Home / Romansa / Benih Rahasia Sang Pewaris / Bab 21. Tukar Cincin

Share

Bab 21. Tukar Cincin

Author: Vanilla_Nilla
last update Huling Na-update: 2024-01-22 12:09:01
"Enyahlah dari pandanganku, aku muak melihat wajahmu!" Dia menghempaskan tubuhku, membuatku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke kolam renang.

"Aaa …!" Aku berteriak, tapi untung saja, Keenan langsung meraih pinggangku, kalau tidak, mungkin aku sudah terjatuh ke kolam. Aku mencengkram erat dadanya, berharap ia tidak menjatuhkanku ke dalam air yang dingin.

Kedua bola mata kami saling menatap dalam diam. Aku tak kuasa mengalihkan pandangan dari wajah Keenan yang memukau. Bulu halus yang terlihat jelas di kulitnya, alis tebal di atas matanya yang coklat bersinar, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang berwarna merah muda membuatku terpana. Tanpa sadar, jantung ini terus berdebar kencang sejak tadi.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanyanya dengan pandangan yang tajam. Aku hanya bisa terdiam dan merasa gugup karena terkejut dengan pertanyaannya.

"Apa kamu terpesona denganku?" kata Keenan sambil bergurau, membuatku sedikit merasa cemas. Lalu, Keenan mengendurkan tangannya, dan
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 22. Cincin Terjatuh

    Aku tidak tahu, mengapa cincin itu tiba-tiba jatuh di hadapanku. Para tamu yang hadir saling berbisik, dan aku bisa mendengar mereka mengatakan bahwa jika cincinnya jatuh, pertanda hal buruk akan menimpa.Aku meremas gaun yang aku kenakan. Tanpa berpikir panjang, aku menepis semua perkataan buruk mereka. Dengan segera, aku berjongkok dan mengambil cincin tersebut. Setelah cincin itu ada di tanganku, aku segera berjalan menuju Keenan dan Marissa. Tidak peduli semua orang menatapku seperti apa, aku hanya mencoba untuk tetap tenang.Setelah berada tepat di hadapan Keenan, aku mengulurkan tanganku ke arahnya, lalu membuka cincin yang ada genggamanku."Cincinnya terjatuh," kataku dengan singkat.Helaan napas Keenan terdengar jelas di telingaku. Aku tidak tahu mengapa ia hanya terdiam saja. Kemudian, ia segera meraih cincin itu yang ada ditanganku."Terima kasih, Kiara. Kamu sudah mengembalikan cincinku," ucap Marissa.Aku tersenyum ke arahnya. "Tenang saja, aku tidak mungkin mengambilnya d

    Huling Na-update : 2024-01-23
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 23. Menolak Bunga

    Tok! Tok! Tok!Aku terkesiap dari lamunanku ketika tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerjaku."Masuklah," titahku.Seseorang pun memasuki ruangan kerjaku, dan aku melihat Sissi yang tengah tersenyum ke arahku sambil memasuki ruangan kerjaku."Ada apa?" tanyaku.Dia lalu menyerahkan beberapa dokumen dan meletakkannya di meja kerjaku."Ada seseorang yang ingin memesan sebuah gaun, tapi orang itu ingin kamu mendesainnya sendiri," kata Sissi."Siapa orang itu?""Orang itu tidak mau memberitahu namanya."Aku lantas mengerutkan keningku. "Kenapa seperti itu? Apa kamu tidak khawatir bila orang itu menipu kita?"Sissi menggeser kursi yang ada di depanku, lalu ia segera duduk."Tidak, Ara. Aku yakin dia bukan penipu.""Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Itu karena dia sudah membayarnya lunas.""Hah? Benarkah? Tapi aku tidak tahu dia menginginkan desain yang seperti apa?""Dia bilang seperti yang kamu inginkan."Aku merenung sejenak, mencoba memahami situasi ini. Seseorang yang tidak mau mem

    Huling Na-update : 2024-01-23
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 24. Lebih Cantik

    "Benarkah? Apa kamu menolak bunga dariku?"Aku terkesiap ketika mendengar suara bariton seseorang yang aku kenal, lalu dia menyingkirkan bunga yang menutupi wajahnya."Hah?" Aku benar-benar tak menyangka, mulutku ternganga ketika dia ada di hadapanku."Kenapa, Kiara? Sepertinya kamu terlihat kaget dengan kedatanganku?" Dia berkata seolah aku kaget, jelas saja, bagaimana aku tidak kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba, apalagi sambil membawa bunga mawar yang begitu besar."Bagaimana aku tidak kaget? Kamu datang tanpa memberiku kabar terlebih dulu," jawabku sambil bersidekap dada.Dia hanya terkekeh melihatku. "Aku merindukanmu, makanya aku ke sini.""Hmm … sejak kapan kamu bisa gombal?""Sejak saat aku menemukan kamu kembali. Apa kamu tidak mau menerima bunga pemberianku ini?" ujarnya sambil menyerahkan bunga ke arahku.Aku tersenyum ke arahnya. "Baiklah, ini kali terakhirnya aku menerima bunga pemberianmu. Tapi bila lain kali kamu masih memberiku bunga lagi, aku akan menolaknya.""

    Huling Na-update : 2024-01-24
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 25. Jawaban Sulit

    Jordi, teman baikku selama bertahun-tahun, tiba-tiba mengaku mencintai aku. Aku tak pernah berpikir bahwa dirinya akan melampaui batas teman biasanya dan mengubah hubungan kami menjadi yang lebih serius. Sebelumnya, aku menganggap Jordi seperti saudaraku sendiri, dan dia selalu mendukungku di saat-saat sulit dengan ibuku.Aku menghargai perasaannya dan terus mencoba memahami perasaanku sendiri. Semenjak aku memutuskan untuk meninggalkan Keenan, aku merasakan rasa sakit yang mendalam. Sejak saat itu, aku tidak lagi pernah jatuh cinta pada lelaki manapun, atau setidaknya aku berpikir bahwa itu sudah cukup menutup hatiku untuk cinta selamanya.Namun, semuanya berbeda dengan Jordi. Aku takut jika hubungan yang telah kami bangun selama ini akan berubah jika kami mencoba menjalin hubungan romantis. Aku tak ingin kehilangan hubungan persahabatan yang telah kami bangun selama ini. Namun, aku juga merasa tidak ingin menerima permintaannya, karena terkadang aku tak bisa membayangkan diriku dala

    Huling Na-update : 2024-01-24
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 26. Aku Kalah

    "Selamat pagi, Ara. Apa kabarmu? Apakah kamu akan datang ke butik hari ini?""Tidak, Sissi. Hari ini aku tidak akan datang ke butik. Aku akan pergi ke minimarket membeli peralatan sekolah untuk Kenzie. Tolong kamu urus segalanya di butik?""Tentu saja, Ara. Aku akan mengurus semuanya. Jangan khawatir dan nikmati waktumu dengan Kenzie."Setelah berbicara dengan Sissi, aku menyimpan ponselku ke dalam tas. Aku memilih untuk tidak ke butik hari ini dan memutuskan pergi ke minimarket bersama Kenzie. Aku merasa perlu menghabiskan waktu bersama anakku untuk menghilangkan kegalauanku. Mungkin saja, dengan bersenang-senang bersama Kenzie, hatiku bisa menjadi lebih tenang.Aku sudah mengajak Ibu untuk ikut, tapi dia mengatakan bahwa dia tidak bisa karena ada asisten baru yang akan mulai bekerja hari ini. Tidak apa-apa, aku masih punya Kenzie sebagai teman berbelanja."Ken, apakah kamu sudah siap?" tanyaku saat berada di ruang tamu.Kenzie, anakku, yang sedang duduk di sofa menjawab dengan cepat

    Huling Na-update : 2024-01-25
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 27. Kebohongan

    Suasana menjadi tegang ketika Kenzie tiba-tiba muncul dan memanggilku dengan berkata, "Mommy …"Aku dan Keenan langsung menoleh ke arahnya. Kenzie berhasil mengambil hatiku ketika ia mendekati kami, tapi Keenan terlihat agak terkejut dan heran."Paman galak, Paman juga berada di sini?" tanya Kenzie, menatap Keenan dengan wajah polosnya.Dalam sekejap, aku dengan sigap mendorong Keenan untuk menjauh dariku. Keenan menatapku dengan heran, lalu kembali menatap Kenzie. Aku merasa salah, harusnya aku pergi sedari tadi. Dan sekarang, apa yang terjadi? Kenzie datang ke arahku dan Keenan melihat semuanya, apalagi ketika Kenzie memanggilku dengan sebutan mommy. Aku yakin Keenan pasti punya banyak pertanyaan dalam benaknya."Kamu mengenalnya?" tanya Keenan.Kenzie mengangguk "Tentu saja, dia mommyku."Deg!Jantungku berhenti berdetak, melihat tatapan tajam dari Keenan, membuatku takut. Takut dengan semua hal yang akan terjadi."Mom, apa Mommy sudah mendapatkan air minumnya? Tenggorokanku sudah

    Huling Na-update : 2024-01-25
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 28. Memiliki Firasat

    Pov Keenan"Sial!" umpatku kesal. Rasanya seperti tak ada orang yang mengerti, dan aku merasa seperti tersudut di tempat sendiri. Kiara, mantan pacarku, mengaku bahwa aku telah melecehkannya. Semua orang berpaling dariku dan hampir saja mengeroyokku. Namun, untungnya aku memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dan akhirnya mereka percaya padaku saat Kiara melarikan diri.Tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik. Kiara berhasil memfitnahku dan hampir semua orang percaya padanya. Seorang wanita menuduhku melakukan pelecehan hanya karena keegoisannya. Aku memejamkan mata dalam-dalam saat merenungkan situasi yang aku hadapi.'Kenapa ini harus terjadi padaku?' gumamku dalam hati.Aku berjalan tergesa-gesa menuju apartemen setelah kembali dari kejadian yang tak mengenakan tadi. Langkahku berat karena pikiranku masih terganggu oleh insiden beberapa jam yang lalu. Saat sampai di depan pintu apartemen, aku membuka pintu dengan kartu akses dan langsung menghambur masuk ke dalam. Aku lalu men

    Huling Na-update : 2024-01-26
  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 29. Memiliki Cucu

    "Hah? Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kamu memiliki anak? Tapi kamu belum menikah? Kamu memiliki anak dengan siapa?" ujar Bagas yang terlihat heran.Aku bertambah bingung dengan pertanyaannya yang begitu banyak. Ekspresi keheranan tergambar jelas di wajah Bagas. Jadi, aku memutuskan untuk menjelaskan satu per satu."Pertama, iya, aku punya anak. Kedua, memang belum menikah. Ketiga, anak itu mungkin hasil hubunganku dengan seseorang beberapa tahun lalu yang tidak berujung pada pernikahan. Jadi, aku perlu tahu lebih banyak tentang Kenzie dan keadaannya sekarang."Bagas masih terlihat terkejut, tetapi dia akhirnya mengangguk, "Baiklah, aku akan mencari tahu sebanyak mungkin tentang Kenzie dan memberitahumu segera setelah aku mendapat informasi."Setelah berkata demikian, Bagas tampak terdiam dan merenung. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. "Kenapa?" tanyaku.Dia lalu melihat ke arahku dan berjalan menghampiriku kembali. "Siapa wanita yang menjadi korbanmu?" Pertanyaannya membuatku s

    Huling Na-update : 2024-01-26

Pinakabagong kabanata

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 105. Harapan Baru

    "Kiara, kamu baik-baik saja?" tanya Ibu yang sudah ada di dekatku.Aku mencoba tersenyum untuk meyakinkan Ibu, tetapi rasanya sulit. "Aku merasa mual, Bu. Mungkin kecapekan," kataku sambil mengelap wajah dengan handuk.Ibu mengerutkan kening. "Mungkin kamu perlu istirahat lebih. Kalau mual terus, kita periksa ke dokter, ya."Aku mengangguk pelan, merasa bersyukur memiliki Ibu yang begitu perhatian. "Iya, Bu. Aku istirahat dulu sebentar."Kembali ke kamar, aku berbaring di tempat tidur, berharap rasa mual ini segera hilang. Tapi di tengah kegelisahanku, pikiranku melayang ke satu kemungkinan yang tak pernah terpikir sebelumnya. Dengan hati-hati, aku mencoba mengingat kapan terakhir kali aku haid. Benar saja, sudah beberapa minggu terlambat.Jantungku berdebar lebih cepat. Apakah mungkin …?Aku memutuskan untuk menunggu hingga Keenan pulang dan membicarakan ini dengannya. Aku begitu cemas memikirkan semua ini. Aku mencoba memejamkan mata sebentar.Beberapa saat kemudian, aku terkesiap k

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 104. Kembali ke Butik

    Aku tak bisa menggambarkan betapa bahagianya hatiku ketika Keenan, lelaki yang sudah menjadi suamiku kini, memberiku kunci butik yang telah lama kutinggalkan. Keenan memintaku untuk kembali mengurus butik yang dulu aku bangun dengan susah payah. Dengan perasaan yang begitu haru dan sekaligus bahagia, aku mengingat mimpi lamaku menjadi seorang desainer. Mimpi yang tak mudah kugapai, namun penuh perjuangan dan kerja keras. Enam tahun lalu, aku berangkat ke Singapura, dan menghabiskan waktu selama lima tahun untuk belajar dengan para desainer terkenal di sana. Keputusan itu diambil dengan penuh keberanian, meninggalkan semua yang kucintai di Indonesia, termasuk Keenan, lelaki yang sangat aku cintai. Aku membawa Ayah yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Meski berat, aku yakin bahwa kesempatan ini akan membuka pintu yang lebih besar di masa depan, dan Ayah pasti akan sembuh. Namun, rencana Tuhan berbeda dengan harapanku. Satu tahun setelah berada di Singapura, aku menerima kabar d

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 103. Kunci Butik

    Marissa hanya tertawa sinis mendengar perkataanku. "Haha, kembali seperti dulu?" katanya dengan nada sinis. "Apakah kamu tidak melihat bagaimana aku sekarang, Kiara? Aku berada di tempat yang kotor dan hina. Aku kehilangan segalanya. Tapi kamu, kamu malah hidup enak dan memiliki segalanya yang seharusnya menjadi milikku!" Aku terkejut dan sedih mendengar kata-kata Marissa. Aku bisa merasakan kekesalan dan kebencian yang terpendam di balik kata-katanya. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan memahami perasaannya. "Marissa, aku sangat menyesal melihat kondisimu sekarang," ujarku dengan suara lembut. "Sebagai teman, aku ingin membantumu agar bisa bangkit dan memulai kembali. Aku ingin membuka lembaran baru bagi kita semua." Marissa memandangku dengan tatapan tajam. "Bukankah kamu bisa memahami betapa sulitnya posisiku?" katanya dengan emosi yang masih terasa dalam suaranya. "Kehidupan ini tidak adil, tidak adil bahwa aku harus berada di tempat seperti ini sementara kamu hidup dalam

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 102. Menemui Marissa

    Kesempatan untuk bertemu dengan Marissa akhirnya terbuka bagiku, dan hatiku bergetar dengan rasa bahagia dan cemas. Meskipun Marissa telah melakukan kesalahan yang besar terhadap kami, aku tidak bisa melupakan masa-masa indah yang kami lewati bersama saat kami masih sekolah dulu. Kami adalah teman baik, berbagi tawa, cerita, dan impian bersama. Sekarang, dengan keputusanku untuk menemui Marissa, aku berharap kami bisa memulihkan hubungan yang ada di antara kita.Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Aku bersiap untuk pergi menemui Marissa, memilih pakaian dengan hati-hati, mencoba tampak tenang dan berbicara dengan hati yang terbuka. Aku berdoa agar pertemuan ini bisa membawa kedamaian dan kesembuhan baik bagi diriku maupun Marissa.Sepasang tangan kekar tiba-tiba merangkulku dari belakang, menyapu rasa kantukku dengan kehangatan yang akrab. Aku tersenyum dan berbalik memandang Keenan yang sudah bangun tidur, selalu ada dalam pelukannya."Kenapa kamu tidak membangunkanku?" tanya Keenan de

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 101. Malam Hangat

    Aku melepaskan sedikit rasa kantukku saat melihat seorang lelaki dengan tangan kekar yang memeluk perutku. Senyuman terukir di wajahku ketika aku menyadari bahwa itu adalah Keenan, suamiku yang tidur di sampingku. Matanya yang tertutup oleh bulu alis yang tebal begitu indah, hidungnya yang mancung memberikan pesona tersendiri.Dalam keadaan itu, aku tertegun sejenak, mengamati wajahnya yang damai saat terlelap. Rasa cinta yang mendalam muncul dalam hatiku, melihat Keenan sebagai sosok yang melengkapi hidupku.Teringat akan janji pernikahan kami yang baru terucap beberapa hari yang lalu, saat kami bersatu menjadi suami istri. Hanya Tuhan yang tahu betapa aku bahagia bisa berbagi hidup dengan Keenan, orang yang telah berada di sampingku sejak lama.Aku mencium udara pagi dengan perasaan yang penuh syukur. Aku merasakan kehangatan dan keamanan dalam pelukan Keenan. Rasa terima kasih terucap dalam hatiku, untuk kami berdua dan keberuntungan yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku.Sejenak a

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 100. Lingerie Merah

    Keenan mengangkat kepalanya dan tiba-tiba mencium bibirku dengan lembut. Suasana di apartemen Keenan menjadi hening, hingga hanya terdengar detak jarum jam yang mengisi ruangan. Aku terbuai dalam kelembutan ciumannya, merasakan kenyamanan yang timbul dan melupakan segala sesuatu di sekitar kami.Namun, aku segera menyadari situasi kami dan mendorong tubuh Keenan agar menjauh dariku. "Apa kita akan melakukannya di sini?" tanyaku, hatiku berdebar ketika mengingat keberadaan kamera CCTV di ruangan ini.Keenan bangun dari posisi tidurnya dan duduk di sampingku. "Memangnya kenapa kalau di sini? Di apartemen ini hanya ada kita," ucapnya dengan senyuman.Aku menunjuk ke arah CCTV yang terpasang di sudut ruangan. "Lihatlah, ada CCTV di sini. Aku tidak ingin kegiatan kita terekam dan diketahui oleh orang lain."Keenan hanya tersenyum dan mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan membawa tuan putriku ini ke kamar. Di sana kita bisa bebas dan tenang," ucapnya sambil mengangkat tubuhku dengan lembu

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 99. Kembali ke Apartement

    Keenan terlihat kesal karena Kenzie belum tidur hingga malam tiba. Sudah berbagai cara Keenan lakukan agar Kenzie bisa tidur, tetapi nyatanya semua usahanya tak berhasil membuat anak kami tertidur. Aku hanya tersenyum melihat wajah kesalnya. Mulai dari saat kami meninggalkan kamar hotel hingga sekarang, ketika kami sudah berada di apartemenku, Keenan masih terlihat murung. Ya, setelah hari pernikahanku dengan Keenan selesai, kami memutuskan untuk kembali tinggal di apartemen yang pernah aku beli dulu. Kenzie begitu sangat bahagia ketika kami memutuskan untuk kembali lagi ke apartemen ini. "Terima kasih, Tante Sissi, sudah mau memberi tumpangan kepada kami," kata Kenzie, berlari ke arah Sissi dan memeluknya erat. "Sama-sama, Ken. Tante Sissi juga senang bisa membantu kalian bertiga. Apalagi rumah tante Sissi jadi ramai. Oh iya, lain kali kamu juga bisa main ke rumah tante Sissi." Kenzie melepaskan pelukannya. "Terima kasih, Tante. Aku sangat sayang pada Tante. Maafkan aku yang sela

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 98. Malam Kedua

    "Kenapa? Apa yang kamu bicarakan dengan Om Beni?" tanyaku pada Keenan setelah ia mengakhiri sambungan teleponnya dengan ekspresi yang terlihat agak cemas."Tidak apa-apa, Om Beni hanya mengucapkan selamat kepada kita," jawab Keenan sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana."Para tamu sudah pulang semua?" tanyanya sambil memandang sekeliling ruangan yang sudah kosong.Aku mengangguk. "Sudah pada pulang. Kenzie juga sudah pergi bersama Sissi dan Bagas.""Pergi ke mana?" tanyanya penasaran."Kenzie bilang dia ingin beli es krim.""Malam-malam begini?" tanyanya terlihat agak cemas.Aku mengangguk. "Ya, Kenzie selalu menginginkan sesuatu dan Sissi akhirnya merasa kasihan padanya, jadi dia membawa Kenzie untuk membeli es krim.""Tapi nanti giginya sakit lagi," ujar Keenan sambil menggeleng."Aku juga sudah melarangnya, tapi kamu tahu sendiri Kenzie pasti akan merengek terus."Keenan mengangguk setuju, tapi ekspresinya terlihat agak khawatir. "Ya, itu masalahnya. Tetapi, sepertinya m

  • Benih Rahasia Sang Pewaris   Bab 97. Hari Pernikahan

    "Iya, itu memang cincin yang aku dapatkan dari pelelangan," jawab Keenan sambil tersenyum menatapku.Aku merasa bingung mengapa Keenan memberikan cincin itu kepadaku. "Tapi … kenapa kamu memberikannya untukku?" tanyaku yang masih bingung."Kiara, cincin itu adalah turun-temurun dari nenek moyang kami dulu, dan sekarang cincin itu memang sepantasnya untukmu," terang Tante Belinda."Tapi … kenapa harus untukku, Tante?""Mommy, kenapa Mommy terlihat bingung? Mommy sudah melahirkan aku, jadi cincin itu sekarang Mommy yang simpan. Kalau nanti aku udah besar, Daddy bilang nanti cincin itu aku yang simpan, iya, 'kan, Daddy?" ujar Kenzie dengan polos."Lihat, anakmu saja mengerti, kenapa kamu tidak mengerti," terang Keenan."Jadi … maksudnya, kamu ….""Iya, malam ini, aku ingin melamarmu, Kiara. Di depan keluarga kita," ucap Keenan yang membuatku tersipu malu. "Kamu mau 'kan menikah denganku, kita membesarkan Kenzie bersama?"Aku melihat ke arah Ibu, Ibu mengangguk tanda setuju, lalu aku meli

DMCA.com Protection Status