"SAH." ucap para saksi yang hadir di sebuah hotel berbintang.
Para tamu yang hadir bertepuk tangan mendengar ucapan tersebut, lalu di lanjut dengan doa untuk kedua mempelai.
"Nah sekarang silahkan mempelai wanitanya untuk mencium tangan suami sebagai tanda bakti." ucap pak penghulu.
Clarissa hanya bisa mengikuti serangkaian acara yang sudah tersusun rapi walau dalam hatinya merasa kesal. Sama halnya dengan Aldo, dia tidak banyak membantah seperti biasa, ia hanya bisa pasrah menuruti keinginan Papanya.
Setelah selesai dengan acara sakralnya, kini di lanjut dengan foto keluarga. Setelahnya acara makan bersama untuk para tamu undangan yang hadir. Walaupun hanya keluarga inti dan sahabat dekat saja yang hadir, tidak membuat acara itu terasa sepi. Kehangatan sangat kental terasa.
"Akhirnya kamu bisa juga mengucapkan kata itu dengan sangat lancar, dude. Bahkan terdengar begitu sempurna dan juga merdu." ucap Bryan yang juga hadir di
Setelah menginap semalam di rumah mewah pemberian dari William. Kini Clarissa berniat untuk pulang ke apartemennya. Setidaknya dia akan melihat bagaimana kondisi apartemen saat dia tidak pulang tadi malam.Di tambah lagi sudah menjadi kesepakatan bersama kalau setelah menikah mereka tidak akan saling mencampuri urusan masing-masing. Jadi sepertinya kalau pun Clarissa pulang ke apartemen tidak akan jadi masalah, bukan?"Mau kemana?" tanya Aldo yang kini sedang duduk di kursi dekat meja makan menikmati sarapan, saat melihat Clarissa sudah rapi keluar dari kamar tamu."Pulang." jawab Clarissa dengan santai sambil berjalan mendekat kearah Aldo. Lalu dia duduk di kursi tidak jauh dari Aldo.Aldo mengerutkan keningnya mendengar jawaban Clarissa. "Pulang? Apa kamu sudah gila?" tanya Aldo."Kenapa?" tanya Clarissa tidak mengerti, lalu dia mengambil sepotong sandwich yang ada di meja lalu menyuapkan ke dalam mulutnya. Belum juga ia menelan sandwich di
Setahu Yudha, Clarissa tidak banyak memiliki teman laki-laki. Dan ini mungkin kali pertama bagi Yudha melihat ada yang datang menghampiri apartemen Clarissa sampai di depan pintu.Saat keduanya seperti sedang saling menilai satu sama lain, terdengar suara pintu terbuka. "Aldo?" ucap Clarissa saat melihat Aldo berada tepat di depan pintu. "Kenapa kamu ada di sini? Nggak sabaran amat sih, kan bisa nunggu di bawah." gerutu Clarissa. Yang hanya di tanggapi oleh Aldo dengan menaikkan sebelah alisnya sambil melirik pergelangan tangan yang terdapat jam tangan, seperti sebuah peringatan bagi Clarissa jika waktu yang di berikannya telah habis.Clarissa tidak dapat menangkap dengan jelas maksud peringatan dari Aldo. 'Bukankah tadi dia memberiku waktu setengah jam untuk berkemas? Kenapa dia malah naik ke sini sih?' batin Clarissa. Lalu dia melihat kearah pergelangan tangannya sendiri. seketika wajahnya pucat karena waktu setengah jam itu ternyata telah berlalu begitu cepat.
Seminggu pertama pernikahan adalah tahap penyesuaian diri antara Aldo dan Clarissa, mereka berdua melakukan beberapa kesepakatan supaya tidak mengganggu privasi masing-masing. Diantara kesepakatan itu adalah tidak saling mengusik area pribadi mereka, jika Aldo memilih lantai atas untuk area pribadinya. Sedangkan Clarissa harus rela tinggal di lantai bawah.Keduanya seperti sengaja memasang pembatas tak kasat mata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya menghindari supaya tidak saling jatuh cinta. Aldo juga meminta papanya menarik para pelayan yang ada di rumah itu supaya kembali bekerja di rumah lamanya, yaitu rumah orangtua Aldo tentunya. Aldo berasalan supaya mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu berdua saja untuk semakin mengenal satu sama lain.Aldo hanya meminta supaya para pelayan datang cukup seminggu sekali membersihkan seluruh rumah, selebihnya di hari-hari biasa Clarissa yang bertugas untuk membereskannya. Karena mereka lebih banyak menghabiskan
Clarissa yang kini sudah sampai di kantor barunya, ia langsung diarahkan menuju ke ruang kerjanya. Ia tidak menyangka jika ruang kerjanya adalah di dekat meja CEO, dan jabatan yang ia peroleh kini sebagai sekertaris pribadi dari CEO itu. "Nggak nyangka kalau Mas Yudha memberikan posisi sebagus ini padaku. Padahal aku hanya melamar sebagai sekertaris biasa bukan sebagai sekertaris CEO." gumam Clarissa yang kagum bercampur bahagia. Walaupun Clarissa tidak berharap terlalu tinggi, tapi untuk menjadi sekertaris pribadi CEO tidak pernah terlintas di benaknya. Bibir Clarissa terus mengembangkan senyum indahnya, rasa tak percaya sekaligus bahagia menyelimuti hatinya. "Aku rasa Aldo akan pingsan jika tahu aku mendapat posisi sebagus ini." ucap Clarissa bangga dengan dirinya sendiri. Penghinaan dari Aldo tadi pagi terbayar dengan jabatan bagus yang di inginkan oleh semua sekertaris yang bekerja di perusahaan itu. Walau saat ia datang, beberapa orang melihatnya penuh tanya tapi Clarissa ti
"Gadis bodoh, sedang apa kamu di sini?" tanyanya tak kalah terkejut melihat Clarissa di depannya. "Lagi tidur ... Udah tahu ini di kantor, iya kali aku sedang mandi disini." jawab Clarissa asal tanpa menyadari tatapan heran dari Yudha karena jawaban absurdnya itu. "Oh, aku mngerti sekarang." ucap Aldo sambil tersenyum mengejek kearah Clarissa. Ternyata Clarissa bekerja pada orang yang tempo hari ketemu dengannya di depan apartemen Clarissa, dalam pikiran Aldo kini jika Clarissa mempunyai hubungan special dengan lelaki yang kini ada didepannya dan mungkin sebentar lagi akan menjadi partner bisnisnya. Melihat situasi itu, yudha segera mengulurkan tangannya memperkenalkan diri pada Aldo. "Saya Yudha Prawiratama perwakilan dari Prawira energy." ucap Yudha dengan senyum ramah pada Aldo. "Aldo Frederick Parker, anda bisa memanggil saya Aldo." jawab Aldo menerima uluran tangan Yudha. "Sungguh di luar dugaan, ternyata anda pemilik dari perusahaan ini. Jadi tidak akan canggung lagi karena
Aldo yang baru saja sampai ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian dia dengan santai berjalan menuju ke pintu utama rumahnya. Saat Aldo baru saja memasuki rumahnya, ia melihat ke arah meja makan yang memang lampunya masih menyala. Terlihat Clarissa sedang asyik menikmati makanannya di meja makan itu tanpa memperdulikan kedatangan Aldo, padahal ini sudah lebih dari tengah malam. Aldo pun merasa penasaran, karena memang baru kali ini ia memergoki Clarissa makan tengah malam selama mereka tinggal bersama. Aldo berjalan mendekati Clarissa yang sangat lahap menikmati makanannya. Aldo menarik kursi yang ada di depan Clarissa lalu mendudukinya. Melihat Aldo duduk didepannya, Clarissa pun menghentikan aktifitas makannya dan melihat kearah Aldo heran. "Ada apa?" tanya Clarissa, karena ini di luar kebiasaan Aldo. Biasanya mereka akan duduk di meja yang sama hanya untuk membahas sesuatu hal penting, makanya Clarissa berpikir jika Aldo akan membicarakan sesuatu hal penting padanya.
Yudha mengerutkan keningnya saat Clarissa mengakhiri panggilannya begitu saja, "Ada apa sama dia?" gumamnya sambil melihat ke layar ponsel seakan tak percaya dengan yang baru saja terjadi.Yudha berusaha positive thinking, tapi hatinya menolak untuk itu. "Suara siapa barusan? Kenapa terdengar seperti suara laki-laki?" gumamnya penasaran. Hatinya berdebar kencang tak karuan, bahkan kini matanya tidak merasakan kantuk sama sekali. Pikiran Yudha masih terpaku akan dimana tempat tinggal Clarissa saat ini, dan suara laki-laki yang baru saja menginterupsi panggilan teleponnya dengan Clarissa itu suara siapa? Dan apa hubungan Clarissa dengan dia?"Rahasia besar apa yang sedang kamu sembunyikan dariku, Icha?" Yudha bertanya-tanya dengan penuh rasa penasaran.Yudha menebak-nebak apa yang sedang Clarissa sembunyikan darinya. Karena selama ini Yudha cukup tahu banyak hal tentang Clarissa, berbagai informasi tentang pujaan hatinya itu tidak ada sedikit pun yang ia lewatkan. Namun sepertinya kali
Aldo Federick Parker begitulah semua orang mengenalnya. Seorang pebisnis muda yang terkenal dengan kepandaiannya dalam hal negosiasi bisnis. Karena hal itulah ia bisa sukses merajai dunia bisnis. Kegigihannya dalam mengurus perusahaan dapat terlihat dari hasil yang telah ia capai saat ini.Orangtuanya tinggal di Indonesia. Sebagai orangtua tunggal, Papanya selalu meminta Aldo untuk pulang dengan berbagai alasan, tapi Aldo selalu menolaknya. Di usianya yang kini sudah menginjak di angka 28 tahun, Papanya sangat berharap Aldo segera menikah dan membina rumah tangga. Wajar saja jika orangtuanya mulai khawatir dengan masa depan Aldo, mengingat saat ini usianya sudah tidak muda lagi.Karena terlalu di manjakan oleh sang Papa, kini Aldo tumbuh menjadi pribadi yang senang dengan kebebasan. Jangankan berpikir untuk menikah, dalam kehidupannya, wanita bagi Aldo seperti layaknya baju yang ia pakai setiap harinya, jika bosan ia akan membuangnya.
Yudha mengerutkan keningnya saat Clarissa mengakhiri panggilannya begitu saja, "Ada apa sama dia?" gumamnya sambil melihat ke layar ponsel seakan tak percaya dengan yang baru saja terjadi.Yudha berusaha positive thinking, tapi hatinya menolak untuk itu. "Suara siapa barusan? Kenapa terdengar seperti suara laki-laki?" gumamnya penasaran. Hatinya berdebar kencang tak karuan, bahkan kini matanya tidak merasakan kantuk sama sekali. Pikiran Yudha masih terpaku akan dimana tempat tinggal Clarissa saat ini, dan suara laki-laki yang baru saja menginterupsi panggilan teleponnya dengan Clarissa itu suara siapa? Dan apa hubungan Clarissa dengan dia?"Rahasia besar apa yang sedang kamu sembunyikan dariku, Icha?" Yudha bertanya-tanya dengan penuh rasa penasaran.Yudha menebak-nebak apa yang sedang Clarissa sembunyikan darinya. Karena selama ini Yudha cukup tahu banyak hal tentang Clarissa, berbagai informasi tentang pujaan hatinya itu tidak ada sedikit pun yang ia lewatkan. Namun sepertinya kali
Aldo yang baru saja sampai ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian dia dengan santai berjalan menuju ke pintu utama rumahnya. Saat Aldo baru saja memasuki rumahnya, ia melihat ke arah meja makan yang memang lampunya masih menyala. Terlihat Clarissa sedang asyik menikmati makanannya di meja makan itu tanpa memperdulikan kedatangan Aldo, padahal ini sudah lebih dari tengah malam. Aldo pun merasa penasaran, karena memang baru kali ini ia memergoki Clarissa makan tengah malam selama mereka tinggal bersama. Aldo berjalan mendekati Clarissa yang sangat lahap menikmati makanannya. Aldo menarik kursi yang ada di depan Clarissa lalu mendudukinya. Melihat Aldo duduk didepannya, Clarissa pun menghentikan aktifitas makannya dan melihat kearah Aldo heran. "Ada apa?" tanya Clarissa, karena ini di luar kebiasaan Aldo. Biasanya mereka akan duduk di meja yang sama hanya untuk membahas sesuatu hal penting, makanya Clarissa berpikir jika Aldo akan membicarakan sesuatu hal penting padanya.
"Gadis bodoh, sedang apa kamu di sini?" tanyanya tak kalah terkejut melihat Clarissa di depannya. "Lagi tidur ... Udah tahu ini di kantor, iya kali aku sedang mandi disini." jawab Clarissa asal tanpa menyadari tatapan heran dari Yudha karena jawaban absurdnya itu. "Oh, aku mngerti sekarang." ucap Aldo sambil tersenyum mengejek kearah Clarissa. Ternyata Clarissa bekerja pada orang yang tempo hari ketemu dengannya di depan apartemen Clarissa, dalam pikiran Aldo kini jika Clarissa mempunyai hubungan special dengan lelaki yang kini ada didepannya dan mungkin sebentar lagi akan menjadi partner bisnisnya. Melihat situasi itu, yudha segera mengulurkan tangannya memperkenalkan diri pada Aldo. "Saya Yudha Prawiratama perwakilan dari Prawira energy." ucap Yudha dengan senyum ramah pada Aldo. "Aldo Frederick Parker, anda bisa memanggil saya Aldo." jawab Aldo menerima uluran tangan Yudha. "Sungguh di luar dugaan, ternyata anda pemilik dari perusahaan ini. Jadi tidak akan canggung lagi karena
Clarissa yang kini sudah sampai di kantor barunya, ia langsung diarahkan menuju ke ruang kerjanya. Ia tidak menyangka jika ruang kerjanya adalah di dekat meja CEO, dan jabatan yang ia peroleh kini sebagai sekertaris pribadi dari CEO itu. "Nggak nyangka kalau Mas Yudha memberikan posisi sebagus ini padaku. Padahal aku hanya melamar sebagai sekertaris biasa bukan sebagai sekertaris CEO." gumam Clarissa yang kagum bercampur bahagia. Walaupun Clarissa tidak berharap terlalu tinggi, tapi untuk menjadi sekertaris pribadi CEO tidak pernah terlintas di benaknya. Bibir Clarissa terus mengembangkan senyum indahnya, rasa tak percaya sekaligus bahagia menyelimuti hatinya. "Aku rasa Aldo akan pingsan jika tahu aku mendapat posisi sebagus ini." ucap Clarissa bangga dengan dirinya sendiri. Penghinaan dari Aldo tadi pagi terbayar dengan jabatan bagus yang di inginkan oleh semua sekertaris yang bekerja di perusahaan itu. Walau saat ia datang, beberapa orang melihatnya penuh tanya tapi Clarissa ti
Seminggu pertama pernikahan adalah tahap penyesuaian diri antara Aldo dan Clarissa, mereka berdua melakukan beberapa kesepakatan supaya tidak mengganggu privasi masing-masing. Diantara kesepakatan itu adalah tidak saling mengusik area pribadi mereka, jika Aldo memilih lantai atas untuk area pribadinya. Sedangkan Clarissa harus rela tinggal di lantai bawah.Keduanya seperti sengaja memasang pembatas tak kasat mata untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya menghindari supaya tidak saling jatuh cinta. Aldo juga meminta papanya menarik para pelayan yang ada di rumah itu supaya kembali bekerja di rumah lamanya, yaitu rumah orangtua Aldo tentunya. Aldo berasalan supaya mereka bisa menghabiskan lebih banyak waktu berdua saja untuk semakin mengenal satu sama lain.Aldo hanya meminta supaya para pelayan datang cukup seminggu sekali membersihkan seluruh rumah, selebihnya di hari-hari biasa Clarissa yang bertugas untuk membereskannya. Karena mereka lebih banyak menghabiskan
Setahu Yudha, Clarissa tidak banyak memiliki teman laki-laki. Dan ini mungkin kali pertama bagi Yudha melihat ada yang datang menghampiri apartemen Clarissa sampai di depan pintu.Saat keduanya seperti sedang saling menilai satu sama lain, terdengar suara pintu terbuka. "Aldo?" ucap Clarissa saat melihat Aldo berada tepat di depan pintu. "Kenapa kamu ada di sini? Nggak sabaran amat sih, kan bisa nunggu di bawah." gerutu Clarissa. Yang hanya di tanggapi oleh Aldo dengan menaikkan sebelah alisnya sambil melirik pergelangan tangan yang terdapat jam tangan, seperti sebuah peringatan bagi Clarissa jika waktu yang di berikannya telah habis.Clarissa tidak dapat menangkap dengan jelas maksud peringatan dari Aldo. 'Bukankah tadi dia memberiku waktu setengah jam untuk berkemas? Kenapa dia malah naik ke sini sih?' batin Clarissa. Lalu dia melihat kearah pergelangan tangannya sendiri. seketika wajahnya pucat karena waktu setengah jam itu ternyata telah berlalu begitu cepat.
Setelah menginap semalam di rumah mewah pemberian dari William. Kini Clarissa berniat untuk pulang ke apartemennya. Setidaknya dia akan melihat bagaimana kondisi apartemen saat dia tidak pulang tadi malam.Di tambah lagi sudah menjadi kesepakatan bersama kalau setelah menikah mereka tidak akan saling mencampuri urusan masing-masing. Jadi sepertinya kalau pun Clarissa pulang ke apartemen tidak akan jadi masalah, bukan?"Mau kemana?" tanya Aldo yang kini sedang duduk di kursi dekat meja makan menikmati sarapan, saat melihat Clarissa sudah rapi keluar dari kamar tamu."Pulang." jawab Clarissa dengan santai sambil berjalan mendekat kearah Aldo. Lalu dia duduk di kursi tidak jauh dari Aldo.Aldo mengerutkan keningnya mendengar jawaban Clarissa. "Pulang? Apa kamu sudah gila?" tanya Aldo."Kenapa?" tanya Clarissa tidak mengerti, lalu dia mengambil sepotong sandwich yang ada di meja lalu menyuapkan ke dalam mulutnya. Belum juga ia menelan sandwich di
"SAH." ucap para saksi yang hadir di sebuah hotel berbintang. Para tamu yang hadir bertepuk tangan mendengar ucapan tersebut, lalu di lanjut dengan doa untuk kedua mempelai. "Nah sekarang silahkan mempelai wanitanya untuk mencium tangan suami sebagai tanda bakti." ucap pak penghulu. Clarissa hanya bisa mengikuti serangkaian acara yang sudah tersusun rapi walau dalam hatinya merasa kesal. Sama halnya dengan Aldo, dia tidak banyak membantah seperti biasa, ia hanya bisa pasrah menuruti keinginan Papanya. Setelah selesai dengan acara sakralnya, kini di lanjut dengan foto keluarga. Setelahnya acara makan bersama untuk para tamu undangan yang hadir. Walaupun hanya keluarga inti dan sahabat dekat saja yang hadir, tidak membuat acara itu terasa sepi. Kehangatan sangat kental terasa. "Akhirnya kamu bisa juga mengucapkan kata itu dengan sangat lancar, dude. Bahkan terdengar begitu sempurna dan juga merdu." ucap Bryan yang juga hadir di
Pagi ini Clarissa tampak tergesa-gesa keluar dari apartemen miliknya. Hingga ia tidak sempat untuk memakan sarapannya dengan baik. Sebuah roti berisi selai nanas kesukaannya memenuhi mulut. Sambil berlari ia mengunyah roti tersebut menuju ke arah lift."Tunggu!" teriaknya saat pintu lift akan tertutup."Makasih." ucap Clarissa sejenak mengambil roti dari mulutnya agar bisa bicara dengan jelas."Kesiangan lagi?" suara seseorang yang berada di lift yang sama dengan Clarissa."Iya, efek semalam ga bisa tidur." jawabnya.Orang itu hanya tersenyum mendengar jawaban Clarissa. Karena sepertinya ia harus terbiasa dengan hal itu. Melihat Clarissa selalu saja kesiangan saat berangkat kerja. Dan mereka sering bertemu dalam keadaan seperti ini setiap paginya."Mungkin hari ini, hari terakhir aku pergi ke kantor itu mas." ucap Clarissa."Loh kenapa? Bukannya kamu sudah lama bekerja disana?" tanya lelaki itu penasaran.