"Fantasis, celah intimu sangat ketat dan aku suka itu. Benar-benar jalang berkualitas dan tidak sia-sia aku membayarnya dengan harga mahal," ucap pria tua itu yang masih rajin mengocok celah inti Bella Saphira hingga tubuh Bella Saphira menengah mendadak. Merasakan ketat yang luar biasa. Pria tua itu sengaja membentuk jarinya menjadi bentuk gunting. "Ahh..." pekik Bella Saphira dengan suara nyaring. Pria tua itu sangat suka dengan suara desahan Bella Saphira. Ia pun melepaskan kedua tangan Bella Saphira. Bella Saphira mengunakan kesempatan tersebut untuk menghindar. Tapi sebaliknya apa yang di rencanakan berbeda dengan praktek di lapangan. Tangan pria tua itu segera mencengkeram kedua dada Bella Saphira dengan kuat dan kedua jemarinya masih keluar masuk di dalam celah inti yang kini semakin berdenyut hebat. "Ahhh sakit," rintih Bella Saphira kesakitan karena kuatnya jemari tua yang meremas salah satu dadanya secara kasar di tambah jemari tangan yang mengocok celah intinya. "Me
"Aku pastikan kalian berdua akan membayarnya dengan harga mahal," ucap pria tua itu dengan ancamannya yang di tulikan oleh James Arthur. James Arthur berdiri sombong di hadapan pria tua itu dengan berkacak pinggang dan memperlihatkan tatapan mencibir. Melihat sikap James Arthur yang sombong dan banyak tingkah, pria tua itu hanya bisa menahan kekesalan di dalam hati. "Aku tidak takut akan ancaman mu, kau itu hanya seorang pecundang dan tidak lebih. Ingat bukti masih ada di tangan aku," ucap James Arthur dengan nada ancamannya. Lalu membalikkan badan untuk melihat Bella Saphira sudah memakai baju atau belum. Melihat Bella Saphira sudah memakai pakaian. James Arthur segera mendekati Bella Saphira dengan wajah tidak berdosa. "Kita kabur dari sini," ucap James Arthur yang meraih tangan Bella Saphira untuk bergegas keluar dari dalam kamar sebelum utusan dari pria tua itu mengejar mereka berdua dan berakhir tragis. Pria tua yang kini tersungkur di lantai. Ia tidak bisa melakukan apapun
"Kita pergi kencan," balas Bella Saphira yang sudah lama tidak pernah jalan bersama dengan James Arthur. Awalnya James Arthur ingin menolak karena ia sudah ada janji dengan Cintya. Tapi mengingat Bella Saphira sudah menghasilkan banyak uang untuknya hari ini. Ia bersedia kencan dengan Bella Saphira dan mengabaikan panggilan dari Cintya yang sedari tadi menghubungi ponselnya tiada henti-hentinya. "Maafkan aku Cintya, Aku hari ini tidak bisa bersama dengan dirimu dulu. Ada yang lebih penting," batin James Arthur yang penuh sesal untuk mengabaikan panggilan ponsel dari Cintya dan beruntungnya ia tidak menghidupkan ringtone ponsel. Jika tidak, Entah bagaimana expresi dan perasaan Bella Saphira yang kini duduk di sampingnya dengan wajah bahagia. Membayangkan hal buruk saja sudah membuat James Athur ketakutan bukan main. James Arthur masih belum siap kehilangan Bella Saphira, Karena Bella Saphira merupakan wanita yang masih berguna untuk di jual dan juga menunggu pria yang berani membeli
Cintya tersenyum miring, Ia yakin misinya akan sukses tanpa sepengetahuan James Arhur untuk memberikan pelajaran kepada Bella Saphira sekaligus menjual tubuh Bella Saphira secara diam-diam untuk di cicipi oleh pria lain. "Jangan salahkan aku, Tapi salahkan kebodohanmu itu. Siapa suruh kau mencintai pria yang aku cintai," ucap Cintya dengan tawa jahatnya di dalam kamar tidur. Cintya sungguh tidak sabar untuk memberikan pelajaran kepada Bella Saphira yang berani bermain api dengannya. *** Di salah satu taman, Bella Saphira berjalan bersama dengan James Arthur dengan memeluk lengan James Arthur secara erat. "Sudah lama kita tidak berjalan seperti ini," ucap James Arthur yang berpura-pura menikmati kebersamaan dirinya dengan Bella Saphira. Padahal di dalam hati, Ia mencemaskan keandaan Cintya entah bagaimana kabarnya. Setelah di cuekkan tanpa mengangkat panggilan ponsel dari Cintya. "Semoga dia tidak marah padaku," batin James Arthur yang gelisah tapi masih bersikap romantis kepada
"Ini sungguh gawat, Aku yakin James Arthur pasti marah padaku. Bagaimana ini?" lanjut Cintya dengan wajah paniknya. Ia segera menghubungi ponsel James Arthur tapi ponsel James Arthur sudah habis daya batrai sehingga panggilan dari Cinyta tidak bisa masuk ke dalam ponsel James Arthur sama sekali. James Arthur yang kini sibuk menonton film action di ruangan tamu. Tidak menyadari panggilan ponsel Cintya dengan di panggilan super panik. Cintya yang tidak putus asa, Ia masih rajin menghubungi James Arthur meskipun tidak ada panggilan yang bisa masuk ke dalam ponsel James Arthur. Sekian mencoba dan tiada hasil, Hati Cintya semakin gelisah dan cemburu berat dengan hayalan yang sudah kemana-mana. "Mustahil keduanya sedang," ucap Cinyta dengan kalimat mengantungnya. Perasaan cemburu semakin menguasai pikiran Cintya untuk melakukan hal yang lebih nekat. "Aku tidak akan membiarkannya," lanjut Cintya yang meraih jaket di lemari, Lalu bergegas keluar dari rumah dengan alasan menjemut Bella Sa
Cintya menatapi Bella Saphira dengan tatapan tidak percaya. Ketika Bella Saphira mengurai pelukkan darinya secara kasar. "Ada apa?" tanya James Arthur yang berjalan mendekati keduanya dengan tubuh yang basah dan handuk melingkar di pinggang. Bella Saphira menoleh ke arah belakang. Ia menatapi James Arthur dengan tatapan penuh cinta dan hal itu semakin membuat Cintya semakin emosi tinggi. "Keparat jalang ini," umpat Cintya dalam hati dengan di sertai dengan dendam kesumatnya. "Cintya datang untuk menjemput aku pulang dengan alasan ibu merindukan aku," ucap Bella Saphira jujur. James Arthur menampakkan wajah terkejutnya di hadapan Bella Saphira dan ujung matanya melirik Cintya yang kesal hingga mengigit bibir bawah untuk menahan amarah yang di pastikan akan memuncak keluar. "Kamu akan ikut dia pulang?" tanya James Arthur yang berpura-pura perhatian kepada Bella Saphira karena ingin melihat reaksi Cintya yang berani-beraninya mencuekkan dirinya dengan sengaja tidak mengangkat panggi
"Kau itu di nasehati di dengar, Bukan semakin menjadi-jadi. Tolong sadar diri," cibir Bella Saphira dengan nada sarkasanya yang semakin menambah dendam di hati Cinyta bekali-kai lipat untuk kesekian kalinya. Kasihan melihat Cintya di marahi sejak tadi oleh Bella Saphira, Ia mulai bersuara. "Sudah... sudah... Jangan bertengkar lagi," timpal James Arthur yang berusaha merelai keduanya untuk tidak berkelahi satu sama lain yang ujungnya akan mempermalukan diri sendiri dan juga akan menganggu tetangga sekitar. "Jangan berlama-lama untuk pulang ke sini!" perintah Bella Saphira dengan tegurannya kepada James Arthur yang mengantar Cintya kembali kerumah. "Iya," balas James Athur yang membalas perkataan Bella Saphira dengan kecupan mesra dan hal ini tidak di sukai oleh Cintya yang melihat kedua sedang berciuman di sertai dengan pangutan di bibir. Bella Saphira semakin menjadi-jadi, Ia memperlihatkan ciuman panasnya kepada Cintya yang berdiri menatap dirinya sejak tadi. Cintya menatapi ked
Melihat Cintya masih marah dengan mendiamkan dirinya. James Arthur mengambil insiatif untuk menjelaskan apa yang di lakukan hari ini bersama dengan Bella Saphira di luar. "Hari ini aku menjual tubuh jalang itu dan lumayan mendapatkan uang. Besok kita pergi bersantai bersama-sama. Soal waktu dan tempat akan aku kabarin," ucap James Arthur dengan nada santainya untuk menghibur Cintya. Apa yang di katakan oleh James Arthur tidak sampai ke dalam hati Cintya yang masih gusar, akibat kecemburuan di dalam hatinya kepada Bella Saphira yang menginap di apertemen James Arthur. "Sudah malam, Sana masuk ke dalam rumah!" perintah James Arthur dengan nada lembutnya kepada Cintya yang masih duduk dengan wajah sedih. Melihat Cintya yang tidak ada niat untuk turun dai dalam mobil. James Arthur mendekati wajah Cintya. Lalu melumat bibir ranum itu dengan pangutan, Lalu melepaskannya secara mendadak. "Hanya malam ini Bella Saphira menginap di apertemen, Kau harus sabar dan jangan berpikir yang tidak-
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te