Pintu ruang kerja Zeus terbuka secara tiba-tiba. Anastasya muncul dengan kedua langkah kakinya yang terdengar menghentak keras.
Sesampainya di hadapan Enrico, Anastasya langsung menarik kerah pakaian Enrico yang sedang duduk dikursi kerja milik king Demon Zeus dengan tenangnya.
"Ana, kenapa masuk kemari, sayang?"
"Enrico! Kenapa kau malah diam saja disini! Cepat selamatkan Ratu Hera dari tempat mengerikan itu! Kau tidak dengar suara teriakannya tadi."
Enrico malah berkedip dengan wajah polosnya.
"Kenapa harus aku?""Tentu saja harus kau! Hanya kau bisa kumintai pertolongan" Ana bahkan sudah meneteskan air matanya. Perempuan itu takut memikirkan keadaan Hera yang suara jeritannya bahkan sudah tidak lagi terdengar.
"Bagaimana ini? Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada Queen Hera."
Ana tidak mau mendengar kabar bahwa Hera mati dan tubuhnya menjadi santapa
Jesselyn menatap kosong kearah cermin dihadapannya. Wajahnya yang sayu terlihat pucat pasi dan tanpa perona di bibir.Tepat dibelakang tubuhnya, ada dua orang perempuan dengan sebagian sisik di wajah mereka tengah menyisir rambut panjang Jesselyn."Ratu Hanna, apakah rambut anda perlu kami hias. Atau kami perlu mengikatnya jika anda mau."Jesselyn tidak menjawab.Terlalu malas baginya untuk sekedar membuka suara. Hingga tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang terdengar mendekat, menghentak lantai memasuki ruangan penuh dengan kaca itu.Jessy dapat melihat sosok King Darius melalui kaca cermin dihadapannya."Salam dari kami, King Darius.""Pergilah!"Kedua dayang tersebut segera membungkuk dan pamit undur diri secepat mungkin.Jesselyn meremas kasar kedua tangannya dengan tubuh menegang kaku. Kedua bola matanya ter
"Marrine, Akhir-akhir ini ada sesuatu yang aneh sering terjadi padaku?"Hera menatap pantulan dirinya dalam cermin. Tampak begitu anggun dan cantik setelah dua orang pelayan selesai mempersiapkannya. Marrine yang sedari tadi masih berdiri disebelah tempat duduk Hera, segera memasangkan mahkota Ratu berhiaskan emas permata diatas kepala wanita itu."Hal aneh seperti apa yang anda maksud, Yang Mulia Ratu?"Hera tampak terdiam untuk beberapa saat.Kedua matanya tampak mengerjap, lalu melirik kearah dua orang pelayan yang tampak sedang merapikan peralatan make up diatas meja rias.Lalu, Hera segera berdiri dan mendekatkan diri kearah Marrine."Aku menghisap darah seperti seorang vampir, apakah menurutmu itu wajar?" Bisik Hera tepat ditelinga Marrine, meski begitu dua orang pelayan wanita yang masih tampak sibuk disana bisa mendengar suara ratu mereka dengan sangat jelas.
"Hera, ada apa?"Sentuhan dibahunya, langsung mengembalikan kesadaran wanita itu. Hera cepat-cepat mengembalikan tubuh Alexandre kedalam gendongan ibunya. Sambil menerima tubuh putranya, Alexa menatap Hera dengan kening berkerut bingung."Hera, kenapa kau terlihat gelisah?"Hera terdiam.Dia sendiri masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Hera merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada sesuatu yang berusaha untuk terus mengendalikan tubuhnya sendiri tanpa Hera sadari."Luna Alexa, dimana Alpha Elios, aku tiba-tiba merindukannya.""Oh, aku merasa cemburu karena suamiku dirindukan oleh wanita lain.""Yang benar saja. Kau cemburu pada adik iparmu sendiri?"Alexa langsung tersenyum lebar."Aku hanya bercanda. Kau bisa mengunjunginya di barack pelatihan Istana, Queen Hera."Hera memutar kedua bola m
Suara jangkrik, mengiringi setiap langkah kaki Hera menyusuri hutan malam itu. Bulan semakin kehilangan cahayanya karena tertutup pohon-pohon tinggi yang rindang.Dalam gelap, Hera melangkah dengan wajah dingin.Berulangkali Hera telah menginjak tanaman berduri, bahkan sempat terjatuh kebawah karena gaun panjang yang terinjak oleh kakinya sendiri.Hera mengeluh dan segera merobek bagian bawah gaun hingga sebatas lutut menggunakan sebuah panah yang ia temukan menancap disalah satu batang pohon.Wanita itu dapat mendengar suara burung hantu tak jauh darinya. Suara gonggonggan anjing hutan dan binatang lain yang entah tidak Hera tahu apa namanya.Hera hanya terus melangkah, berjalan kesembarang arah tanpa peduli pada tubuhnya yang perih karena luka baret di kedua telapak kaki dan lengannya.Hera menatap kosong hutan gelap yang dipijakinya. Tidak ada rasa takut d
Hera terus melangkah bersama Azzura. Entah sudah berapa lama mereka mengelilingi hutan rimba yang luas itu. Dan selama perjalanan Azzura terus berbicara, menceritakan bagaimana hutan dan para makhluk yang tinggal didalamnya.Azzura bahkan sempat tertawa karena melihat Hera yang berjalan tertatih-tatih ketika mereka melewati tebing-tebing yang curam. Mengejek Hera karena ketakutannya pada ketinggian. Namun Hera tidak peduli. Toh, dia masih membutuhkan Azzura jika memang benar siluman itu bisa membawanya ke dunia manusia.Dunia yang mungkin jauh lebih baik.Namun, entah kenapa Hera tiba-tiba merasakan keraguan merayapinya hingga tanpa sadar wanita itu malah berhenti melangkah."Kenapa. Kau berubah pikiran?"Azzura menelengkan kepala, menatap Hera dengan ekspresi raut wajah bingung.Namun di detik berikutnya, Azzura memekik bingung ketika satu lengannya ditarik
"Iblis wanita?"Enrico bergumam dengan kedua mata terpejam seraya mengumpat pelan."Bagaimana bisa Ratu Hera berubah sebelum bulan purnama?" Erik bahkan sudah mengalihkan perhatiannya lagi kearah King Demon Zeus berada, namun sama seperti sebelumnya, Zeus masih saja diam dengan tatapan terus terarah pada Azzura yang masih bersimpuh di atas lantai.Azzura menelan ludah, lalu kembali meneruskan bicaranya dan berusaha tetap tenang. Dalam batinnya, Azzura berharap semoga Hera belum sempat membuat kekacauan di luar sana."Kami sempat diserang oleh kawanan serigala liar, Yang Mulia. Saya tidak tahu pasti bagaimana Ratu Hera bisa berubah, tapi ketika saya melihatnya, semua Rouge itu tiba-tiba terlempar bahkan sudah mati setelah ....""Dimana?""Ya, King?""Dimana kau melihat Ratu Hera saat itu siluman ular!" Azzura terbelalak terkejut, ketika Enrico tiba-tiba s
Zeus memutar tubuh Hera hingga masuk kedalam dekapannya secara tiba-tiba. Pria iblis itu memeluk Hera dari belakang dengan posesif, sebelum tiba-tiba sebuah kabut putih tebal muncul mengitari keduanya dan ratusan makhluk aneh muncul secara tiba-tiba.Alpha Elios, Delta Rayan dan seluruh warrior goldenmoon pack disana segera mengambil sikap untuk melindungi Zeus dan ratu mereka."Makhluk aneh darimana itu?""Itu hanyalah boneka."Wush!Tanpa aba-aba, semua makhluk itu sudah menyerang maju secara bersamaan. Hera yang masih berada dalam pelukan Zeus sampai terombang-ambing, melihat pemandangan baku hantam yang terjadi sementara dirinya didekap layaknya boneka marmut yang tidak bisa menggigit.Hera melirik kearah Zeus dengan ekspresi wajah kesal, dia juga ingin bertarung dan mengoyak habis makhluk serupa manusia berbulu itu menggunakan kedua tangannya. Tapi bukannya segera melepas
Hera melangkah dengan tergesa-gesa, membuat Marrine yang mengikutinya meringis khawatir. Sementara Anastasya yang merasa sudah tidak sanggup lagi menyusul Hera dan Marrine, memilih untuk putar balik dan masuk kedalam kamarnya sendiri.Usia kandungannya yang sudah mendekati persalinan membuat Ana gampang merasa lelah. Oleh karena itu alih-alih mengurus Hera, Anastasya kini lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengurus dirinya sendiri.Hera berpegangan pada lengan Marrine yang menuntunnya dengan hati-hati menuruni anak tangga yang mengarah ke lantai bawah tanah.Setelah melewati puluhan anak tangga kecil dengan menahan napas, mereka akhirnya tiba dan melihat King Demon Zeus bersama Enrico seperti biasa.Tanpa di duga, Hera langsung mengambil alih pedang ditangan salah seorang pengawal yang berjaga di depan pintu masuk.Marrine terbelalak panik ketika melihat ratunya itu
Seera membuka satu matanya, memastikan Hera benar-benar telah keluar dari dalam kamar meninggalkannya sendirian. Setelah yakin jika kondisi sudah aman, gadis kecil itu segera melompat turun dan berlari ke arah pintu. Sebelumnya Seera sudah mengambil gunting untuk memangkas bagian bawah rok gaun yang dikenakannya hingga sebatas lutut, membuat gaun panjang yang Seera kenakan menjadi gaun pendek agar memudahkan gadis itu bergerak nantinya. Tidak ada waktu untuk berganti baju, karena kesempatan untuk kabur seperti saat ini adalah hal yang paling langka Seera dapatkan. Seera kemudian berjalan mengendap-endap menuju kearah belakang Istana Kastil. Masuk kedalam kandang kuda menghampiri salah satu kuda pony berbulu putih kesayangannya. Delmon, salah seorang penjaga kudalanjut usia yang melihat kedatangan Seera segera berjalan mendekati tuan putri Istana Darken itu dengan tubuh sedikit membungkuk sopan. "Princess Seera, apa yang ingin and
Seera Aquinsha terlihat sedang berdiri di pembatas balkon, menatap kearah halaman samping Istana Darken dengan kedua tangan menopang dagu. Gadis kecil itu terlihat sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk, terbukti dari bibir cembetut dan wajah ditekuknya. Tak lama kemudian, muncul sosok Marrine yang sedari tadi dibuat panik mencari-cari keberadaan Seera, dan langsung tersenyum lega begitu kedua netranya berhasil menemukan tuan putri dari Istana kegelapan itu. Marrine segera mendekat dan berdiri tepat di sebelah gadis kecil yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu, ikut memperhatikan apa yang sedari tadi tampak menyita perhatian Seera. "Princess Seera, apa yang sedang anda lakukan disini, kita harus kembali melanjutkan latihan tata krama anda sekarang juga." "Aku bosan." "Tapi Princess, jika Queen Hera tahu nanti anda akan kena marah." Seera terlihat menghela napas kesal, sekali lagi kedua matanya kembali
1 TAHUN KEMUDIAN.Hera berlari kecil meninggalkan taman bunga dengan menenteng rok gaun panjangnya menggunakan kedua tangan. Terus mengabaikan teriakan Marrine yang masih terdengar beberapa kali dibelakang sana.Senyumnya tak pernah pudar begitu mendengar kabar bahwa Zeus telah kembali.Sementara tak jauh dari posisinya, terlihat Marrine yang tampak sudah berhenti berlari dengan napas terputus-putus, mengusap keringat di keningnya sendiri menggunakan punggung tangan.Di usianya yang sudah bisa dikatakan tua ini, wanita setengah baya itu sudah tidak bisa lagi berlarian menyusul Hera yang telah menjauh. Marrine hanya bisa mengawasi ratunya itu dari arah kejauhan, meringis ngeri ketika melihat Hera yang beberapa kali terlihat hampir terjatuh karena tak sengaja menginjak rok gaunnya sendiri.Hera bahkan sudah berlari menaiki ribuan anak tangga pelataran yang akan membawanya kearah kastil Istana Darken yang terlihat semak
"Bukan begitu caranya!" Zeus mendelik. Merasa kesal karena Hera berulang kali terus memarahinya bahkan membentaknya. Akhir-akhir ini, Hera menjadi melunjak dan berani bersikap sok di hadapan King Demon Zeus. Seperti saat ini contohnya, raut wajah wanita itu tetap terlihat biasa saja meski King Demon Zeus sudah menampilkan wajah garangnya, tapi seakan sudah kebal dengan tatapan seperti itu, Hera lalu melengos tidak peduli sambil membenarkan posisi tubuh Ares dengan benar diatas pangkuan iblis itu agar bayi kecil mereka merasa nyaman. Ares sudah tidak menangis setelah Hera selesai menyusuinya lagi. Bayi kecil laki-laki itu memang sangat rakus dan kini tengah mengulum satu ibu jari tangan kanannya bahkan terlihat pasrah-pasrah saja ketika tubuhnya dijadikan kelinci percobaan oleh kedua orangtua kandungnya itu. "Letakkan tangan kirimu dibawah kepala antara leher dan kepalanya. Jangan mengabaikannya Zeus, kalau sampai salah nanti kepala Ares bisa tengleng." "Tengleng?" King Demon Zeus
"Hera?" Hera terkejut begitu ia terbangun dan langsung mendapati Alexa berada di dalam kamarnya. Wanita itu tampak mengamati sekeliling kamar, untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar masih berada di dalam kamarnya di Istana Darken. "Luna Alexa, kau?" Alexa langsung menubruk tubuh Hera begitu saja, memeluknya. "Hera maafkan aku." Hera benar-benar terlihat masih tampak linglung. Nyawanya sepenuhnya belum terkumpul. Lalu ketika ia melihat kearah box bayi, Ares tiba-tiba sudah tidak berada di sana, membuat wanita itu panik. "Putraku! Dimana putraku Ares?" Alexa segera mengurai pelukan mereka dan menenangkan Hera. "Anastasya telah membawanya ke luar, sedang bermain bersama Abercio dan Alexandre." "Alexandre disini?" Alexa mengangguk."Aku sengaja membawanya kesini." Hera segera mengambil kedua tangan Alexa dan menatap tepat kedalam bola mata kakak ipar
"Saya benar-benar sangat terkejut ketika melihat anda tadi Yang Mulia Ratu."Ana sudah duduk dikursi sofa setelah tersadar dari pingsannya, wanita itu terus memperhatikan ratunya yang saat ini sudah menidurkan Pangeran Ares didalam box bayi seraya mengusap pelan puncak kepala bayi lelaki itu.Melihat Hera yang terus tersenyum mengamati Pangeran Ares, sungguh membuat Anastasya merasa terharu. Pasalnya baru kali ini Ana bisa melihat interaksi ratunya itu dengan anak kecil."Saya sudah mengirimkan pesan ke Goldenmoon pack tentang kembalinya anda Yang Mulia Ratu. Saya rasa Alpha Elios sedang merayakan kebangkitan anda kali ini."Hera kemudian segera duduk di single sofa tak jauh dari Anastasya berada."Apakah kakakku pergi ke Istana Darken ketika berita kematianku diumumkan, Ana?"Anastasya tampak terdiam."Ana, cepat ceritakan padaku apa yang sebenarnya sudah terjadi."
"Kudengar, King Demon Zeus sedang menyibukkan diri didalam ruang kerjanya hari ini.""Benarkah? Menurutmu, apakah Yang Mulia menyesal setelah Lady Anastasya kemarin bicara begitu padanya?""Entahlah. Tapi aku salut dengan Lady Anastasya yang berani bicara seperti itu kemarin."Dua orang pelayan Istana Darken itu terlihat tengah asik bercengkrama setelah memastikan semua pekerjaan mereka telah selesai di kerjakan. Marrine yang merupakan seorang kepala pelayan di Istana Darken yang kebetulan baru saja tiba segera menegur kedua pelayan itu."Kalian berhentilan bergosip. Apakah kalian lupa bahkan tembok memiliki dua mata dan juga dua telinga."Kedua orang pelayan Istana Darken yang ketahuan sedang membicarakan King Demon Zeus itu langsung menunduk kaku, tidak berani menatap kearah Marrine.Salah satu dari kedua pelayan itu akhirnya berani membuka suara, meski dengan suara ya
Hari demi hari telah berlalu, keadaan Istana Darken kembali menjadi sepi mencekam. Ada kehidupan didalamnya namun semua makhluk disana seakan tak lagi memiliki gairah untuk terus melanjutkan hidup sejak kematian Hera di umumkan.Tidak ada upacara untuk hari kematian Hera seperti yang King Demon Zeus perintahkan. Tidak ada yang berani melihat bahkan hanya untuk sekedar mendekati peti mati yang menyimpan tubuh wanita itu.Semuanya berjalan seperti biasa. Seakan tidak pernah ada Hera di Istana kegelapan itu. King Demon Zeus hanya berkata, bahwa tubuh Hera telah dia kremasi dengan semestinya, tanpa menjelaskan secara rinci apa lagi yang Pria Iblis itu lakukan hingga beritanya seakan lenyap begitu saja.Tidak ada satu makhluk pun yang berani mengungkitnya, bahkan Alpha Elios dan segenap keluarga Goldenmoon pack tidak mendapatkan kabar baik.Hanya ada suara tangisan bayi kecil bernama Ares dan Abercio yang mampu membuat s
Lengkingan suara tangis bayi lelaki itu terdengar bersamaan dengan kedua mata Hera yang telah terpejam rapat. Tubuh lemahnya tergelepar begitu saja keatas ranjang dengan wajah pucat penuh dengan bulir keringat. Ester dan Yasmin yang membantu Hera bersalin langsung saling berpandangan dengan raut wajah cemas mereka.Ester kemudian bergegas menyentuh urat nadi di satu lengan Hera, sementara Yasmin sudah menyerahkan bayi lelaki penuh darah itu pada Marrine untuk segera dibersihkan."Yasmin, bagaimana ini? Queen Hera kehilangan denyut nadinya." Yasmin segera mendekat, meraih apapun yang ia sebut sebagai obat untuk memberikan pertolongan pertama dengan beberapa ramuan yang dia punya. Membaui hidung Hera agar wanita itu segera tersadar dengan mengoleskannya sedikit di pelipis dan dan kedua telapak kaki ratunya yang terasa semakin dingin.BRAK!"Hera!"Alpha Elios masuk kedalam ruang bersalin itu beg