Hari yang sangat tidak mengenakkan bagi Nesya. Gadis itu bangun setelah tidur hanya dua jam. Ia terkejut ketika melihat jam telah menunjuk ke angka tujuh."Astaga!" pekiknya panik. Ia menjambak rambutnya selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk bergerak.Ia menatap wajahnya di kaca. Ia kebingungan sebab tidak tahu cara memasak. Beberapa hari ini, ia masih bisa merasa aman dan tenang sebab Ben telah mempersiapkan segala sesuatunya.Walau begitu, ia tetap harus berangkat bekerja. Terlebih lagi, tak ingin menyia-nyiakan pekerjaan yang telah ia selesaikan. Baginya pembalasan dendam terbaik adalah dengan melewati setiap tantangan dari musuhnya."Setengah jam!" Iya, dalam setengah jam ia bisa menyelesaikan urusan dengan dirinya sendiri, walau sekarang rumah itu tampak sangat berantakan. "Tenang, Nes. Tenang. Kita akan beresin semua kekacauan ini setelah kembali dari kantor. Ok?"Gadis itu memantapkan diri untuk berangkat. Tatkala ia telah menutup pintu dan sedikit membungkuk u
Mery sangat kaget setelah mendengar kabar jika Kiara tak lagi ingin tinggal bersamanya, tepat seperti apa yang ada di pikiran Lehon."Nenek, nggak usah terlalu dipikirkan. Sudahlah, yang penting Nenek baik-baik saja sekarang. Biarkan dia memilih jalan hidupnya, yang penting kita tidak pernah bermaksud menyakitinya."Mery terdiam dan duduk di kursi goyangnya. Hidupnya seolah tidak menarik. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang, tanpa Kiara. Terlebih lagi, Susi yang selalu sibuk dengan Jodi. Entah sejak kapan keduanya selalu melakukan pekerjaan bersama-sama."Nek, kita makan, yuk? Setelah makan siang nanti, aku mau ke kantor. Ada berkas yang harus diurus dan diperiksa. Hari ini harus masuk kantor."Tak ada pilihan, tidak ingin membuat cucunya merasa sedih. Wanita tua itu pun mengangguk setuju. Ia melangkah bersama-sama dengan Lehon menuju meja makan. Tempat itu juga hanya diisi oleh mereka berdua sebab Jodi dan Susi masih tidak kembali."Sepertinya nenek ada pekerjaan baru sekarang."
Tidak terasa, sebulan telah berlalu. Jadwal penggajian untuk karyawan Handly Group kembali dilangsungkan. Mereka tersenyum bahagia sebab mendapatkan bonus di masing-masing rekening. Tak terkecuali dengan Kiara dan Nesya.Ayu mendatangi keduanya untuk bertanya. "Apa memang sering begini?"Nesya mengangguk dan tersenyum. "Ya, kalau perusahaan kita mendapatkan untung yang besar, kita akan mendapatkan bonus. Kadang juga makan bersama general manager. Dulu begitu. Sama Pak Lehon mah, seru. Sayangnya dia udah jadi presdir sekarang, digantikan sama temannya yang itu tuh." Nesya mengoceh seraya menunjuk dengan bibirnya ke arah Abi yang baru saja naik ke lantai dua."Nesya ... nggak boleh gitu. Kamu kelihatannya enggak terlalu suka dengan dia. Betul?" ucap Ayu menebak-nebak."Bukan cuma nggak suka, Kak. Bener-bener nggak suka! Udah ah, skip. Malas kalau bahasannya ada dia." Membuang pandangannya dan fokus dengan kening Kiara yang masih meninggalkan sedikit bekas."Itu kenapa lagi?" tanya Ayu.
Sore itu, Nesya terpaksa menumpang teman kerjanya untuk pergi ke kampus sebab kedatangan Ben yang tak kunjung datang. Hal itu juga membuat Kiara terpaksa menunggu sendiri di parkiran. Ia cukup resah sebab sudah terlalu lama menunggu, tidak banyak orang yang tersisa di kantor.Ia yang sedari tadi menolak tawaran seluruh teman kerjanya untuk mengantar pulang, kini sedikit menyesal. Ia melakukannya sebab mengingat ketidaksukaan pria itu apabila ia dekat dengan orang lain dan akan mengakibatkan kemarahan besar.Lehon yang tak sengaja lewat di pos penjaga kantor, pun masuk dan iseng memeriksa tampilan kamera pengawas. Matanya menyipit ketika melihat seorang gadis yang sepertinya ia kenali.Dengan segera ia mengambil alih dan memperjelas gambar itu. Alangkah terkejutnya ia ketika memastikan siapa orangnya.Langkah besarnya ia andalkan untuk segera ke parkiran dan menghampiri gadis itu, bersamaan dengan ponselnya yang mendapat pesan dari Abi yang sedang mengalami kesedihan teramat."Kamu bel
Kiara tampak hadir di kediaman Mery sekarang. Ia datang bersama Nesya yang memang ingin meminjam koleksi buku tentang bisnis, yang pernah dijanjikan oleh nenek dari bosnya itu. Keduanya segera disambut hangat oleh Mery. Wanita itu juga segera menyuruh Susi untuk membuatkan minum."Kami bisa buat sendiri, Nenek," ucap Kiara menolak dengan manis."Tidak apa-apa. Itu sudah menjadi tugasnya, biarin dia kerja sedikit, jangan terus-terusan nempel dengan Jodi," balas Mery terang-terangan.Hal itu membuat kedua gadis itu saling bersitatap sebelum akhirnya membahas hal lain. Dan kali ini, perbincangan itu menjurus ke arah buku-buku yang sedang dipelajari oleh Nesya saat ini. Giliran Jodi yang terpanggil."Tolong bawakan buku yang kemarin aku kumpulkan di gudang. Satu kardus penuh itu bawakan saja ke sini," pinta Mery yang segera dibalas hangat oleh Jodi.Kiara dan Nesya sadar jika sesuatu telah terjadi, namun mereka tidak punya kuasa dan keberanian untuk menanyakan hal itu.Gadis itu membawak
'Pak, enak kan makanannya? Sampai habis tak bersisa begitu. Ehem ... masakan Kiara emang nggak ada lawan!'Ucapan Nesya terus terngiang-ngiang di kepala Lehon. Ia merasa kesal kenapa bisa sebodoh ini."Arrghh!" pekiknya kesal. Ia menjambak kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.Ia bahkan sudah berusaha untuk bisa tidur, namun tetap saja tidak bisa."Kenapa aku tidak menjawabnya? Kenapa juga aku harus diam? Bisa saja kan, aku mengejek makanan itu. Tapi, tidak bisa! Karena makanannya emang enak!" Ia sudah seperti orang gila sekarang. Bahkan jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas. Sudah seharusnya ia beristirahat. Sudah begitu banyak posisi yang ia coba untuk bisa terlelap, namun tetap saja tidak berhasil. Satu cara terakhir yang belum ia coba dan kini memantapkan diri demi tidur yang nyenyak."Iya, masakan gadis itu emang enak. Iya, masakan Kiara emang enak dan cocok di lidahku," ucapnya seperti orang bodoh mengakui kebohongannya sejak tadi walau hanya dalam diam.Kini, perlah
Lagi, Ben tidak bisa menjemput Kiara sekarang. Sama seperti kemarin, ia menolak semua ajakan dan bantuan semua orang sampai akhirnya hanya tersisa dirinya. Dan lagi, tatkala keadaan sudah sangat menyepi, pria itu memberi kabar.Kali ini, ia cukup frustasi. Ia tidak cukup berani dan percaya untuk memesan ojek atau taksi online. Gadis itu terduduk dan terjongkok di sana. Ia lapar. Iya, bekal makan siang yang selalu dibedakan dengan Nesya membuatnya kelaparan sebab makanannya yang terbilang ringan."Ada apa?" tanya Dira yang datang dan mendekati mobilnya yang ternyata ada Kiara di sana."Eh, Kak Dira, maaf." Kiara segera menjauh sembari memegangi perutnya."Kamu belum datang jemputan, ya? Maaf aku nggak bisa bantu. Pamit pulang, ya." Wanita itu berlalu dari hadapan Kiara tanpa rasa bersalah sedikit pun.Kiara cukup kaget dengan tingkah wanita itu, berbeda sekali dengan tingkahnya ketika berada di kantor. Memang, baru kali ini ia berpapasan d
Malam yang berat bagi Kiara sebab ia merasa tenang diperhatikan oleh seseorang. Entah itu siapa. Tatkala nalurinya berkata posisinya tidak aman, ia mencoba memperhatikan sekitar dan tidak menemukan siapapun.Lehon membuat keputusan untuk mengantarkan gadis itu kembali. Sesungguhnya, perasaan Kiara sudah tidak nyaman sejak itu. Namun, benar kata bosnya jika waktunya telah malam dan tidak cukup baik untuk gadis sendirian."Saya turun di sini aja, Pak," katanya segera membuka handle pintu tatkala keduanya berada di persimpangan apartemen."Apa salahnya saya antarkan sampai di depan sana? Malu? Harusnya saya yang merasa seperti itu. Ya sudah, turunlah," ucap Lehon dengan kesal setelah membuat Kiara sedikit ragu untuk turun.Gadis itu segera berterima kasih dan segera bergerak untuk segera menuju apartemen dengan mendapat perhatian dari Lehon yang sama sekali tak ia ketahui. Gadis itu cukup serius dan pikirannya hanya tertuju untuk segera sampai ke rum