Home / Romansa / Belongs to the Player / 22. Football Player

Share

22. Football Player

Author: Cherry Blossom
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Chapter 22

Football Player

Alva membukakan pintu mobil untuk Sidney kemudian setelah Sidney duduk dengan anggun di bangku samping kemudi, ia menutup pintu mobil dengan hati-hati. Senyum tipis tersungging di bibir pria itu karena usahanya untuk mendekati Sidney berjalan dengan sangat mudah seolah Sidney adalah kado yang disiapkan Tuhan untuknya.  Ia masih tidak menyangka jika pengejarannya berjalan tanpa hambatan yang berarti. 

Alva kemudian duduk di belakang kemudi dan perlahan-lahan menginjak pedal gas mobil, sesekali ia melirik Sidney yang sedang mengaplikasikan lipstik. Jika bukan karena harus pergi ke Glamour Entertainment demi keprofesionalan dalam pekerjaan, Alva bersumpah lipstik yang menghiasi bibir indah Sidney tidak akan ia biarkan bertahan lebih dari beberapa menit. 

Ia berdehem. "Untuk ukuran seorang Johanson, kurasa sebuah BMW terlalu seder

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
terimakasih untuk Leonel wkwkkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Belongs to the Player   23. Little Bit Privacy

     Happy Reading and Enjoy! Chapter 23 Little Bit Privacy Sidney masih menyandarkan kepalanya di sandaran sofa sambil memejamkan mata saat pintu ruang kerja Leonel berderit, dengan enggan ia membuka matanya sedikit lalu memejamkannya kembali. "Kenapa kau memberitahu masalahku pada keluarga kita?" tanya Sidney ketika merasakan keningnya dikecup oleh Leonel. "Aku tidak," ujar Leonel sembari menghempaskan bokongnya di samping Sidney. Bahu Sidney terguncang karena tawa tertahan. "Jadi, Mommy, atau mungkin Sophia ada di dalam lingkaran close friends Melanie?" "Itu jelas mustahil." Sidney membuka matanya perlahan lalu menatap Leonel. "Gabe?" tanyanya seraya menaikkan alisnya. Leonel menatap saudari kembarnya seraya mengulurkan t

  • Belongs to the Player   24. On New Deal

    Happy Reading and Enjoy! Chapter 24 On New Deal "Dari mana saja kau?" tanya Gabe sembari menegakkan punggungnya. Sidney menelan ludah, tatapan dingin Gabe menciutkan sebagian nyalinya. Tetapi, ia tahu tidak akan terhindar dari cercaan pertanyaan yang akan didapatkan dari Gabe. "Aku ada urusan di Glamour Entertainment." Gabe menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Sejak tadi malam?" Sidney melangkah memasuki ruang kerjanya dan menutup pintu. "Aku menggantikan Leonel di pertemuan pagi seperti biasa dan kau tidak perlu bersikap seperti ayah dari gadis kecil yang baru saja mengalami puber, oke?" Gabe tampak tidak senang dengan jawaban Sidney, ia bangkit dari duduknya. "Di mana kau tadi malam?" Sidney mendengus pelan. "Gabe, tidak semu urusanku harus kau ketahui."

  • Belongs to the Player   25. Palma and Beach

    Happy reading and Enjoy!Chapter 25Palma and Beach"Kau yang menginginkan untuk mencoba hubungan serius."Menurut Sidney, membuat kesepakatan baru bersama Gerald adalah kesalahan besar. Ia menggelengkan kepala. "Tidak. Itu kesalahanku dan kau juga memiliki Melanie.""Aku akan mengatasi hubunganku dengan Melanie, dan aku telah menjelaskan pada orang tua kita.""Dan?" Sidney ingin tahu apa tanggapan keluarganya tentang apa yang telah terjadi pada Gerald."Orang tuamu....""Mereka tidak masalah jika aku ingin memutuskan pertunangan kita," potong Sidney dengan nada sangat yakin. "Aku tidak salah, 'kan?"Gerald mengangguk. "Ya."Sidney menghela napas lega. "Nah, aku hanya harus membicarakan hubungan kita secara pribadi denganmu kemudian ki

  • Belongs to the Player   26. Listen to You

    Happy reading and Enjoy!Chapter 26Listen to YouSidney mengakhiri panggilan Alva kemudian melompat turun dari tempat tidur dan berlari ke luar sari kamar. Ketika menuruni tangga, ia bertemu Alexander, ayah tirinya yang sedang duduk di kursi.Alexander tidak sendirian karena seorang balita memiliki rambut berwarna cokelat keemasan dengan mata berwarna biru bersamanya, balita itu duduk di atas meja bersama beberapa mainan yang berjajar di depannya dan tentunya mengoceh menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh bayi itu.Sidney mendekati mereka. "Dad, selamat sore," sapanya kepada Alexander kemudian mengelus rambut balita bernama Dylan dengan lembut lalu membungkuk untuk mengecup pelipis anak itu. "Kau di sini rupanya, Sayang?"Balita itu memandang Sidney sekilas dan berucap, "Ney...." Ia mengambil satu potongan puzzle dan

  • Belongs to the Player   27. Is He a Good Father?

    Happy reading and enjoy!Chapter 27Is He a Good Father?Ia dengan cepat mendekati Leonel dan langsung melotot kepada saudara kembarnya. "Apa-apaan kau ini?""Hai, Dylan. Kau tampan seperti aku," ucap Leonel seraya mencubit pipi keponakannya.Sidney mendengus. "Kenapa kau membawa Alva ke sini?"Leonel melirik ke arah Alva. "Aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menjamu makan malam salah satu pemain bola favoritku di rumah kita.""Kau ini!" ketus Sidney.Leonel terkekeh. "Kenapa kau sewot?"Benar. Kenapa Sidney harus sewot karena Leonel membawa Alva ke tempat tinggal mereka? Bukankah Leonel berhak membawa siapa pun? Dan lagi pula bukan pertama kali juga Leonel menjamu aktor maupun orang penting lainnya dengan mengadakan makan malam bergaya san

  • Belongs to the Player   28. Sidney's Dream

    Happy reading and Enjoy! Chapter 28 Sidney's Dream Sidney berdiri di balkon rumah yang menghadap halaman belakang, dari sana ia bisa melihat pemandangan keluarganya yang terlihat bahagia dalam kebersamaan dan Alvaro Leonard, sang bintang sepak bola itu berada di tengah-tengah mereka. Pemandangan yang sangat menghangatkan perasaannya. Tidak jauh darinya Sophia berdiri dengan posisi yang sama, ia juga menatap keluarga Johanson yang sedang larut dalam suasana hangat menjamu seorang pemain sepak bola ternama. "Leonel pandai memilih siapa yang dijadikan rekan bisnisnya, ya?" ucap Sophia seraya tersenyum. "Dia seperti ayah kalian, ayah kalian selalu matang dalam memperhitungkan segala sesuatu." Ayahnya hanya kurang beruntung dalam percintaan. Tapi, sudahlah. Itu masa lalu yang bukan urusannya dan juga ayahnya telah menikahi He

  • Belongs to the Player   29. Poker

    Happy reading and enjoy! Chapter 29 Poker Terlalu banyak kebetulan yang Sidney hadapi meski sebenarnya di dunia ini tidak ada kebetulan, apa pun itu karena semuanya telah diatur. Tetapi, Sidney lebih menyukai menyebutnya kebetulan karena ia duduk tepat di depan Alva. Tidak dipungkiri jika Sidney merasakan gugup meski mereka pernah lebih dekat dari pada sekedar duduk di meja makan berhadapan. Saking gugupnya, Sidney hingga tidak berselera dengan makanan di piringnya karena sejujurnya ia lebih berselera dengan pria di depannya. Ya Tuhan. Dahi Alva terlihat sedikit berkeringat, mungkin karena ia terlalu banyak berdiri di depan mesin barbeque. Terlihat sangat seksi seperti seorang model iklan produk rambut pria, jari-jarinya tampak kokoh mencengkeram garpu dan pisau, otot lengannya.... Sidney tahu sepe

  • Belongs to the Player   30. Goal Challenge

    Happy reading and enjoy!Chapter 30Goal Challenge"Nah, kebetulan kau datang, Gabe," ujar Leonel seraya menyerahkan gelas berisi sampanye kepada Gabriel. "Tolong, gantikan hukumanku.""Tidak, kecuali Sidney yang kalah baru aku menggantikannya," ujar Gabe.Leonel berdecak. "Sekali ini saja." Gabe menyingsingkan lengan kemejanya seraya menatap Alva. "Hai, Tuan Leonard. Apa kabarmu? Tidak menyangka kita bertemu lagi dan di sini," sapanya dengan nada sangat ramah.Alva tersenyum ramah. "Ya. Senang bertemu kembali denganmu."Gabe duduk di samping Sidney dan menarik gelas yang diberikan Leonel ke arahnya. "Sayang sekali tadi aku tidak bisa bergabung bersama kalian, ada pertemuan yang harus kuhadiri." "Akhir-akhir ini kau sibuk sekali, ya?" tanya William. "Ya. Lumayan, tapi sebenarnya yang paling membuatku sibuk adalah perusahaan yang dipegang Sidney," jawab Gabe setelah menyesap sampanye kemudian meletakkan gela

Latest chapter

  • Belongs to the Player   Epilogue

    Epilogue Enam tahun rumah tangga Sidney dan Alva tidak terasa dilalui, mereka menikmati hubungan rumah tangga yang harmonis—nyaris tanpa kendala yang berarti kecuali pertengkaran kecil yang lumrah. Selama itu pula Sidney mengikuti ke mana pun suaminya pergi untuk bertanding, bukan karena ia takut ada wanita yang akan mengambil Alva. Melainkan dirinya tidak sanggup jauh dari hangatnya tatapan suaminya, begitu juga Alva yang tidak bisa jika Sidney terlepas dari pandangannya. Di tempat tinggal pribadi mereka yang berada di Palma, Sidney meringkuk di samping tubuh Alva yang hanya mengenakan celana pendek, lengannya melingkar di pinggang suaminya dengan posesif seolah enggan jika suaminya menjauh darinya meskipun hanya berbeda detik. Sidney tidak sedang tidur, ia hanya sedang merasakan kebahagiaan yang melampaui kebahagiaan lain karena setelah lebih dari enam tahun menikah akhirnya mereka akan memiliki buah hati. Suaminya memang tidak pernah mengungkapkan keinginan apa lagi menuntut adan

  • Belongs to the Player   40. Belongs to the Player-End

    Happy reading and enjoy! Chapter 40 Belongs to the Player-End Satu persatu teman Alva mendekat, menyapa kemudian memberikan selamat atas hubungan mereka dan pastinya mereka juga menggoda Alva dengan pembicaraan khas pria. Untungnya mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris sehingga Sidney tidak perlu merasa terkucilkan. Meski beberapa orang menggunakan bahasa Spanyol, tetapi Alva dan Aliyah dengan senang hati menerjemahkannya untuk Sidney. Sikap ramah dan santai teman-teman Alva membuat perasaan canggung yang menggelayuti pikirannya sejak Sidney memasuki tempat pesta sedikit memudar, bahkan beberapa orang wanita pasangan teman-teman Alva juga menyapa dan berusaha mengakrabkan diri kepada Sidney. Sidney tersenyum seraya mengeratkan tangannya yang berada di dalam genggaman tangan Alva, ia belum pernah merasa sebaik ini berada di tengah orang asing dan menjadi pusat perhatia

  • Belongs to the Player   39. Marry Me

    Happy reading and enjoy! Chapter 39 Marry Me Alva menghentikan langkahnya saat memasuki ruang ganti karena matanya terpaku pada sosok Sidney yang sedang berdiri membelakanginya di depan cermin. Wanita itu terlihat sempurna mengenakan barang-barang pilihnya, kecuali bra yang tidak dikenakan oleh Sidney karena gaun itu ternyata dirancang untuk dikenakan tanpa bra.Ia kemudian melangkah menghampiri Sidney dan lengannya langsung melingkari pinggang ramping kekasihnya dan berbisik, "Aku menyesal memilih gaun ini."Gaun itu seolah di desain khusus untuk Sidney, nyaris tanpa cela menonjolkan liukan tubuh Sidney.Sidney melirik cermin untuk memastikan riasan sederhananya dan juga tatanan rambut yang ia buat sendiri menggunakan kemampuan terbaiknya, khawatir jika riasannya terlihat payah karena di pesta nanti mungkin akan ada banyak wanita cantik yang mendampingi para pemain sepak bola. "Gaun yang indah dan aku tidak

  • Belongs to the Player   38. I Love You

    Happy reading and enjoy! Chapter 38 I Love You Alva menggenggam telapak tangan Sidney menjauhi stadion dengan dikawal beberapa orang bodyguard karena wartawan dan beberapa penonton mengikuti mereka seolah haus akan berita percintaannya yang seketika mengguncang jagat sepak bola dan juga hiburan. Seorang Alvaro Leonard yang beberapa tahun belakangan ini tidak pernah terdengar memiliki kekasih tiba-tiba mencium seorang wanita di tribune dan diketahui wanita itu adalah salah satu putri keluarga Johanson, tentunya berita itu menjadi sangat menarik. Lebih menarik dari pada dua gol yang dicetaknya. "Sepertinya kita membuat kerusuhan," seringai Alva seraya mengeratkan genggamannya di telapak tangan Sidney. "Aku belum pernah dikejar wartawan seperti ini," ujar Sidney dengan polos dan diselingi tawa ringan. Bahu Alva terguncang pelan. "Mulai hari ini kau harus menghadapi mereka." Sidney merengut, tetapi wajahnya tetap merah meron

  • Belongs to the Player   37. Never Surrender

    Happy reading and enjoy! Chapter 37 Never Surrender "Dua gol yang indah." Suara itu membuat Alva yang sedang memasang kancing kemejanya mengerutkan keningnya. Dengan gerakan santai berbalik dan mendongakkan kepalanya, bibirnya mengulas senyum tipis saat mendapati wanita di depannya. Dibandingkan enam tahun yang lalu, Jasmine jauh lebih terlihat matang dan pastinya banyak perubahan dari penampilannya yang tidak lagi kekanakan. "Jasmine?" sapanya seraya menyelesaikan mengancingkan kancing kemejanya. "Sepertinya aku selalu kehilangan momen yang tepat jika berurusan denganmu," ujar Jasmine dengan nada murung. Alva memiringkan kepalanya dan kembali mengerutkan keningnya. "Maksudmu?" "Kau selalu tidak memiliki ruang kosong untuk kutempati. "Jasmine mengedikkan bahunya kemudian menghela napasnya. "Mulai besok aku akan menjadi salah satu pengurus tim ini." Alva tersenyum seraya mengangkat sebelah le

  • Belongs to the Player   36. Kept His Promise

    Happy reading and enjoy! Chapter 36 Kept His Promise Pergi ke Madrid seorang diri mungkin lebih baik dibandingkan pergi bersama Gabe dan Leonel. Ia dan Gabe memang sudah sepakat untuk mengakhiri ganjalan dalam hubungan mereka, tetapi nyatanya ketegangan di antara mereka masih membentang.Keberadaan Leonel bahkan tidak mencairkan suasana karena saudara kembarnya sibuk dengan iPad-nya selama perjalanan, sedangkan Gabe tidak membuka mulutnya, pria itu bersandar dengan nyaman di kursinya dan memejamkan mata sembari mendengarkan musik dari earphone-nya. Sementara Sidney yang tidak bisa memejamkan matanya mulai dilanda kebosanan setelah tiga puluh menit pesawat lepas landas dan mulai merasakan kegelisahan yang sebenarnya telah lama bercokol di dalam benaknya.Bagaimana jika Alva gagal mencetak dua gol?Pemikiran itu telah menghantui Sidney sejak kesepakatannya bersama Alva bergulir, yang artinya hubungannya bersa

  • Belongs to the Player   35. The Empty Hopes

    HAPPY READING AND ENJOY!Chapter 35The Empty Hopes Sidney bersenandung mengikuti suara penyanyi yang keluar dari speaker ponsel seraya mengaplikasikan maskara di bulu matanya, sesekali ia melirik ke arah jam di layar ponselnya yang diletakkan di atas meja rias. Ia sudah beberapa kali menonton pertandingan sepak bola di stadion, tetapi karena dulu ia tidak memiliki pemain bola yang diidolakan dan juga karena berada di stadion karena ajakan Gabe, rasanya menonton pertandingan menjadi biasa saja. Namun, hari ini sangat berbeda. Rasanya sangat mendebarkan, juga menyenangkan. Mendebarkan karena ia akan bertemu Alva dan menyenangkan karena akan menyaksikan sendiri perjuangan Alva untuk mendapatkannya. "Kau sudah siap?" Suara itu membuat Sidney mengalihkan pandangannya ke arah pintu di mana Gabe berdiri di sana dan seketika Sidney mengerutkan keningnya. "Gabe?" "Aku memutuskan ikut bersama kalian ke Madrid," ucap Gabe seraya mendekati Sidney. Si

  • Belongs to the Player   34. No!

    Happy reading and enjoy! Chapter 34 No! "Apa ada acara di rumah ini dan aku tidak tahu?" tanya Leonel saat kakaknya muncul di tempat tinggalnya bersama istrinya dan kedua anaknya. "Apa mengunjungi kediaman orang tua harus menunggu ada acara?" William yang menuntun Mandy menaikkan sebelah alisnya kepada Leonel. Leonel mengedikkan bahu kemudian melangkah menyongsong Mandy dan menggendong gadis kecil itu lalu menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi di pipinya. "Aku dan Sidney berencana pergi," ujar Grace yang berdiri tidak jauh dari William seraya memegangi kereta dorong bayi. Di dalamnya, Dylan terlihat nyenyak tertidur dengan empeng di mulutnya. "Dan kau meninggalkan para pembuat onar kecil di sini?" Leonel menciumi perut Mandy dengan gemas hingga gadis kecil itu terkekeh-kekeh. "Tenang saja, kami akan mengganggumu sampai kau tidak memiliki waktu bersantai," cetus William seraya mengambil alih kereta

  • Belongs to the Player   33. Obsession

    Happy reading and enjoy! Chapter 33 Obsession Jasmine Sinclair telah terbiasa dengan dunia sepak bola sejak ia berada di dalam kandungan ibunya. Ayahnya seorang pemain sepak bola dan ibunya seorang penari balet, keduanya dipertemukan dalam cerita yang menurut Jasmine unik dan mereka memutuskan untuk menikah. Jasmine mengira ayahnya akan menjadi pelatih di sebuah club sepak bola saat masa pensiunnya tiba, tetapi ayahnya justru mengambil langkah yang mengejutkan dengan menerima tawaran dari pemilik club yang ingin menjadikan dirinya salah satu petinggi club dan beberapa tahun kemudian ayahnya menduduki jabatan sebagai presiden club. Sebagai putri mantan pemain sepak bola yang sekarang menjabat sebagai presiden club, ia seringkali mengikuti ayahnya untuk sekedar turun ke tempat para pemain bola berkumpul ataupun berlatih, baik di lapangan dan di pusat kebugaran milik club dan di sana lah ia bertemu dengan Alvaro Leonard.Pria it

DMCA.com Protection Status