk menyimpan kenangan indah bersamamu~

Kenapa bukan kita? Mengapa tidak kau dan aku?

Aku duduk sendiri di ruang kerjaku, dengan sebuah undangan pernikahan di tanganku. Aku memandangnya beberapa detik, melihat terukirnya nama Marissa dan Keenan dengan begitu indah. Namun, perasaanku tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perasaanku sesak ketika harus merelakan seseorang yang begitu aku cintai menikah dengan wanita lain.

Aku dan Keenan telah mengenal satu sama lain selama 15 tahun, semenjak kami bersekolah di SMA. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, belajar bersama serta membangun impian dan cita-cita bersama. Tanpa disadari, rasa suka kami satu sama lain perlahan tumbuh menjadi cinta yang begitu dalam.

Namun, ketik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 68. Jalan Terbaik

    “Di mana aku harus memilih jas?” tanya Keenan begitu Marissa masuk ke ruang ganti.“Oh, ada di sebelah sana,” jawabku sambil mengarahkan Keenan ke ruangan tempat penyimpanan beberapa jas yang telah aku persiapkan.Aku meraih sebuah jas berwarna hitam yang ada di gantungan. Aku sengaja merancang jas tersebut dengan model yang Keenan sukai. Kemudian, aku menyerahkan jas tersebut kepadanya.“Aku sudah membuat jas ini dengan ukuran tubuhmu,” kataku.Keenan memeriksa jas itu, dan bertanya, “Apa menurutmu pas?”Aku mengangguk. “Aku yakin akan cocok di tubuhmu,” jawabku.Keenan pun mencobanya, dan jas itu ternyata sangat cocok dan ia terlihat nyaman memakainya. “Terima kasih. Aku tidak pernah menyangka bahwa jas sebagus ini akan cocok untukku,” ujarnya sambil tersenyum.Aku hanya tersenyum membalas ucapan Keenan. Aku merasa senang melihat Keenan tampak percaya diri dengan jas barunya. Aku mengetahui bahwa dengan penampilan yang baik, seseorang dapat merasa lebih percaya diri dan sukses dala

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 69. Mencari Kebenaran

    Aku merasa hati ini begitu berat ketika mengetahui bahwa anakku, Kenzie telah ditampar oleh Marissa. Aku merasa perlu mencari kebenaran di balik insiden tersebut. Dengan hati yang berkobar-kobar, aku memacu mobil menuju rumah Marissa dengan cepat.Setibanya di depan rumah Marissa, aku turun dari mobil dan langsung menekan bel pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya keluar.“Maaf, dengan siapa, ya?” tanya wanita paruh baya itu.“Saya Kiara. Saya ingin bertemu dengan Marissa. Apa Marissa ada di rumah?” tanyaku langsung.“Maaf, Nyonya Marissa sedang tidak ada di rumah. Dia sedang berkunjung ke rumah Bu Belinda,” jawabnya.Aku mengangguk dengan pahit. “Baiklah, terima kasih.” Sebelum kembali ke mobil. Aku memutuskan untuk mencari Marissa di rumah Tante Belinda.Perjalanan ke rumah Tante Belinda terasa panjang dan penuh kekhawatiran. Aku terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Kenzie dan Marissa. Begitu tiba di rumah Tante Belinda, aku melihat mobi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 70. Segala Prasangka

    Pov. KeenanDari jendela apartemen yang menjulang tinggi, pandanganku terhampar luas atas keajaiban alam. Di sana, langit membentang luas, berwarna biru keemasan saat mentari beranjak naik. Gemerlap cahaya pagi menari di antara gedung-gedung, menciptakan kontras yang memukau antara ciptaan manusia dan keindahan alami. Burung-burung terbang melintasi langit, menambahkan simfoni alam yang merdu ke dalam pemandangan urban yang sibuk. Ini adalah momen di mana alam dan peradaban bertemu, mengingatkanku pada keharmonisan yang bisa tercipta di antara keduanya.“Sudah jam 8 pagi, lebih baik aku mandi saja.”Dengan langkah yang gesit, aku bersiap untuk menyegarkan diri. Harapan menggantung di setiap tetes air yang akan membasuh, membawa pergi lelah yang melekat. Aku berharap akan kembali menemukan kesegaran untuk menyambut hari.Di balik tirai air yang jernih, aku menutup mata, membiarkan air mengalir bebas. Setiap tetesnya adalah sentuhan lembut yang menghapus bekas semalam, menghidupkan kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 71. Memulai Kembali Perjalanan Hidup

    Pov. KiaraAku memandang dengan penuh kepedihan pada amplop merah yang ada di hadapan. Namanya terukir dengan indah di permukaannya: Keenan dan Marissa. Hati ini berdegup keras, terasa sakit ketika aku harus menyaksikan orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain. Wanita yang dulu pernah menjadi teman dekatku, namun sekarang kami begitu terpisah seperti dua sungai yang terbagi.Aku bingung, tidak tahu apakah sebaiknya aku datang ke pernikahan mereka atau tidak. Aku sangat takut menghadapi situasi ini. Aku ingin berada di sana, ingin melihatnya bahagia, tapi dalam lubuk hatiku, ada rasa sakit yang sulit diungkapkan.Sungguh sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa dia akan menjadi milik orang lain. Setiap kenangan kami bersama, setiap tawa dan tangisan, semuanya berkelebat di benakku seperti kembang api yang segera padam.“Keenan, apakah kamu sungguh bahagia menikah dengan Marissa?” Tak terasa bulir hangat yang terasa asin jatuh di pipi ini.Aku memejamkan mata ini, tapi air ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 72. Hari Pernikahan

    Pov. KeenanSaat ini suasana di pesta pernikahanku begitu ramai. Keluarga dan kerabat yang hadir sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Ada yang mempersiapkan dekorasi, ada yang memasak makanan, dan ada yang menyambut para tamu undangan. Aku mencoba tersenyum dan bersikap bahagia, meskipun di dalam hati rasa tidak enak itu tak pernah hilang. Aku dijodohkan dengan seorang wanita bernama Marissa. Ayah dan ibuku memilihnya sebagai pasangan hidupku, meskipun kami sudah dekat bertahun-tahun, tapi rasa cinta yang seharusnya tumbuh dalam hatiku tidak pernah datang.“Keen, apa kamu sudah siap, Sayang? Sebentar lagi kamu akan melepas masa lajangmu,” gumam Mama yang sudah ada di hadapanku.“Siap tidak siap, bukannya aku harus tetap siap, Ma,” ucapku sambil tersenyum ke arah Mama.“Mama selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Sayang,” kata Mama sambil mengelus bahuku.Aku hanya tersenyum dan melihat kepergian Mama dari hadapanku.Aku mencoba mengatasi perasaanku yang rumit dengan menenangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 73. Keputusan yang Tepat

    “Sayang, apa ini?” tanya Marissa, masih terkejut dengan tayangan yang ia lihat.“Kamu lihat saja,” jawabku dengan tegas pada Marissa. Aku merasa puas bisa mendapatkan bukti perselingkuhan Marissa, meskipun hal tersebut terjadi di tengah pernikahan kami.Semua mata tertuju pada Marissa dan aku. Marissa tampak begitu gugup, dan ternyata jawabanku membuatnya semakin takut. Percakapan kami terdengar sangat jelas di tengah keheningan.Beberapa tamu undangan tampak terkejut ketika melihat gambar-gambar itu. Ada saja yang berbisik-bisik dan menggosip tentang pernikahan ini. Semua kejahatan yang dilakukan oleh Marissa pun terungkap, dari tindakan kejam saat menampar Kenzie, hingga rahasia jahat mengenai rencananya untuk mendapatkan harta Wardana Group.Tak ada yang bisa mengatakan apa pun ketika semua fakta tersebut terungkap. Semua orang termenung dan tertegun, terutama Marissa yang merasa terpojok dengan semua bukti yang ada. Selain Marissa, aku pun merasa sakit hati ketika mengetahui segal

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 74. Menemukan Hati yang Lain

    “Mam, Mama pulang duluan, ya? Nanti biar sopir yang antar,” ucapku sambil membuka pintu mobil untuk Mama.Mama mengangguk mengerti. “Baiklah, mama pulang duluan,” kata Mama sambil masuk ke dalam mobil. Setelah Mama masuk, aku segera menutup pintu mobil.Mobil yang ditumpangi Mama melaju meninggalkan hotel. Setelah itu, aku melihat ke arah Kiara yang masih berada di tempat yang sama. Aku lekas melangkah menghampirinya.“Apa ada masalah?” tanyaku pada Kiara ketika sudah berada di depannya.“Aku ingin bicara,” kata Kiara sambil melihat ke arahku.“Aku mengerti,” ucapku sambil menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah kami berdua berada di dalam mobil, keheningan menyelimuti kami berdua. Namun, pada akhirnya aku langsung bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Kiara menatapku dengan pandangan datar. “Kenapa kamu melakukan itu?” tanyanya tiba-tiba.“Apa maksudmu?” balasku dengan suara gemetar.Kiara menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan, “Aku rasa kamu sudah berlebihan, Kee

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 75. Pengkhianatan dalam Keluarga

    “Apa yang kamu bawa?” tanyaku ketika melihat Bagas membawa map ditangannya.“Tidak, bukan apa-apa,” imbuhnya.Aku lantas langsung mengambil alih map itu dari tangan Bagas. “Surat Perjanjian Pemindahan Saham,” gumamku lirih sambil membaca surat tersebut.Pikiranku berkecamuk, tidak percaya dengan apa yang kubaca. Bagaimana mungkin nama Kiara tertera di sini? Aku tidak percaya dengan semua yang kulihat ini.“Bisa kamu jelaskan?” tanyaku.“Begini, Keenan. Kiara …,” jawab Bagas terputus-putus, seolah tak sanggup melanjutkan.“Kenapa namanya ada di sini?” tanyaku sambil menunjuk surat itu.Bagas terdiam, matanya menghindari tatapanku. Akhirnya, ia berbicara. “Sebagian aset yang hilang, berpindah atas nama Kiara.”Aku terpaku. Tubuhku gemetar saat kebingungan dan amarah bergelombang di dalam diriku. “Apa maksud semua ini?” desakku dengan suara gemetar.“Sebelum Kiara meninggalkanmu, aset itu sudah dimiliki olehnya. Tante Belinda dan Kiara mungkin memiliki kesepakatan, sehingga Kiara akhirny

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18

Bab terbaru

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 105. Harapan Baru

    "Kiara, kamu baik-baik saja?" tanya Ibu yang sudah ada di dekatku.Aku mencoba tersenyum untuk meyakinkan Ibu, tetapi rasanya sulit. "Aku merasa mual, Bu. Mungkin kecapekan," kataku sambil mengelap wajah dengan handuk.Ibu mengerutkan kening. "Mungkin kamu perlu istirahat lebih. Kalau mual terus, kita periksa ke dokter, ya."Aku mengangguk pelan, merasa bersyukur memiliki Ibu yang begitu perhatian. "Iya, Bu. Aku istirahat dulu sebentar."Kembali ke kamar, aku berbaring di tempat tidur, berharap rasa mual ini segera hilang. Tapi di tengah kegelisahanku, pikiranku melayang ke satu kemungkinan yang tak pernah terpikir sebelumnya. Dengan hati-hati, aku mencoba mengingat kapan terakhir kali aku haid. Benar saja, sudah beberapa minggu terlambat.Jantungku berdebar lebih cepat. Apakah mungkin …?Aku memutuskan untuk menunggu hingga Keenan pulang dan membicarakan ini dengannya. Aku begitu cemas memikirkan semua ini. Aku mencoba memejamkan mata sebentar.Beberapa saat kemudian, aku terkesiap k

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 104. Kembali ke Butik

    Aku tak bisa menggambarkan betapa bahagianya hatiku ketika Keenan, lelaki yang sudah menjadi suamiku kini, memberiku kunci butik yang telah lama kutinggalkan. Keenan memintaku untuk kembali mengurus butik yang dulu aku bangun dengan susah payah. Dengan perasaan yang begitu haru dan sekaligus bahagia, aku mengingat mimpi lamaku menjadi seorang desainer. Mimpi yang tak mudah kugapai, namun penuh perjuangan dan kerja keras. Enam tahun lalu, aku berangkat ke Singapura, dan menghabiskan waktu selama lima tahun untuk belajar dengan para desainer terkenal di sana. Keputusan itu diambil dengan penuh keberanian, meninggalkan semua yang kucintai di Indonesia, termasuk Keenan, lelaki yang sangat aku cintai. Aku membawa Ayah yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Meski berat, aku yakin bahwa kesempatan ini akan membuka pintu yang lebih besar di masa depan, dan Ayah pasti akan sembuh. Namun, rencana Tuhan berbeda dengan harapanku. Satu tahun setelah berada di Singapura, aku menerima kabar d

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 103. Kunci Butik

    Marissa hanya tertawa sinis mendengar perkataanku. "Haha, kembali seperti dulu?" katanya dengan nada sinis. "Apakah kamu tidak melihat bagaimana aku sekarang, Kiara? Aku berada di tempat yang kotor dan hina. Aku kehilangan segalanya. Tapi kamu, kamu malah hidup enak dan memiliki segalanya yang seharusnya menjadi milikku!" Aku terkejut dan sedih mendengar kata-kata Marissa. Aku bisa merasakan kekesalan dan kebencian yang terpendam di balik kata-katanya. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan memahami perasaannya. "Marissa, aku sangat menyesal melihat kondisimu sekarang," ujarku dengan suara lembut. "Sebagai teman, aku ingin membantumu agar bisa bangkit dan memulai kembali. Aku ingin membuka lembaran baru bagi kita semua." Marissa memandangku dengan tatapan tajam. "Bukankah kamu bisa memahami betapa sulitnya posisiku?" katanya dengan emosi yang masih terasa dalam suaranya. "Kehidupan ini tidak adil, tidak adil bahwa aku harus berada di tempat seperti ini sementara kamu hidup dalam

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 102. Menemui Marissa

    Kesempatan untuk bertemu dengan Marissa akhirnya terbuka bagiku, dan hatiku bergetar dengan rasa bahagia dan cemas. Meskipun Marissa telah melakukan kesalahan yang besar terhadap kami, aku tidak bisa melupakan masa-masa indah yang kami lewati bersama saat kami masih sekolah dulu. Kami adalah teman baik, berbagi tawa, cerita, dan impian bersama. Sekarang, dengan keputusanku untuk menemui Marissa, aku berharap kami bisa memulihkan hubungan yang ada di antara kita.Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Aku bersiap untuk pergi menemui Marissa, memilih pakaian dengan hati-hati, mencoba tampak tenang dan berbicara dengan hati yang terbuka. Aku berdoa agar pertemuan ini bisa membawa kedamaian dan kesembuhan baik bagi diriku maupun Marissa.Sepasang tangan kekar tiba-tiba merangkulku dari belakang, menyapu rasa kantukku dengan kehangatan yang akrab. Aku tersenyum dan berbalik memandang Keenan yang sudah bangun tidur, selalu ada dalam pelukannya."Kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanya Keenan de

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 101. Malam Hangat

    Aku melepaskan sedikit rasa kantukku saat melihat seorang lelaki dengan tangan kekar yang memeluk perutku. Senyuman terukir di wajahku ketika aku menyadari bahwa itu adalah Keenan, suamiku yang tidur di sampingku. Matanya yang tertutup oleh bulu alis yang tebal begitu indah, hidungnya yang mancung memberikan pesona tersendiri.Dalam keadaan itu, aku tertegun sejenak, mengamati wajahnya yang damai saat terlelap. Rasa cinta yang mendalam muncul dalam hatiku, melihat Keenan sebagai sosok yang melengkapi hidupku.Teringat akan janji pernikahan kami yang baru terucap beberapa hari yang lalu, saat kami bersatu menjadi suami istri. Hanya Tuhan yang tahu betapa aku bahagia bisa berbagi hidup dengan Keenan, orang yang telah berada di sampingku sejak lama.Aku mencium udara pagi dengan perasaan yang penuh syukur. Aku merasakan kehangatan dan keamanan dalam pelukan Keenan. Rasa terima kasih terucap dalam hatiku, untuk kami berdua dan keberuntungan yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku.Sejenak a

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 100. Lingerie Merah

    Keenan mengangkat kepalanya dan tiba-tiba mencium bibirku dengan lembut. Suasana di apartemen Keenan menjadi hening, hingga hanya terdengar detak jarum jam yang mengisi ruangan. Aku terbuai dalam kelembutan ciumannya, merasakan kenyamanan yang timbul dan melupakan segala sesuatu di sekitar kami.Namun, aku segera menyadari situasi kami dan mendorong tubuh Keenan agar menjauh dariku. "Apa kita akan melakukannya di sini?" tanyaku, hatiku berdebar ketika mengingat keberadaan kamera CCTV di ruangan ini.Keenan bangun dari posisi tidurnya dan duduk di sampingku. "Memangnya kenapa kalau di sini? Di apartemen ini hanya ada kita," ucapnya dengan senyuman.Aku menunjuk ke arah CCTV yang terpasang di sudut ruangan. "Lihatlah, ada CCTV di sini. Aku tidak ingin kegiatan kita terekam dan diketahui oleh orang lain."Keenan hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan membawa tuan putriku ini ke kamar. Di sana kita bisa bebas dan tenang," ucapnya sambil mengangkat tubuhku dengan lembu

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 99. Kembali ke Apartement

    Keenan terlihat kesal karena Kenzie belum tidur hingga malam tiba. Sudah berbagai cara Keenan lakukan agar Kenzie bisa tidur, tetapi nyatanya semua usahanya tak berhasil membuat anak kami tertidur. Aku hanya tersenyum melihat wajah kesalnya. Mulai dari saat kami meninggalkan kamar hotel hingga sekarang, ketika kami sudah berada di apartemenku, Keenan masih terlihat murung. Ya, setelah hari pernikahanku dengan Keenan selesai, kami memutuskan untuk kembali tinggal di apartemen yang pernah aku beli dulu. Kenzie begitu sangat bahagia ketika kami memutuskan untuk kembali lagi ke apartemen ini. "Terima kasih, Tante Sissi, sudah mau memberi tumpangan kepada kami," kata Kenzie, berlari ke arah Sissi dan memeluknya erat. "Sama-sama, Ken. Tante Sissi juga senang bisa membantu kalian bertiga. Apalagi rumah tante Sissi jadi ramai. Oh iya, lain kali kamu juga bisa main ke rumah tante Sissi." Kenzie melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Tante. Aku sangat sayang pada Tante. Maafkan aku yang sela

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 98. Malam Kedua

    "Kenapa? Apa yang kamu bicarakan dengan Om Beni?" tanyaku pada Keenan setelah ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan ekspresi yang terlihat agak cemas."Tidak apa-apa, Om Beni hanya mengucapkan selamat kepada kita," jawab Keenan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana."Para tamu sudah pulang semua?" tanyanya sambil memandang sekeliling ruangan yang sudah kosong.Aku mengangguk. "Sudah pada pulang. Kenzie juga sudah pergi bersama Sissi dan Bagas.""Pergi ke mana?" tanyanya penasaran."Kenzie bilang dia ingin beli es krim.""Malam-malam begini?" tanyanya terlihat agak cemas.Aku mengangguk. "Ya, Kenzie selalu menginginkan sesuatu dan Sissi akhirnya merasa kasihan padanya, jadi dia membawa Kenzie untuk membeli es krim.""Tapi nanti giginya sakit lagi," ujar Keenan sambil menggeleng."Aku juga sudah melarangnya, tapi kamu tahu sendiri Kenzie pasti akan merengek terus."Keenan mengangguk setuju, tapi ekspresinya terlihat agak khawatir. "Ya, itu masalahnya. Tetapi, sepertinya m

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 97. Hari Pernikahan

    "Iya, itu memang cincin yang aku dapatkan dari pelelangan," jawab Keenan sambil tersenyum menatapku.Aku merasa bingung mengapa Keenan memberikan cincin itu kepadaku. "Tapi … kenapa kamu memberikannya untukku?" tanyaku yang masih bingung."Kiara, cincin itu adalah turun-temurun dari nenek moyang kami dulu, dan sekarang cincin itu memang sepantasnya untukmu," terang Tante Belinda."Tapi … kenapa harus untukku, Tante?""Mommy, kenapa Mommy terlihat bingung? Mommy sudah melahirkan aku, jadi cincin itu sekarang Mommy yang simpan. Kalau nanti aku udah besar, Daddy bilang nanti cincin itu aku yang simpan, iya, 'kan, Daddy?" ujar Kenzie dengan polos."Lihat, anakmu saja mengerti, kenapa kamu tidak mengerti," terang Keenan."Jadi … maksudnya, kamu ….""Iya, malam ini, aku ingin melamarmu, Kiara. Di depan keluarga kita," ucap Keenan yang membuatku tersipu malu. "Kamu mau 'kan menikah denganku, kita membesarkan Kenzie bersama?"Aku melihat ke arah Ibu, Ibu mengangguk tanda setuju, lalu aku meli

DMCA.com Protection Status