Beranda / Urban / Bekas Bini / 24. Tentang Ana

Share

24. Tentang Ana

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Waktu itu ... aku melihatnya sedang duduk sendiri di kursi depan kantin kampus, aku pikir itu kesempatan untuk mendekat. Namun, saat sudah berada di depannya, barulah tampak dengan jelas kalau dia sedang menangis.

Lalu aku bertanya, apakah aku boleh duduk bersamanya? Kulihat Ana tampak terkejut waktu itu, mungkin dia tidak menyangka kalau aku bakal menyapa, bahkan izin untuk duduk bersamanya."

Pak Damar menghentikan ceritanya dengan sebuah tarikan nafas panjang.

"Agak lama dia membuatku menunggu izin untuk duduk, dan saat aku sudah mulai menyerah, aku mundurkan langkahku dua langkah, kemudian terdengar suaranya menahan langkahku. Dengan suara yang serak akhirnya dia mengizinkan aku duduk bersamanya.

Tangan kanannya mempersilahkanku ke kursi di depannya bukan di sampingnya. Tapi tak apa, untukku, itu sudah merupakan awal yang bagus bukan?!"

Mama Via terlihat ikut tersenyum saat dari sudut matanya yang melirik, melihat pak Damar melakukan hal yang sama.

"Sungguh! Aku senang sekal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bekas Bini   25. Apakah mau maapkan aku?

    Dengan menggunakan dua mobil yang berbeda. Perjalanan menuju ke makam Ana berjalan lancar hingga sampai kawasan di perbatasan kota, mobil yang dikendarai Pak Damar berjalan lebih lambat, karena memasuki perkampungan padat penduduk yang memiliki luas jalan hanya cukup untuk satu mobil. Kemudian mobil Pak Damar berhenti di sebuah pemakaman umum yang rimbun karena banyak pohon kamboja yang menaungi. Makam yang berderet deret rapi dan bersih, banyak pedagang kaki lima yang mencari rejeki di sekitar pemakaman. Pak Damar melangkah keluar mobil, setelah memarkir mobilnya di tempat yang tak jauh dari pintu gerbang. Di ikuti oleh Papa Adi dan Mama Via, yang memarkir mobil di sebelah kanannya. Baru hendak melangkah menuju pintu masuk kawasan pemakaman, tampak seseorang yang berlari sambil memanggil Pak Damar."Ada apa, Jo?" tanya Pak Damar saat orang yang memanggilnya itu sudah berjarak satu meter. "Pak Damar, terima kasih atas pemberiannya, saya dan keluarga sangat terbantu dengan pembe

  • Bekas Bini   26. Anda Siapa

    "Kenapa nggak langsung naik ke atas?" Semua orang seketika mendongakkan wajah saat terdengar suara menyapa.Ternyata yang turun adalah Umi, penanggung jawab panti. Umi dengan senyuman yang khas, beliau menyambut tamunya dengan pertanyaan. "Bu, masih ingat saya?" tanya Pak Damar yang sudah berdiri, menghampiri dan mengajak bersalaman dengan orang yang baru saja menuruni tangga. Seakan dejavu. Umi terhenyak, bibir yang semula di hiasi senyuman berubah terkatub, seakan terkenang lagi saat bertemu pria yang berada di depannya berpuluh tahun silam."Bapak ... bapak kandungnya Ivana, kan? Anda yang pernah membawa Ivana ke sini saat itu, benar bukan?" runtut Umi seketika hingga suasana berganti haru, saat tahu siapa yang berada di hadapannya saat itu."Iya, Bu! Saya ayahnya Ivana, sudah bertahun tahun saya mencari anak saya dan panti ini, Namun setiap tahun rupanya panti ini selalu berpindah pindah. Maaf kalau baru sekarang bisa datang, dan menjemput Ivana," jawab Pak Damar tak kalah h

  • Bekas Bini   27. Karena ...

    Begitu sampai di dapur ternyata Ayah Damar dan Papa Adi sudah tak ditemukannya. Hanya terdengar suara mereka, yang sesekali tertawa dari arah ruang tamu."Ma, mau makan apa?" Sengaja Ivana mengambilkan piring untuk mantan mertuanya. "Nggak usah, Mama nggak pengin makan, kenyang! Kamu aja Yang makan, aku mau balik ke cucuku aja," tolak Mama Via dengan senyumnya, kemudian tanpa menunggu jawaban dari Ivana, langsung berbalik arah kembali menaiki tangga."Ma! Makan dulu, ayo! Nanti sakit loh!" ajak Ivana mencoba memaksa Mama Via untuk makan bersamanya."Nggak, Mama masih kenyang!" jawab Mama Via tanpa menoleh lagi. Terus melangkah ke kamar cucu-cucunya.Ivana hanya bisa tersenyum melihat sikap Mama pada bayinya. Akhirnya perempuan cantik itu pun menikmati makannya sendirian. ****"Va, anakmu bangun tapi nggak nangis, Umi bawa ke ruang tamu, ya?" ujar Umi yang tiba tiba sudah berada di belakang punggungnya sembari menggendong bayi. Di belakangnya ada Mama Via yang juga menggendong bayi

  • Bekas Bini   27a. Nama si kembar

    "Ayah ... maap, aku sebenarnya ingin di sini saja, karena aku dan Rizal sudah sepakat tidak pindah dari Panti.""Maksudmu? Apa hubungannya dengan Rizal?" Kening ayah Damar seketika berlipat mendengar jawaban putrinya. "Saya dan Ivana ... kami berniat akan menikah setelah Ivana menyelesaikan ujiannya, Pak." Rizal yang semula hanya diam saja memperhatikan, kini mengambil sikap untuk mengatakan lamarannya kepada Ayah Damar. "Jadi, kau sudah berniat mau menikah lagi, Va?" Dengan hati-hati Ayah Damar bertanya pada putrinya. "Ayah ... sebenarnya masih ingin berdua denganmu, tapi kalau kamu sudah yakin dengan kemauanmu, Ayah hanya bisa berdoa untuk kebahagiaanmu," ucap Ayah Damar sambil tersenyum tulus, sesaat setelah melihat anggukan anak perempuannya itu."Kapan kau akan datang bersama orang tuamu? Untuk yang satu ini, harus di rumah Ayah, Ivana masih punya Ayah, dan ini tak boleh di tolak oleh siapa pun." Ayah Damar terlihat tak ingin kecolongan lagi, hingga membuat pernyataan tak

  • Bekas Bini   28. Lanjut atau berhenti

    [Ma, posisinya lagi di mana?]Terdengar suara Naya di ponsel Mama Via, saat beliau masih berada di dalam mobil, perjalanan menuju ke rumah sakit. [Ini, Mama sudah dalam perjalanan ke rumah sakit, ada apa, Nay?] [Jangan ke rumah sakit, Mas Faris sudah boleh pulang tadi, cuman dia bersikeras maunya pulang dengan si Annabelle.][Pulang ke mana? Memangnya Bella tadi ke sana?]Mama Via bertanya dengan mata menyipit.[Iya ... tadi Annabelle ke sini, tapi sekarang sudah pergi bareng Mas Faris. Jangan tanya ke mana, karena aku pun tak tahu, nggak dipamitin tadi.]Mama Via tersenyum saat mendengar suara Naya yang terdengar sedikit kesal.[Ya ... udah Nay, kami ini sudah mau pulang? Mama jemput atau gimana?][Nggak usah, Ma. Ada Dimas yang nemani aku. Cuman mau laporan tentang Mas Faris aja, kok!][Ooo, gitu. Ya udah, Mama dan Papa langsung pulang aja ya, hati-hati ya Nak Cantik.][Iya, Ma. Makasih. Assalamualaikum.][Wa alaikum salam.]Mama menutup pembicaraan lewat ponsel dengan Naya, sambi

  • Bekas Bini   29. Dimas dan Naya

    "Selamat pagi, Sayangku," bisik Bella tepat di telinga lelaki tampan yang sedang tertidur, dengan badan yang ditutupi selimut coklat. Hanya menyisakan bagian dadanya saja yang terekspos. Membuat Faris terlihat tampak seksi."Mmm ...." jawab Faris, tanpa membuka matanya."Mandi dulu ya, aku udah masakin kamu makanan yang paling kamu sukai," rayu Bella pada Faris."Mmm ...." Lagi. Hanya deheman tanpa gerakan yang berarti dari Faris, hingga membuat Bella gemas melihatnya."Yaang, ayo bangun! Mandi sana!" Sambil memeluk punggung Faris dari belakang, Bella kembali membangunkan lelakinya. "Apa yang sedang kamu lakukan pagi pagi begini di sini, Sayang?" tanya Faris dengan kening berlipat. "Apa kamu lupa tentang penyatuan kita semalam?" tanya Bella dengan ekspresi mata yang membulat sempurna. Faris terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu."Kamu sungguh melupakan apa yang telah terjadi dengan ki-""Tidak, aku tidak melupakannya."Faris sengaja memotong ucapan Bella dan segera turun dar

  • Bekas Bini   30. Undangan

    "Jadi kapan rencananya, Nay?" tanya Ivana pada Naya yang sedang menggendong Ghina, bayi perempuan Iva.Hari ini rumah Ivana terlihat ramai sekali, kedatangan keluarga Agung tanpa anak sulungnya, Faris. Namun, bertambah Dimas si calon menantu. Juga ada Rizal tentunya."Insya Allah bulan depan. Luka khitan kakak Ghani pasti sudah sembuh, kan?" tanya Naya sambil melirik ke arah Baby boy yang sedang tidur dalam gendongan Mama Via. Tanpa terasa umur si kembar sudah enam puluh delapan hari, Ayah Damar yang memerintahkan Ivana untuk sekalian melakukan khitan pada Ghina dan Ghani bersamaan."Kalau Ghina, lukanya sudah langsung sembuh, kalau kakak mungkin seminggu udah sembuh, kok." jawab Ivana yang hanya melihat bayi kembarnya sambil duduk dekat Ayah Damar."Ada rencana apa, Nay?" Ayah Damar bertanya dengan heran."Naya dan Dimas mau tunangan, Dam. Hadir ya?!" jawab Mama Via sambil terus memperhatikan Ghani yang sedang terlelap."Oh benarkah? Alhamdulillah! Tapi kenapa harus tunangan sih,

  • Bekas Bini   31. Nenek dan Kakek

    "Selamat pagi!"Terdengar ucapan salam untuk kesekian kali dari seorang perempuan separuh baya yang masih tampak terlihat kecantikannya. Berdiri di depan pintu kantor panti padahal hari masih sangat pagi, suasana dingin dan lenggang masih terasa. Namun, sepertinya itu semua tidak berlaku untuk tamu ini.Sang tamu mengamati rumah yang dikunjunginya dengan seksama. Rumah yang di tempati panti sebenarnya adalah rumah Vera yang di desain sedemikian rupa hingga membentuk seperti ada dua rumah mewah yang dikelilingi oleh beberapa toko yang sengaja disewakan, sehingga bisa mendapatkan dana untuk keperluan anak anak panti."Selamat Pagi!" Terdengar ucapan salam yang lebih keras dari sebelum sebelumnya. "Iya, selamat pagi!" Akhirnya terdengar suara Umi menjawab salam Ibu tadi dari dalam rumah. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?!" sambut Umi ramah sambil tangannya mengisyaratkan tamunya untuk masuk ke dalam kantor yang berbentuk rumah."Apa benar di sini ada perempuan yang namanya, Ivana?!" t

Bab terbaru

  • Bekas Bini   100. Aku Cemburu

    “Sebelum kamu tanyakan itu pada Ivana, kita berandai andai dulu, apa jawabanmu kalau kamu berada di posisi Ivana?" Faris terdiam saat mendengar apa yang di katakan oleh mama, pertanyaan yang di balik kini ke dirinya sendiri."Aku memilih tidak mau berhenti?!" jawab Faris, terdengar lemah tak bersemangat.Bukan tanpa alasan Faris memilih tidak menerima, karena dia sendiri tahu bagaimana keras dan gigihnya Ivana saat berusaha menyelesaikan kuliah yang pada saat itu dalam kondisi sakit hati, karena proses bercerai dengan dirinya dan dalam kondisi hamil."Lalu apa yang membuatmu hingga bisa yakin atau berharap Ivana mau menuruti ucapanmu untuk berhenti menjadi Dokter? Apakah karena kamu sekarang mempunyai status sebagai CA-LON suami?!" tanya mama Via, terdengar penuh dengan tekanan."Aku -""Ada apa denganmu? Kenapa tiba tiba menjadi seorang lelaki yang suka mengikat istrimu? Wanita bekerja bukan hanya karena uang tapi juga agar bisa bersosialisasi."Mama Via kembali melontarkan pertanya

  • Bekas Bini   99. Berteman

    Triiiiing!Mama Via yang baru saja menjejakkan kakinya di kamar setelah menemani Naya hingga terlelap di kamarnya, segera mencari di mana tadi sumber suara berada. Sudah lama dirinya tak mendengar bunyi ponsel sejak kepergian almarhum.Di ambilnya benda pipih berwarna emas yang tadi lupa ia letakkan di nakas dekat kamar mandi, dan membawanya menuju ke balkon di depan kamarnya, walau pun sudah tak bersuara lagi.Seakan ingin berlama lama di balkon, mama Via sengaja memakaikan minyak seree untuk obat anti nyamuk, juga sebagai minyak penghangat pengganti, penghalau rasa dingin.Damar! Nama yang tertera di pesan aplikasi warna hijau, membuatnya kembali tersenyum dengan arti yang tak mungkin di jelaskan.Namun dia tidak segera merta membuka pesan itu, malah membuka pesan dengan foto profil pernikahan dirinya dengan almarhum.Air matanya basah seketika itu pula, saat membaca pesan pesan yang ada, lengkap dengan emoji emoji dan stiker yang dulu sangat almarhum sukai.“Apakah kamu sungguh

  • Bekas Bini   98. Cemburu

    Faris seketika terdiam saat melihat di meja sebelah kiri dekat etalase sana, Ivana duduk berhadap hadapan dengan Dokter Mark, Dokter yang dia anggap sebagai saingan berat dalam menaklukan hati bekas bininya sampai saat ini. Setelah menimbang sebentar, Faris melangkahkan kaki ke arah kasir, tidak langsung mendatangi meja Ivana dan Dokter itu."Mbak, pesan kopi hitam tanpa gula, tolong dijadikan satu dengan bill dokter Ivana, biar sekalian saya bayar," ujarnya pada seorang perempuan yang menggunakan seragam di balik mesin penghitung."Baik, silahkan di tunggu sebentar." Perempuan di balik kasir itu pun memberikan kertas yang entah apa isinya kepada temannya yang menggunakan seragam sama corak beda warna.Faris sesekali terlihat mencuri pandang pada Ivana dan Dokter yang terlihat sangat akrab, dengan sesekali di iringi tawa oleh keduanya."Terima kasih," kata Faris, sesaat kemudian dirinya sudah menerima cup kopi dengan menggunakan tangan kanan, dan tangan kiri menerima kertas bukti

  • Bekas Bini   97. Via

    “Apa yang sebenarnya membuatmu berat, Via?” tanya Damar saat ini mereka ada di teras, di temani seorang maid yang duduk di kursi yang diletakkan agak jauh, Namun masih bisa mendengar apa yang tamu dan nyonya sedang bicarakan.“Aku hanya heran kenapa kamu seperti sangat ingin agar aku mau menerima pernikahan ini, apakah kamu tak ingin bertemu dengan istrimu lagi nantinya di akhirat, karena aku pernah mendengar jika kita menikah lagi, maka kita tak akan bertemu nantinya dengan pasangan kita yang pertama.”Damar menghela napas panjang, memandangi perempuan yang semakin terlihat cantik karena dalam bingkaian kerudung berwarna pastel saat ini “Kamu itu aneh, Vi … pikiranmu itu terlalu jauh menurutku, sebaiknya saat ini yang kita pikirkan adalah apakah amalan kita bisa menuntun kita masuk ke surganya, nanti saat di surga Allah akan mengabulkan apa yang kita inginkan, bukan? Jadi kita bisa minta untuk dikumpulkan lagi seperti dulu, ada Ana, Adi, kita dan seluruh keluarga kita.”Damar terdi

  • Bekas Bini   96. Sabar ...

    “Sayaaang, apa yang kau dapatkan dari riadohmu selama ini?” tanya ayah Damar pada Ivana setelah hampir sepuluh hari melebihi dari target yang anaknya janjikan kepada Naya, Dimas, dan Faris.“Aku hanya bermimpi Faris bersama Rizal yang tersenyum kepadaku, Ayah,” ujar Ivana, pagi itu saat sedang sarapan bersama.pp0⅔“Alhamdulillah, aku yakin itu adalah tanda bagus kalau Tuhan menyetujui apa yang Rizal amanatkan kepadamu dan Faris,” seru Nenek dengan mata binar terlihat sangat bahagia.Melihat sang Nenek, Ivana datang mendekat dan mengusap wajah yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah banyak itu dengan perlahan, dari saking bahagianya sang Nenek sampai membuat basah kedua matanya.“Terima kasih … Sayang.” Nenek berkata lembut, dua perempuan cantik berbeda generasi itu saling tatap dalam arti yang sama pula.“Lalu bagaimana dengan Via, Damar? Apakah kamu juga mendapatkan hal yang sama seperti yang di impikan oleh anakmu.”Damar hanya tersenyum, tak menjawab apa yang di tanyakan

  • Bekas Bini   95. Kedua

    “Aku tak menyangka kalau mantannya Farislah yang ternyata berasal dari keluarga Kamandaka, aku jadi tak heran, pantas saja lelaki itu tidak mau lepas begitu saja, apalagi melihat kedekatan antara dua keluarga itu sudah terjalin dnegan sangat baik sekali, pasti mereka juga sedang mengincar kekayaan kamandaka yang tak habis habis itu!” ujar Papi Yunus dengan sesekali memukul pahanya sendiri dengan tangannya yang terkepal, pelan.“Andai kita tahu kalau yang kaya ternyata mantan istrinya, nggaklah mungkin aku akan bersusah payah membelikan tas dan beramah tamah dengan keluarga Faris.”Mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, Rika hanya bisa tersenyum dalam tangis, tak menyangka hidupnya bakalan se rumit itu, padahal di kelilingi oleh orang terdekat Namun entah kenapa tidak pernah dirasa tulus mencintainya.“Kenapa kamu malah tersenyum seperti itu? Kamu senang ya, karena apa yang di lakukan oleh mami dan papi kali ini ternyata salah besar?!” tanya Mami dengan wajah tak mengen

  • Bekas Bini   Bab 94

    “Umroh?!” Dengan wajah yang terlihat tak percaya dan hampir bersamaan, Ayah Damar dan mama Via mengucapkan satu pertanyaan yang sama.Dimas dan Faris bukannya menjawab, mereka berdua hanya tersenyum saja, melihat ayah Damar dan mama Via yang tampak salah tingkah.“Bagaimana kamu bisa tahu tentang hal itu? Apakah Ivana yang menceritakan padamu tentang mimpi yang aku alami selama beberapa malam ini?!” tanya ayah Damar setelah dia berhasil menenangkan dirinya.“tidak …. Bukan hanya Ivana yang cerita tapi Naya juga, mereka bilang kalau mama tidak bisa tidur karena mimpi yang sama berulang kali, begitu juga dengan ayah Damar. Jadi sekarang apa yang membuat kalian ragu untuk melaksanakan apa yang papa adi inginkan?!” "Via, apakah benar kamu mengalami mimpi yang sama denganku, mimpi bertemu dengan adi di Mekah?" tanya ayah Damar dengan wajah membias bahagia dan penuh harap. Senyum Damar kini terlihat berbeda saat anggukan kepala mama Via terlihat berulang kali tadi sebagai jawaban dari pe

  • Bekas Bini   93. Kalian kapan?

    Seorang lelaki yang baru saja masuk, segera memotong ucapan Faris, dan membuat kaget karena kedatangannya yang mendadak, Namun mampu membuat Faris, mama Via, Dimas dan Ivana tesenyum.“Pak Kamandaka!!” seru pak Yunus dengan wajah senang sekaligus bimbang, sehingga tanpa sadar dia berdiri dan menyambut ketika melihat lelaki yang baru saja datang yang nyatanya nanti akan menjadi pengacara keluarga Faris untuk melawan dirinya.“Pak Kamandaka, saya dan istri ingin meminta maaf atas kejadian saat di kantor anda, kami berdua tidak tahu kalau lelaki yang kami usir ternyata anda,” ujar Pak yunus dengan kedua tangan yang tergenggam. Tentu saja ini membuat Rika mengerutkan keningnya, dia menatap Papi dengan mata tak percaya. “Mengusir? Mami dan Papi berani mengusir pak Kamandaka dari kantornya?” Rika yang sedang bermonolog lirih, mengulang apa yang dikatakan oleh Papinya tadi. “Ooo … ini alasan kenapa Papi dan Mami berubah sebaik manusia."Mendengar ucapan Rika, Bu Yunus menepuk bahu anakn

  • Bekas Bini   Bab 92

    “Minta maap?” Faris mengulang apa yang dikatakan oleh tamunya dengan senyum yang terlihat seperti seringai jahat dan kejam.“Apa saya tidak salah dengar?” ujar Faris, kini dengan wajah datar tanpa ekpresi. Kedua matanya menatap tajam ke ketiga tamunya silih berganti.“Tentu saja, dan lihatlah ini, sengaja aku belikan ini untuk mamamu, agar kamu dapat melihat ketulusan kami,” ujar Nyonya Yunus, dengan kedua tangan yang sedang memegang paper bag dengan tulisan sebuah merk dunia, terulur ke arah Faris.“Apa yang membuat sikap anda menjadi sangat manusia seperti ini?” tanya Faris yang terlihat sudah bisa membaca ada maksud tertentu dari sikap baik dari orang yang kemarin sangat menghina keluarganya.“Faris, kenapa tamunya tidak di persilahkan duduk lebih dulu, Nak?” Faris yang mendengar suara yang sangat dia kenal dari belakang punggungnya, seketika itu juga menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.“Mama, kok sudah keluar dari kamar? Apakah ada yang mengganggumu?” tanya Faris dengan si

DMCA.com Protection Status