William Randolph kembali memilih diam, Ia kini sibuk menyusun setiap kartu di tangan untuk menjatuhkan mental James Arthur. Lalu mendesaknya dengan rencana selanjutnya."Sepertinya kemenangan ada di tangan aku," batin William Randolph yang tertawa bahagia di dalam hati.kedua mata James Arthur kembali menatapi William randolph dengan tatapan murkah. Semua uang yang barusan ia kumpulkan kini tidak tersisa sama sekali. Bahkan trik menipu juga tidak mempan pada William Randolph yang sejak tadi menang bertubi-tubi."Sial," umpat James Arthur dengan wajah murkahnya. Kemudian melempar semua kartu di tangan ke arah wajah William Randolph.William Randolph hanya diam melihat kemarahan James Arthur."Aku menang lagi," ucap William Randolph yang memperlihatkan kartu di tangannya.James Arthur melirik kartu sakti di tangan William Clanton, Ia semakin murkah karena tidak terima dirinya bisa kalah dari si pria cupu yang di hadapannya.William Randolph masih memperlihatkan wajah bodohnya di hadapan
"Aku gadaikan wanita yang akan menjadi istri aku pada hari H," balas James Arthur dengan percaya diri. Daripada mempertaruhkan Cintya yang mempunyai harga tidak seberapa.Kedua mata William Randolph terbelalak besar mendengar apa yang di katakan oleh James Arthur barusan."Kau yakin?" tanya William Randolph untuk memastikan dirinya tidak salah dengar apa yang di katakan oleh James Arthur yang begitu bajingan daripada dirinya.James Arthur memperlihatkan senyuman liciknya di hadapan William Randolph."Kau tidak salah dengar pria kodok," ucap James Arthur yang mendekati wajahnya di hadapan William Randolph."Calon istri aku masih virgin, Jadi semua uang ini kini menjadi milik aku. Kau tidak akan menjilat ludah sendiri?" lanjut James Arthur dengan cibirannya.William Randolph memperlihatkan senyuman lebar."Terserah kamu," balas William Randolph yang tidak percaya dengan perkataan James Arthur yang mengatakan Bella Saphira masih virgin. Tapi karena tujuan utamanya sudah tercapai. Maka ba
James Arthur yang panik dengan perkataan William Randolph barusan. Ia segera berdiri dari tempat duduknya."JA... JADI." pekik James Arthur yang tidak rela kehilangan uang sebanyak ini dan juga berusaha menghentikan langkah kaki William Randolph yang hendak mengambil semua uang kemenangan yang susah payah di dapatkan dengan menipu para pemain, termasuk mengadaikan Bella Saphira dan sekaligus bonusnya.William Randolph menghentikan langkah kakinya. Ia melihat wajah James Arthur yang panik dan juga lebih mementingkan uang tersebut daripada calon istri."Hari H aku akan atur semua jadwal dan satu lagi jangan pernah mencoba-coba menipu aku. Aku berani memastikan wanita di sampingmu akan bekerja di rumah bordil dan kepalamu akan di penuhi lubang," ucap William Randolph dengan ancamannya yang tidak main-main kepada James Arthur dan berapa pria berpakaian serba hitam tetiba masuk ke dalam ruangan. Mereka segera menghampiri William Randolph dengan membisikkan sesuatu di telinga.Melihat situa
James Arthur terdiam sesat, Ia berpikir apa yang di katakan oleh Cintya ada benarnya. Ikuti jalan permainan, Maka semuanya akan baik-baik saja termasuk keselamatan nyawa yang jadi taruhan akibat kecerobohan tadi.Setelah hening berapa detik. James Arthur melirik ke arah belakang yang nampak sepi. Kemudian menghela nafas panjang penuh kegelisahan dan ketakutan di dalam hati akan ancaman pria berwajah kodok zuma itu."Aku ikut saja saranmu," balas James Arthur yang menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya dan juga tidak ingin repot-repot untuk mengurus hal yang menyusahkan dirinya. Apalagi sampai kedua orang tuanya tahu apa yang selama ini ia lakukan kepada Bella Saphira.Membayangkan saja, James Arthur merasa kepalanya akan pecah dalam hitungan detik.Tepatnya, James Arthur sejak awal mendekati Bella Saphira karena mengincar Cintya dan ia juga tidak mau bekerja keras untuk persiapan biaya pernikahan. Dengan kata lain, semua biaya pernikahan adalah dari dana kerja keras Bella Saphi
"Apa yang kamu cemaskan?" tegur Eric yang kebetulan melihat Bella Saphira lebih fokus ke layar ponsel daripada bersiap-siap untuk pulang ke rumah.Bella Saphira tersentak kaget, Ia melihat ke arah Erick yang merupakan bos klub malam Norm.Seakan tahu apa yang di cemaskan oleh Bella Saphira. Erick tersenyum lembut dengan tawa kecil menghiasi wajahnya yang terlihat tua."Di klub ini banyak kamar kosong, Kamu bisa pakai untuk menginap semalaman. Jika tidak ada yang datang untuk menjemputmu," tawar Erick dengan niat baiknya kepada Bella Saphira. Tidak hanya Bella Saphira yang selalu mendapatkan tawaran baik dari Erick. Hampir semua pekerja wanita juga mendapatkan tawaran kebaikkan Erick. Sehingga banyak pekerja selalu royal kepada bosnya."Ayolah Bell, Bos sangat baik dan tidak perlu sungkan. Lagian kita juga ada yang menginap," timpal seorang pekerja wanita yang sudah bersiap-siap naik ke lantai atas yang merupakan lantai yang bisa di gunakan untuk istirahat.Wajah Bella Saphira merona k
"Apakah orang tua James Arthur tahu?" tanya Joseph yang tidak ingin ada drama di hari pernikahan berlangsung hingga membuat dirinya malu di depan umum.Bella Saphira berusaha tenang, kemudian memperbaiki posisi duduknya. Ia tidak bisa mengatakan jika orang tua James Arthur sampai saat ini belum menyetujui hubungan dirinya dengan James Arthur ke jenjang serius."Tahu, James sudah memberitahu mereka. Jadi kita akan siap di hari H," jelas Bella Saphira yang percaya dengan perkataan James Arthur sebelumnya. Dalam hati, Bella Saphira berharap James Arthur tidak lupa lagi dengan perkataan sebelumnya.Ella melototkan kedua matanya, Ia tidak merestui pernikahan Bella Saphira dengan James Arthur. Karena James Arthur hanya milik Cintya dan tidak boleh ada wanita lain yang memilikinya."Baiklah," balas Joseph yang tidak mau terlalu ambil pusing dengan apa yang sudah terjadi. Karena ia tahu Bella Saphira sudah besar dan tahu mana yang terbaik."Terima kasih ayah," balas Bella Saphira yang masih m
Joseph meraih gelas berisi teh untuk di minum, Agar ia bisa berpikir tenang hari ini akan berita yang cukup mengejutkan jantungnya. Sedangkan James Arthur dan Bella Saphira tidak menyentuh minuman tersebut."Aku dan Bella Saphira harus keluar sebentar," pamit James Arthur yang ingin berbicara berdua dengan Bella Saphira di luar.Joseph mengaggukkan kepalanya yang menandakan ia setuju."Ehhh... tehnya di minum dulu," sahut Ella yang tidak terima rencananya gagal.Untuk menghargai Ella yang sudah susah payah membuatkan teh, James Arhur meminumnya sedikit. Sedangkan Bella Saphira tidak ada niat untuk minum teh sama sekali.Kedua mata Ella menatapi Bella Saphira dengan tatapan kesal, Tapi hanya bisa mendengus kesal di dalam hati.Di dalam mobil, James Arthur masih memasang senyuman palsu."Aku akan membagikan undangan di sekitar sini jadi aku turunkan kamu di depan toko bridal," ucap James Arthur yang memperlihatkan berapa kertas undangan pernikahan di depan mata Bella Saphira.Bella Saph
James Arthur tertawa ngakak akan kemarahan ibunya di balik ponsel."Aku tidak menikahi Bella Saphira, Melainkan menikah dengan Cintya yang merupakan adik dari Bella Saphira. Masa mom tidak membaca pesan yang aku kirim tadi," jelas James Arthur yang masih tertawa terkikih akan kepanikan sang ibu.Anne Arthur mendengus kesal akan sikap James Arthur yang di anggap bercanda di waktu tidak tepat."Bagaimana aku bisa baca, Ayahmu langsung kena serangan jantung. Untung saja tertolong," balas Anne Arthur yang mengoceh berapa kali akan kebodohan James Arthur yang hampir saja membunuh Deep jika tidak di selamatkan dalam waktu cepat."APAAA..." pekik James Arthur terkejut bukan main. Ia tidak percaya ayahnya akan kena serangan jantung lagi, Padahal selama ini selalu sehat-sehat."Ini salahmu," balas Anne Arthur yang mendengus kesal kesekian kalinya dan menjauhkan ponsel dari telingannya. Daripada ia tuli akan suara teriakkan James Arthur."Lalu bagaimana keandaan Dad," tanya James Arthur dengan
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te