"Busyet perubahan yang dratis. Kini berapa berat badanmu sekarang?" tanya Ricky yang masih kaget dengan perubahan tubuh William Randolph yang mendadak seperti ini. Tidak lupa ia menepuk-nepuk bahu William Randolph dengan tepukkan yang kuat.William Randolph tersenyum penuh kebanggaan akan pujian Ricky padanya dan sekaligus senang dengan tubuhnya yang sekarang ini. Tidak seperti gajah yang susah jalan dan mencari pakaian ukuran super jumbo di berbagai tempat."Sisa 90kg sekarang, Mau turunkan 20 lagi dan membentuk otot di tubuh. Kemudian membalaskan sakit hatiku kepada Bella Saphira," jelas William Randolph dengan senyuman jahat akan rencana kedepannya yang ingin mempunyai tubuh atletis. Ricky yang sudah bisa menebak tujuan gila William Randolph yang ingin mempunyai tubuh atletis. "Kau ingin jadi incaran para wanita?" tanya Ricky yang menarik salah satu kursi. Kemudian duduk di sana dengan wajah tenang.William Randolph menarik kursi di hadapan Ricky. Kemudian duduk di hadapan Ricky
Pria itu semakin suka dengan wajah kesal Bella Saphira. Ia memberanikan diri untuk meremas salah satu dada Bella Saphira dengan gemas."Singkirkan tangan kotor mu," desis Bella Saphira yang menyingkirkan tangan pria tua itu yang sejak tadi meremas salah satu dadanya secara kasar.Pria tua itu tidak terima akan penolakan Bella Saphira. Ia langsung meremas kedua dada Bella Saphira dengan kedua tangan.Merasakan empuk dan nikmatnya kedua dada Bella Saphira. Pria itu tertawa bahagia."Kau wanita genit yang tidak memakai bra," seru pria tua itu dengan suara nyaring. Hingga semua mata melihat ke arah Bella Saphira dengan tatapan mata penuh nafsu.Kebanyakan para pria yang melihat juga ingin menikmati tubuh Bella Saphira dan juga merasakan empuknya dada tersebut."Aku yakin kau juga tidak memakai dalaman," ucap pria jelek itu yang berusaha menaikkan rok ketat yang di kenakan oleh Bella Saphira."Jangan kurang ajar," seru Bella Saphira yang melayang tendangan ke arah rudal pria itu. Hingga pr
Para tamu melihat satu sama lain. Mereka sedang memikirkan tawaran dari James Arthur."Aku yakin Bella Saphira akan klimaks sebentar lagi," ucap James Arthur yang memasang taruhan di atas meja dengan percaya diri.James Arthur sengaja menyewa dua preman kelas kakap untuk melecehkan Bella Saphira dan memenangkan taruhan.Para tamu terlihat berpikir berapa kali untuk mengikuti ide dari James Arthur.Melihat keraguan di hati para tamu, James Arthur sengaja menambah uang taruhan di atas meja. Kemudian melihat para tamu kelihatan bingung.Melihat jumlah uang yang banyak di atas meja. Berapa tamu mulai tergiur hingga melupakan peraturan di klub malam Norm."Aku ikut," seru seorang tamu yang ikut bertaruhan dengan James Arthur. Kemudian di susul oleh berapa tamu lainnya yang sudah tergiur oleh jumlah uang taruhan di atas meja.Melihat jumlah uang yang banyak di atas meja. Tawa James Arthur semakin nyaring di dalam hati. Ia sangat yakin akan menang dan mendapatkan banyak uang hari ini."Lima
"Berani main-main sama mereka, aku pastikan kau akan menderita!" ucap Bella Saphira dengan nada ancaman kepada James Arthur.James Arthur tertawa bodoh di hadapan Bella Saphira. Di dalam hati ia mengumpat berulang kali akan sikap Bella Saphira yang seenak hati menggagalkan rencana yang di susun."James," bentak Bella Saphira dengan suara nyaring dan penuh kecemburuan."Aku tidak akan macam-macam pada mereka," balas James Arthur yang tertawa kaku. Kemudian meraih minuman yang di antarkan oleh Bella Saphira.Bella Saphira mendengus kesal akan sikap James Arthur yang masih melirik berapa wanita lain yang berjalan lalu lalang dengan pakaian minim."Aku tunggu kamu di dalam mobil," tawar James Arthur yang mencari aman karena perasaannya mengatakan hal buruk akan terjadi pada dirinya. Jika terlalu berlama-lama di dalam klub malam Norm.Ide James Arthur langsung di setujui oleh Bella Saphira. Dengan begitu ia bisa bekerja dengan tenang tanpa cemburu kepada para wanita yang di lirik oleh Jame
James Arthur yang malas berdebat. Ia memilih pergi dari dalam hotel daripada sakit kepala.Cintya yang tidak terima akan sikap James Arthur yang seperti ini. Ia berlari keluar dari dalam kamar untuk mengejar langkah kaki James Arthur."James... Jangan marah. Tadi aku hanya bercanda," seru Cintya yang berusaha menghentikan langkah kaki James Arthur.James Arthur tidak perduli akan tanggisan dan permohonan Cintya sepanjang lorong yang kini menjadi pusat perhatian orang yang lalu lalang."Aku muak dengan sikap manjamu," balas James Arthur yang mendorong Cintya menjauh darinya ketika akan memasuki lift.Cintya yang terdorong menjauh hanya bisa menatapi pintu lift yang tertutup rapat."Aku yakin ini pasti ulah Bella Saphira yang sudah mencuci otakmu," seru Cintya dengan kedua tangan di kepalkan. Lalu memilih untuk kembali ke dalam kamar.Cintya tidak langsung pulang. Ia masih bertahan di dalam kamar hotel untuk menikmati kemewahan dan kenyamanan kamar hotel mewah."Aku akan cek out besok d
"Badan babi dengan wajah babi mau tidur dengan aku, jangan pernah bermimpi terlalu tinggi. Ngaca dulu di sana," cibir Bella Saphira yang menuangkan Vodka ke dalam gelas William Randolph secara kasar. William Randolph yang tidak terima di hina. Ia langsung meraih pinggang Bella Saphira untuk duduk di atas pangkuan. "Lepasin," pekik Bella Saphira yang merontah-rontah di dalam dekapan William Randolph. William Randolph memaksa kedua kaki Bella Saphira untuk terbuka lebar. Kemudian memasukkan kedua jemarinya ke dalam celah inti Bella Saphira. "Ahh..."jerit Bella Saphira dengan suara merdu ketika bagian bawahnya di masuki oleh jemari William Randolph yang gemuk. "Dasar jalang, begitu cepat kau terangsang oleh permainan jemari ini?" cibir William Randolph yang menambah kecepatan mengocoknya hingga Bella Saphira berulang kali mendesah merdu. "Hentikan... Ah hentikan..." pinta Bella Saphira yang memohon pilu dengan kedua tangan menahan satu tangan William Randolph yang memainkan bagian b
Ricky yang sudah mengeringkan wajahnya dengan sapu tangan. Lalu terkekeh renyah melihat keandaan William Randolph yang tersiksa dengan wajah suram dan satu tangan mengamankan bagian yang membengkak hebat. "Sepertinya ada yang lebih sial dari aku," cibir Ricky kepada William Randolph yang berwajah hitam kelam. William Randolph mendengus kesal. Ingin sekali ia membacok orang agar perasaan di dalam hati menjadi lebih baik daripada tersiksa seperti ini. Ricky masih terkekeh renyah dengan tatapan geli melihat ke arah barang William Randolph yang masih berdiri seperti pohon. "Jadi gimana?" tanya Ricky dengan wajah bodoh yang semakin memanasi suasana hati William Randolph yang masih belum sulut. "Keparatt," umpat William Randolph dengan suara murkah. Sebenarnya William Randolph ingin menghancurkan klub malam Norm untuk melampiaskan emosinya. Tetapi William Randolph sadar kekuatan dirinya tidak cukup kuat untuk menghancurkan klub malam Norm yang di beking oleh para mafia dan orang atas.
Bisa di bilang klub malam Norm merupakan klub malam yang terbaik yang bisa memenuhi semua permintaan pelanggan setia dan berdompet tebal. Tidak heran banyak CEO berdompet tebal tidak berani membuat keributan atau masalah di dalam klub malam Norm. Karena yang rugi adalah mereka semua. Belum lagi dampak yang di timbulkan oleh salah satu orang akan berdampak pada semua orang. Sehingga orang yang kena akan menyingkirkan orang yang berani cari masalah di klub malam Norm. Selain itu, orang yang di belakang klub malam Norm bukan orang biasa. Kebanyakan adalah gengster, mafia dan berapa penting politik yang ikut serta mengambil bagian. Sehingga susah untuk menghancurkan klub malam Norm atau sekedar membuat masalah berat dengan ancaman yang di pastikan akan berakhir menyedihkan. Jika tidak punya kekuatan besar untuk menekan pemilik klub malam Norm.William Randolph menenguk air di dalam gelas dengan satu kali tengukkan. Setelah otaknya cukup bekerja keras seharian."Aku pulang duluan," pamit W
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te