Adam Levine menatapi Leo dengan tatapan kasih sayang. Ia juga tidak berani mengatakan sejujurnya bahwa ia adalah dokter tidak baik di masa lalu. Tapi sebisa mungkin Adam Levine berjuang untuk menutupinya dan kini berusaha memberikan kesan baik kepada Leo sebagai seorang ayah. "Daddy akan menyekolahkan mu di sekolah tahun depan. Jika nilai mu bagus tahun ini," ucap Adam Levine yang ingin Leo meningkatkan kemampuan dan bakat serta bisa loncat secepatnya. Maka ia tidak akan sayang uang untuk membiayai sekolah Leo lebih tinggi agar Leo mempunyai masa depan yang jelas. "Tapi..." ragu Leo, karena biaya sekolah medis sangat mahal dan ia juga kasihan melihat Adam Levine yang selalu lembur kerja demi biaya pendidikannya. Adam Levine meraih tubuh mungil itu untuk duduk di atas pangkuannya. Kemudian mengecup kening Leo. "Daddy maih punya uang dan kamu bisa pakai biaya siswa sebagai siswa jenius," jelas Adam Levine yang menghibur Leo serta memeluknya secara erat. Shimon yang kini beranjak r
"Kitakan bestfriend bro," Ricky sengaja mengatakan kalimat tersebut untuk menghibur William Randolph yang kini dalam masalah besar. William Randolph hanya bisa mendengus kesal dan sekaligus terbantu akan keberadaan Ricky yang kadang seenak hati. Mendengar suara dengusan William Randolph yang kasar, Ricky tertawa terbahak-bahak. Ia tahu William Randolph pasti menderita belakang ini atas kebodohan yang di lakukan tanpa sadar. "Kenapa tidak cari wanita jalang untuk melepaskan emosimu?" tanya Ricky dengan sebelah alis terangkat dan sekaligus menghina William Randolph yang tidak menyentuh wanita lain selain Bella Saphira. William Randolph memutar kedua mata secara malas akan pertanyaan Ricky yang di anggap menyebalkan dan juga menyindir. "Maunya seperti itu, tapi mata-mata pak tua menyebalkan ada di mana-mana." Tawa Ricky semakin nyaring. Ia tahu rasanya bagaimana tidak berhubungan intim selama itu. "Oya, aku sudah mendapatkan alamat rumah Bella Saphira. Tapi sepertinya tidak mudah u
"Wanita jalang sepertimu harus di berikan pelajaran lebih menyakitkan dari sebelumnya, jika perlu aku akan membuat mu menyesal dari sebelumnya," batin jahat William Randolph yang masih dendam kesumat kepada Bella Saphira yang berani melahirkan anak tanpa seizin dirinya. Bella Saphira yang berbaring tanpa busana, tetiba ia teringat belum membalas pesan Adam Levine yang mengantar Leo ke sekolah. Sebagai seorang ibu yang mengkawatir keselamatan anak yang tidak ia harapkan. Bella meraih kain tipis untuk menutupi tubuh. Kemudian berjalan ke arah baju yang di titipkan untuk mencari keberadaan ponsel. Sedangkan William Randolph masuk ke dalam ruangan dengan rahang mengeras, ketika mendapatkan keberadaan Bella Saphira tidak ada di dalam ruangan. Ia pun berjalan ke arah ruangan lain untuk mencari keberadaan Bella Saphira sembari mengumpat dalam hati dengan banyak kata-kata kasar. "Pelayan sialan, berani sekali membohongi aku. Apa sudah bosan hidup?" umpat Willia
"Bel... Ini demi kebaikan kita semua," Erick Stephen kembali bersuara. Ia mengusap wajah Bella yang terdapat sisa air mata.Erick Stephen tahu Bella saat ini tidak bisa mengambil keputusan, sehingga sabar ia hanya bisa sabar dan perlahan-lahan memberikan pengertian kepada Bella.Bella menatapi wajah tua Erick Stephen sesaat. Kemudian menundukkan kepala dan tidak bisa mengeluarkan suara, ia masih ketakutan dan tubuhnya tidak berhenti bergetar sejak tadi. Karena bayang-bayangan tersebut masih menghantui dirinya sampai saat ini.Memastikan Bella tidak melakukan hal nekat, Erick Stephen kembali mengemudikan mobil ke arah rumah sakit dengan perasaan marah dan emosi bercampur di dalam hati."Kenapa pria sialan itu harus kembali kehidupan Bella?" batin Erick Stephen yang mengoceh dalam hati."Aku tidak akan membiarkan pria sialan itu mengambil kedua cucu aku," lanjut batin Erick Stephen yang berjuang untuk mempertahankan hak asuh anak ada di tangan Bella atau Adam Levine.***Puas melakukan
William Randolph menatapi kedua anak itu dengan tatapan sedih. Ia tahu perjuangan untuk mendapatkan hak asuh kedua anak itu tidak akan mudah mulai sekarang maupun di masa depan. Merasakan kehadiran William Randolph yang mengusik ketenangan batin dan juga takut kedua cucu kenapa-kenapa. Erick Stephen tidak ingin berlama-lama di satu kawasan yang dekat dengan keberadaan William Randolph. "Aku tahu tujuan busuk mu, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan kedua cucu aku." Erick Stephen membulatkan tekad, bagaimana pun caranya. Ia akan mempertahankan Leo dan Lilica bagaimana caranya. "Ayo pulang," ucap Erick Stephen kepada kedua anak yang sedari bermanja-manja. Leo mencebikkan bibirnya karena tidak ada niat untuk pulang awal. Sedang Lilica merupakan anak yang penurut jadi tidak akan melakukan perlawanan. Melihat tingkah Leo yang tidak biasanya. Erick Stephen mengusap kepala Leo dengan lembut. "Kenapa?" Erick Stephen berusaha mencari tahu keinginan L
"Kenapa sore, mengapa tidak sekarang?" protes Lilica yang menarik lengan baju Shimon dengan tatapan sedih. Pandangan mata Shimon menurun ke arah wajah mungil Lilica yang hampir menagis. "Cengeng," seru Shimon yang mengelus kepala Lilica dengan lembut di sertai dengan tawa kecil. Lilica yang tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi berlomba-lomba keluar. Kini ia membiarkan air mata itu jatuh dari kedua bola mata beriris hazel. Melihat Lilica menagis dalam diam. Erick Stephen melirik ke arah Shimon dengan tatapan tajam. "Aku pergi kerja, tunggu aku pulang. Jangan jadi anak cengeng," bisik Shimon di dekat telinga Lilica. Lilica yang benci dengan sikap Shimon yang berubah dingin belakangan ini. Ia langsung memeluk Shimon secara erat untuk menuangkan segala perasaan gusar di dalam hati. Shimon tidak marah atau menasehati Lilica. Ia mengelus kepala Lilica dengan lembut. "Sabtu aku libur, kita semua pergi piknik ke laut. Bagaimana," Shimon sengaja mengeluarkan topik pembicaraan aga
Merasakan getaran dan ketakutan di dalam tubuh, Robert Randolph berusaha susah payah untuk tenang. "Tenang.... tenang," batin Robert Randolph yang berusaha untuk menenangkan diri dan juga mencoba untuk tidur awal. "Ini semua pasti mimpi," batin Robert Randolph yang masih menyangkal apa yang di katakan oleh William Randolph barusan. *** Pagi datang ke lebih cepat dari biasanya. Lilica sudah mempersiapkan bikini yang akan di pakai ke pantai. Sedangkan Leo mempersiapkan berapa alat untuk membuat istana pasir. "Jangan nakal dan dengar apa kata kakek Erick," Adam Levine memperingati kedua kembar yang terlihat bahagia sejak pagi. "Daddy tidak ikut pergi?" Lilica bertanya dengan wajah polos. Ia berlari kecil ke arah sang ayah. Adam Levine memperlihatkan senyum tipis, ia mengelus kepala Lilica dengan kasih sayang. "Daddy harus jaga mommy kalian, dia demam sejak semalam." "Daddy," Leo berlari ke arah Adam Levine, ia memeluk Adam Levine dengan kasih sayang dan juga memperlihatkan sikap
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te