Home / Rumah Tangga / Benih Rahasia Kapten Yudha / Part 3 Dengan Satu Syarat

Share

Part 3 Dengan Satu Syarat

Author: Lisani
last update Last Updated: 2023-08-13 23:29:52

Yudha merebahkan tubuhnya di ranjang sembari membayangkan wajah kesal Tari. Gadis itu dengan berani mengarahkan telunjuk ke wajahnya. Sikapnya berbanding terbalik saat gadis itu dicecar oleh mamanya.

Siang tadi Yudha menyaksikan apa yang mamanya lakukan pada gadis itu. Sejujurnya ia sendiri heran mengapa wanita yang telah mengandung dan melahirkannya itu seperti manusia yang kehilangan hati nurani. Padahal, dulu kehidupan keluarga mereka juga jauh dari kata layak.

Masih teringat saat papanya kena PHK. Papanya memutuskan untuk membuka jasa jahit pakaian. Mamanya seringkali mengeluh karena mereka terkadang harus berhutang pada saudaranya. Kakaknya sendiri harus menunda kuliah dan bekerja untuk menabung uang kuliahnya sendiri. Sementara ia dan adiknya akan bertugas membersihkan rumah atau membantu mengemas pakaian pesanan.

Setelah papanya berhasil membuka usaha konveksi hingga membuka pabrik garmen, mamanya justru berubah sombong. Segala sesuatu selalu saja diukur dengan materi.

“Yudha … mama boleh masuk?” Lusiana mengetuk pintu kamar anak tengahnya.

Tanpa menjawab, Yudha beranjak membuka pintu kamar. Lusiana tersenyum dan menarik putranya duduk di ranjang. Yudha bisa menebak keinginan mamanya. Permintaan yang sama seperti tahun sebelumnya.

“Kalau mama mau bicara perjodohan, lupakan saja,” ucap Yudha sebelum mamanya bicara.

Wajah Lusiana yang tadinya berseri-seri, kini cemberut. Belum apa-apa, harapannya sudah dipatahkan. Namun, bukan Lusiana kalau pantang menyerah dengan keinginannya.

“Mama cuma minta kamu kenalan saja dulu. Siapa tahu kalian cocok? Dia seorang dokter, mama sebenarnya sudah cukup dekat dengannya sejak dua tahun ini. Mama merasa kalau dia pantas untuk jadi menantu keluarga kita,” bujuk Lusiana meremas punggung tangan putranya.

“Kenapa Mama tidak minta putra sulung dulu yang menikah? Masa Yudha langkahi?” ungkap Yudha menggeleng pelan. Meski usianya sudah 30 tahun, namun pernikahan belum ada dalam daftar keinginannya.

Lusiana menghela napas cukup panjang. “Bukannya mama tidak membujuk kakakmu. Mama sama papa itu sudah lelah. Apalagi setelah dia jujur kalau dia mandul. Gadis mana yang mau menikahi pria mandul? Kalaupun ada, keluarga gadis itu pasti menentang.”

Yudha membelalak karena baru tahu hal ini. “Mas Arbian mandul? Mama jangan bercanda, Mama harusnya pastikan dulu kebenarannya.”

“Sudah, mama sudah minta dia cek ke dokter. Hasil pemeriksaannya memang begitu. Kalaupun dia bisa punya anak, peluangnya kurang dari 10%. Jadi tolonglah Yud, mama sama papa itu sudah tua. Masa sampai sekarang kami belum punya cucu?” ungkap Lusiana merajuk.

Yudha memijat kepalanya. Adiknya sendiri baru tamat kuliah. Tidak mungkin mereka langsung memintanya menikah. Pantas saja mamanya bersikeras untuk menjodohkannya agar bisa segera menikah.

“Mama beneran mau cucu?” tanya Yudha menoleh menatap mamanya.

Lusiana mengangguk dengan senyum merekah. “Yudha akan kasih, tapi dengan satu syarat.”

“Apa, Nak? Buruan bilang sama mama.” Lusiana tampak tidak sabaran.

“Yudha pilih calon istri sendiri. Mama bisa mulai persiapan pernikahan dari sekarang. Dia gadis sederhana, bukan dari keluarga terpandang, tapi Yudha menyukainya. Kalau Mama tidak keberatan, Yudha akan mengajaknya menikah dalam waktu dekat. Kalau perlu, sebelum Yudha kembali ditugaskan. Bagaimana?” Lusiana terdiam tampak sedang menimbang tawaran putranya.

“Mama bicarakan saja dulu sama papa. Karena Mama tahu sendiri, aku bukan anak kecil lagi yang bisa dipaksa. Kalau Mama keberatan, silakan Mama tunggu putri bungsu Mama siap menikah dan kasih cucu,” lanjut Yudha lagi.

###

Suara lonceng kembali terdengar. Pertanda baru saja ada pengunjung baru yang masuk ke dalam kafe bernuansa biru itu. Yudha untuk kesekian kalinya menoleh. Sudah sejam lebih ia menunggu, tapi Tari tak kunjung muncul.

“Sepertinya gadis itu tidak tertarik dengan tawaranku. Di mana aku bisa dapat gadis baik-baik dan waras yang bisa diajak kerja sama?” batin Yudha melirik jam digital di pergelangan tangannya.

Baru saja menarik kunci mobilnya, Yudha kembali mendaratkan bokongnya di kursi. Gadis yang ditunggunya akhirnya muncul juga. Sudut bibir Yudha berkedut.

Salah satu dari tiga gadis yang jadi targetnya itu terengah. Wajahnya kusut masai dengan mata yang sembab. Tak perlu ditanya lagi, mungkin berjam-jam gadis itu menangis.

Tari mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ia tidak mendapati pria yang mengajaknya bertemu di tempat ini. Gadis itu kembali mengusap pipinya yang berderai air mata.

“Dia pasti sudah pulang. Harapan terakhirku sudah hilang. Apa yang harus kulakukan sekarang? Di mana aku bisa dapat uang 215 juta lagi dalam sehari?” batin Tari berbalik badan dan kembali keluar.

Gadis berambut pendek itu menatap sekelilingnya. Beberapa orang memperhatikannya dengan tatapan aneh. Tari menunduk memperhatikan pakaiannya yang kotor. Tadi karena berlari dan tersandung, celananya kena noda lumpur.

“Ya Allah, beri aku petunjuk,” batin gadis itu mendongak menatap langit yang masih mendung. Sisa air hujan pun masih membasahi bumi.

Grap!

Tari tersentak saat seseorang menggenggam tangan kanannya. “Walau terlambat, terima kasih karena sudah datang, Nona Tari.”

“A-apa Anda benar-benar bisa memberikan uang itu? Adik panti saya harus dioperasi secepatnya,” ucap Tari kembali menangis.

“Kita ke rumah sakit sekarang, setelah itu baru kita bicara,” ajak Yudha yang menarik Tari ke tempat mobilnya terparkir.

Tari menahan lengan Yudha. Menghalau ketakutannya, gadis itu perlahan mendongak menatap mata pria bertubuh tinggi tegap itu. “Dengan apa, saya harus membayar Anda?”

“Dengan satu syarat,” bisik Yudha.

Tari mengusap kasar wajahnya dan menyusutkan air mata. “Apa syaratnya?”

“Bayar dengan tubuhmu,” jawab Yudha santai sehingga membuat pegangan gadis itu di lengannya perlahan terlepas.

Sesaat, Tari merasakan dunia berhenti putar. Tiga kata yang baru saja dikatakan pria di hadapannya itu seakan menarik paksa jantung lepas dari rongganya.

“Jangan menarik kesimpulan sebelum saya menjelaskannya. Sebaiknya, kita ke rumah sakit dulu. Saya juga ingin menunjukkan sesuatu di sana,” ucap Yudha terdengar lembut, tapi tidak mengurangi rasa sakit di hati Tari.  

Tanpa keduanya sadari ada yang melihat kedekatan mereka berdua. Bahkan, sangat terkejut melihat Yudha membukakan pintu mobil untuk seorang gadis. Sesuatu yang selama ini tak pernah dilakukan pria itu.

###

Related chapters

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 4 Dikejar Waktu

    Perlahan Fortuner putih itu melaju menembus keramaian jalan. Menit demi menit berlalu, Tari maupun Yudha masih membisu.Walau tahu kemungkinan penyebab gadis di sampingnya menangis, Yudha tetap bertanya, “Ada apa? Kenapa masih menangis?”“Saya putus asa …,” lirih gadis itu menahan isak tangisnya. Namun, tidak dengan air matanya yang masih berderai.“Apa dokter mengatakan kondisi anak itu semakin parah?” tanya Yudha yang tetap fokus mengemudi.Tari tak berucap, bibirnya tetap terkatup. Namun, isakannya semakin menjadi seakan menjawab benar dugaan Yudha. Bayang-bayang bocah kecil yang terbaring ringkih dengan peralatan medis yang menopang hidupnya kembali membuat gadis itu meremas kerah kemejanya. Sesak di ulu hatinya kian bertambah.Yudha meletakkan sapu tangannya di pangkuan Tari. Kemudian, perlahan pria itu menepikan mobil. Setelah menyetel musik dengan volume cukup keras, Yudha keluar dan bersandar di pintu mobilnya. Memilih memperhatikan keramaian jalan yang didominasi dengan penge

    Last Updated : 2023-08-17
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 5 Tawaran Gila

    Yudha tersenyum puas mendengar penuturan Dokter Ayana. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Tari dinyatakan sehat untuk mengandung.“Selamat Yud, akhirnya kamu bisa merealisasikan harapanmu selama ini,” ucap dokter cantik itu mengulurkan tangan bergantian pada Yudha dan Tari.“Thanks,” balas Yudha singkat lalu menoleh pada Tari.“Tari, kamu mengerti apa saja yang saya jelaskan tadi, bukan?” tanyanya dengan seulas senyum. “Selama prosesnya bayi tabungnya berlangsung sampai kamu melahirkan, saya yang akan memantau kondisi kamu.”Tari mengangguk seraya berkata, “Iya, Dok. Saya mengerti dengan penjelasan Anda tentang proses inseminasi tadi.”“Syukurlah. Sudah lama teman saya ini menunggu calon yang tepat. Mulai sekarang, jaga kondisi kesehatan kamu,” sarannya ramah.“Kami pulang duluan,” pamit Yudha. Dokter kandungan itu hanya mengangguk kecil.Sementara Yudha dan Tari berjalan dengan tergesa menuju ke parkiran. “Buru-buru mau ke mana?” tanya Yudha yang merasa masih harus bicara denga

    Last Updated : 2023-08-17
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 6 Anak Kurang Ajar

    Deru napas wanita paruh baya itu semakin nyaring terdengar. Tangannya terkepal kuat sampai urat-urat di punggung tangannya mulai mencuat. Binar bahagia di matanya seketika berubah menjadi tatapan tajam yang menikam. Ruang keluarga yang biasanya dihiasi tawa, kini terasa mencekam. Tak ada suara, mereka memilih bungkam. Mereka baru saja mendengar penuturan Yudha yang ingin menikah pada akhir pekan. Tuturnya tenang, lugas dan tegas mengambil keputusan. Awalnya mereka senang dan tampak antusias saat Yudha menyinggung perihal pernikahan. Namun, saat Yudha menyebutkan nama gadis yang hendak dinikahinya, raut wajah mereka perlahan berubah. Papa dan adiknya tampak terkejut. Kakaknya tampak santai, sementara sang mama marah besar. “Mama tidak akan pernah sudi punya menantu seperti wanita itu, Yudha! Tidak akan pernah!” bentak Lusiana melotot. “Kamu yakin dengan keputusanmu?” tanya Rudi pada putra keduanya. Yudha mengangguk dengan tenang seperti biasanya. “Aku akan tetap menikah dengan Tari

    Last Updated : 2023-10-07
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 7 Didukung Pria Mandul

    “Kalau Yudha tetap nekat menikah tanpa resepsi, banyak yang akan membuat praduga. Saat ini kondisi perusahaan baru perlahan stabil pasca pandemi. Jika orang-orang mengira Yudha menikah karena skandal, maka tidak menutup kemungkinan akan banyak berita dan gosip yang beredar. Hal itu akan berpengaruh pada kestabilan saham perusahaan. Kalau Mama sama Papa tidak merestui Yudha menikah dengan Tari, maka kita harus siap menjawab pertanyaan orang-orang, minimal awak media. Sementara anak ini, dia tidak akan peduli,” jelas Arbian menunjuk adik laki-lakinya.Yudha kembali mengedikkan bahu karena ucapan kakaknya benar adanya. Setidaknya ia sudah berbagi kabar dan tidak menikah diam-diam. “Kalau saham perusahaan anjlok, Mama sama Kayla siap-siap aja kembali miskin,” lanjut Yudha santai.“Yudha!!” jerit Lusiana yang rasanya ingin mencakar-cakar wajah putranya itu.“Memangnya Tari setuju menikah sama kamu?” tanya Rudi mencoba m

    Last Updated : 2023-10-08
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 8 Rasa Iba

    Setelah Kayla juga beranjak, tinggallah Rudi bersama Arbian. “Arbian, papa boleh tanya sesuatu?”Arbian meletakkan tabletnya dan fokus menatap papanya. Ia pun mengangguk hingga Rudi menghela napas panjang. “Papa ingin tahu tentang apa? Tentang pemecatan salah satu manajernya Papa atau penggantian salah satu founder?”Rudi menggeleng seraya berujar, “Papa ingin tanya soal Yudha. Apa kamu sengaja setuju dengan keinginan adikmu karena hasil pemeriksaan kesehatanmu?”Kini giliran Arbian yang menggeleng. “Bukan, Pa. Kemarin aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Mereka berdua keluar dari Kafe Biru. Yudha yang tarik duluan tangannya Tari. Dia bahkan membukakan pintu mobil dan memasangkan seat belt. Apa pernah Papa melihat Yudha seperti itu? Untuk mama saja, yang jelas-jelas wanita yang sudah melahirkannya, Yudha tidak pernah seperti itu. Sama Kayla? Nggak juga, karena Yudha selalu berupaya agar Kayla mandiri

    Last Updated : 2023-10-08
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 9 Kepedihan Terpendam

    Tari memandang blanko di hadapannya. Ia harus mengisi data dirinya dan menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Sampai saat ini Tari bahkan belum berbagi perihal tawaran pernikahan dari Kapten Yudha. Ibu Nilam masih harus fokus pada adik pantinya yang sedang dalam tahap persiapan operasi.Pria tampan dan mapan itu menegaskan jika mereka memang menjalin kontrak kerja sama. Namun, tidak dengan pernikahan. Akad sakral itu akan tetap berlangsung sekali seumur hidup Yudha. Berbeda dengan Tari nantinya. Jika kelak Tari tidak sanggup bertahan, maka ia boleh menggugat cerai pria itu.“Ya Allah, kenapa hidupku jadi serumit ini?” batin Tari menghela napas panjang. Selama ini Tari berpikir, hidupnya hanya berputar di panti dan bekerja.Menikah. Hamil. Melahirkan.Tiga hal itu akan ada dalam bayang-bayang hidup Tari dalam setahun kemudian. Berkali-kali ia membaca artikel tentang rumah tangga. Ada banyak pahit manis dalam hubungan sakral itu.Terleb

    Last Updated : 2023-10-09
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 10 Setahun

    “Ngapain kamu ke sini?” tanya Lusiana yang mendapati putra keduanya berdiri di depan pintu ruang kerja suaminya.Siang ini Lusiana sengaja datang membawa makan siang. Tujuannya tidak lain adalah untuk membujuk suaminya agar mendukung penolakannya terhadap keinginan Yudha. Akan tetapi, justru malah Rudi yang membujuknya agar menerima Tari.Yudha mencoba menekan emosi melihat wajah ketus mamanya. “Ini kantornya papaku. Sebagai putranya, tidak ada yang berhak melarang Yudha ke sini selain papa atau Mas Arbian yang menjabat sebagi CEO,” jawab Yudha dengan tenang. Berdebat dengan mamanya hanya menyisakan lelah.Lusiana menyunggingkan senyum sinis. “Mau minta papamu mengadakan resepsi buat kamu? Gajimu selama ini kamu buang ke mana?”Sindiran sang mama nyatanya membekas di hati. Yudha hampir saja lupa mamanya itu amat perhitungan. Apa-apa selalu saja diungkit.“Kalau Mama tidak mau mengadakan resepsi buat Yudha,

    Last Updated : 2023-10-10
  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 11 Akhirnya Mengalah

    Raut bahagia Yudha surut kala mendapati mamanya ternayata sengaja menunggunya di lobi. Alasannya minta diantar pulang. Tetapi, Yudha yakin jika bukan itu alasan utamanya.Baru beberapa menit mobil melaju, Lusiana menyinggung perihal map yang tadi dimasukkan putranya ke dashboard. Sebenarnya tangannya gatal untuk membuka dashborad di hadapannya. Namun, ia tidak mau dianggap lancang dan kembali membuat putranya marah. Ia tidak ingin Yudha lebih berpihak pada Tari dan mengabaikan dirinya.“Apa kamu nggak punya pilihan calon istri lain? Kamu ingat kan, mama pernah bilang mau kenalin kamu sama seseorang?” Lusiana mencoba membuka obrolan dengan putranya.“Tidak ada, Ma. Kenapa Mama tidak mencoba mengenalkannya pada Mas Arbian?” Yudha memilih melihat keluar jendela saat mobilnya berhenti di persimpangan jalan.“Mama itu lagi bahas kamu, bukan Arbian.”“Dan aku menolak.”Lusiana tak m

    Last Updated : 2023-10-11

Latest chapter

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 39 Saat Butuh Saja

    Di tempat lain, Ayana tersenyum setelah mendapat pesan balasan dari Yudha. Ia senang karena selama mempersiapkan prosedur bayi tabung, bukan Tari yang berkomunikasi dengannya. Melainkan Yudha langsung.Data pasien di hadapannya membuat senyum Ayana luntur. Kalau saja tidak ingin kehilangan kepercayaan Yudha. Ayana sebenarnya tidak sudi membantu menanamkan benih itu ke dalam rahim Tari.Di sisi lain, jika ia nekat untuk mengandung benih itu, maka dirinya akan dalam masalah. Keluarganya akan murka jika dirinya sampai hamil diluar nikah. Yudha juga pasti akan membencinya.“Andi Ayudia Batari. Saya yakin kamu melakukan semua ini hanya untuk mendongkrak status hidup kamu. Upik Abu bermimpi jadi seorang cinderella. Dia bahkan hanya seorang mantan cleaning servis dan pekerja serabutan. Apa sih, yang Yudha lihat dari gadis ini?” gumam Ayan masih tak habis pikir.Ayana merasa jika Tari begitu licik. Kembali gadis itu menghela napas panjang sambil bersa

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 38 Perintah Bu Kapten

    “Doyan!!” sahut mereka kompak. Bahkan, Rian yang bisanya kalem malah ikut-ikutan.Serka Hilman berdeham lalu berkata, “Kami hanya menjalankan perintah. Tadi Bu Kapten minta kami habiskan.”Tari mengulum senyum sembari mengangguk. Padahal, yang Tari maksud adalah minuman mereka. Ya sudahlah.Wanita itu kemudian meletakkan air mineral kemasan gelas di hadapan mereka. Jangan sampai para tamunya kena batuk karena kebanyakan mengkonsumsi makanan manis.“Kuenya enak banget, Bu Kapten,” ucap Ken serius.Tanpa Yudha dan Tari duga. Empat jempol sersan itu memuji sajian di atas meja. Satu-satunya yang tampak gugup adalah Ken. Pasalnya, kantong samping celananya yang tadinya kosong, kini berisi beberapa kue.“Apa iya, kue tari seenak itu? Baru juga ditinggal sebentar langsung ludes?” batin Yudha duduk meminum minumannya. Segar sekali.Sembari memasang sepatunya, Yudha berkata, “Kalau hasil la

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 37 Kunjungan Tim Alfa

    Walau hanya rumah dinas sederhana, tapi Tari benar-benar bahagia. Ia memiliki wewenang untuk mengatur semua hal di rumah itu. Termasuk semua kebutuhan harian Yudha.Rumah itu tidak memiliki banyak perabot. Perabot yang ada pun, benar-benar dipilih sesuai fungsi dan ukuran ideal untuk kebutuhan mereka berdua.Ruang tamu hanya diisi satu set kursi rotan, satu vas bunga besar di sudut ruangan dan foto-foto Yudha dan timnya selama ini.Bagian yang paling disenangi Tari tentu saja adalah dapur. Ia sungguh tak menyangka jika kakak iparnya menghadiahkan beberapa perangkat khusus untuk membua kue. Dapur minimalis itu bahkan sudah seperti dapur toko kue.Yang membuat Tari sempat tercengang adalah, kulkas di dapurnya adalah kulkas dua pintu. Padahal, ia dan Yudha hanya tinggal berdua saja. Pemborosan, bukan?Yudha hanya minta agar Tari tidak ikut campur masalah pribadinya. Tidak, selama Yudha tidak meminta pendapat Tari. Seperti halnya kotak furniture

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 36 Kapten Dapat Cinderella

    Yudha dan Tari telah tiba di markas kesatuan tempat Yudha selama ini dinas. Selama sesi wawancara, Tari tak mampu menyembunyikan degub jantungnya. Organnya yang satu ini tak bisa tenang.Berbanding terbalik dengan Yudha. Pria itu menjalani sesi wawancara seolah hanya ngobrol dengan teman-temannya. Padahal, beberapa pria berseragam resmi di hadapan mereka itu memiliki pangkat dan jabatan yang lebih tinggi.Hampir dua jam, sesi tersebut akhirnya selesai. Tari dan Yudha lega karena semuanya berjalan lancar. Yudha akui Tari gadis cerdas yang mampau memberikan jawaban lugas dan realistis.Atasannya sampai terkesan. Mengira jika selama ini ia dan Tari memang diam-diam menjalni LDR. Mereka pun mengisi beberapa berkas yang diperlukan sebelum keluar dari kantor.“Akhirnya Kapten Hot batalion ini sold out juga,” goda salah satu istri atasan Yudha.Rekan kapten yang menjalani sesi wawancara dengan Yudha dan Tari tadi ikut terkekeh. Pasalnya, banyak kowad dan staf di satuan mereka yang patah hati.

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 35 Bangkrut

    Lusiana kembali memijat kepalanya yang baru saja selesai dipijat oleh ART-nya. Sejak mendengar kabar Yudha memboyong Tari berbulan madu ke Bali, entah kenapa ia jadi kesal. Ia masih setengah hati mengharapkan cucu dari rahim gadis miskin itu.“Mama kenapa?” tanya Rudi yang baru saja pulang bersama putra sulungnya. Tadinya ia pikir, istrinya tidur karena salam mereka tidak dibalas.Lusiana yang bersantai di sofa depan tv mendongak. Setelah melihat kedatangan suami dan anaknya, wanita itu tak juga beranjak. Tetap rebahan santai dengan kaki tersilang. Bahkan wajahnya tetap cemberut.“Ma, perusahaan sedikit tidak stabil. Kalau dalam tiga bulan masalah di internal perusahaan belum berhasil diatasi, mungkin kita akan bangkrut,” ucap Arbian mengedipkan sebelah mata pada papanya.“APA??!!!” Lusiana sontak turun dari sofa lalu berbalik menatap suaminya.Rudi memilih diam mengikuti sandiwara putranya. Rasanya ia ingin tert

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 34 Disogok Jagung Bakar

    Tak kehabisan akal, Yudha mencari tahu apa yang diinginkan Tari. Diam-diam ia mengecek ponsel Tari. Ada beberapa menu makanan yang terlihat di daftar pencarian. Yudha sengaja pamit keluar sebentar menemui seseorang.Tari hanya mengangguk dan memilih diam. Perdebatan kecil sore tadi belum berakhir. Hal itu membuat Yudha jadi serba salah. Sampai setengah jam kemudian, Yudha kembali dengan membawa beberapa jagung. Selain itu ada beberapa buah lain yang dibelinya di warung sayur tak jauh dari vila. Sengaja menghindar dari minimarket yang mungkin saja memiliki cctv.“Mas beli jagung buat apa?” tanya Tari. Padahal, di dalam kepalanya sudah terbayang jagung bakar.“Tadi paksa ibu warungnya beli,” jawab Yudha asal.Tanpa diajak, Tari sudah mendekat ke meja dapur. “Katanya dipaksa beli. Tapi ada mentega sama arang,” gumam Tari mengulum senyum.“Lain kali, kalau mau makan sesuatu, bilang Tari. Jangan dipendam sendiri

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 33 Fase Malas-malasan

    Tok tok tok! Ayana menunggu dengan sabar Yudha membukakan pintu. Mau bagaimana lagi, pintu kamar rawat inap itu terkunci dari dalam. Dengan seulas senyum paksa, ia menghampiri Tari. Bagaimanapun, ia tetap harus mempertahankan citranya di depan Yudha. “Bagaimana perasaanmu?” tanya Ayana kala berdiri di sisi pembaringan. “Masih lemas dan sedikit pegal,” jawab Tari apa adanya. Ayana mengangguk seraya berujar, “Itu termasuk gejala normal. Sebisa mungkin, hindari aktivitas berat. Setidaknya selama dua pekan sejak prosedur IVF ini. Kamu tahu sendiri kan, suamimu sangat mengharapkan kehadiran anak ini?” Tari mengangguk lalu menatap Yudha. Sesaat kebekuan melanda mereka. Sementara Ayana diam-diam melirik Yudha yang sedang bertatapan dengan Tari. Ingin sekali Ayana menggantikan posisi Tari. Mengandung benih Yudha dan mendapatkan segala perhatian dari pria itu. “Apa ada hal lain, Ayana?” tanya Yudha to the point. Kalau boleh jujur, ia tidak begitu senang ada orang lain di ruangan ini. Ap

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 32 Bayi Tabung Yudha

    Yudha tak bisa memungkiri. Perasaannya saat ini jauh lebih tegang dibandingkan saat diminta menjinakkan bom. Ada keinginan untuk menemani Tari di dalam ruang penanganan. Namun, ia sendiri tidak bisa tenang."Kenapa kamu sehawatir itu, Yud? Dia cuma ibu surogasi untuk benih rahasia itu. Aku bahkan ragu itu benih kamu. Apa sepenting itu benih yang tidak jelas itu bagimu?" batin Ayana melirik ke jendela kaca.Dari dalam ruangan, mereka bisa melihat seseorang yang berdiri di luar. Berbeda dengan Yudha yang tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam sana. Dokter yang membantu proses bayi tabung itu pun tersenyum melihat tingkah suami pasiennya."Sepertinya suamimu lebih tegang dibandingkan denganmu. Saya yakin, kamu akan jadi ibu yang hebat dan anak kalian akan tumbuh kuat. Berdasarkan pengalamanku, suamimu sepertinya akan sangat memanjakan anak kalian nantinya," ujar dokter paruh baya itu tersenyum lalu memulai prosedur penanaman zigot ke dalam rahim Tari.Tari mengangguk le

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 31 Celotehan Dunia Maya

    Setelah makan malam bersama, Tari membereskan kotak kemasan makanan mereka. Yudha duduk di ruang tamu sambil menerima telpon. Entah siapa yang menghubungi Yudha karena pria itu menyahut dengan ogah-ogahan. Tari sendiri duduk termenung di dapur. Ia bingung apakah harus masuk ke kamar atau menunggu. Sesekali ia hanya berselancar di dunia maya. Berita tentang pernikahannya benar-benar menjadi salah satu topik hangat di kota ini. 'Cinderella Keluarga Giriandra' 'Kekasih Rahasia Putra Giriandra' 'Gadis Yatim Piatu Jadi Ratu' ‘Istri Cantik Kapten Penjinak Bom’ ‘Cantik, Semoga Tidak Licik’ Tari menghela napas panjang membaca deretan judul artikel itu. Gadis yang mengenakan dress selutut itu tidak tahu harus sedih atau bahagia. Hidupnya berubah dalam sekejap dari gadis yatim piatu menjadi seorang istri dan menantu keluarga kaya. Lelah yang menumpuk membuat Tari terlelap begitu saja. Tak mendengar adanya suara dari arah dapur, Yudha menoleh. Di sana Tari menyandarkan tubuhnya di atas me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status