Beranda / Romansa / Behind The Beast / II. Summer | Thirty Two

Share

II. Summer | Thirty Two

Penulis: Lady_Andrea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Oh, sh*t!"

Vander mengumpat kecil disaat motor yang dia kendarai akhirnya bergerak pelan dan kemudian berhenti bersamaan mobil lainnya yang terjebak macet di antara gedung-gedung Times Square.

Seperti biasanya, Manhattan selalu seperti ini di jam-jam pulang kantor. Sangat mengesalkan.

Vander melirik layar besar di sampingnya. Papan iklan itu menunjukkan waktu kini pukul delapan malam lewat. Memasuki akhir senja di New York. Tampak langit sudah mulai menggelap, tetapi ada yang berbeda sepertinya hari ini.

Banyak orang yang melongokkan kepalanya menghadap ke depan— ke arah barat dimana matahari akan tenggelam.

Vander mengikuti arah pandang orang-orang ke seberang jalan. Melihat ke arah matahari yang tampak segaris dengan jalan. Sangat indah.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Behind The Beast   III. Let The Rain of Autumn Fall Down

    Sudah musimnya. Ketika daun-daun mulai meninggalkan rantingnya, terbawa angin dan akhirnya kembali ke tanah. Ya, setinggi apapun kita di dunia ini, pada akhirnya semua akan kembali ke awal. Ke titik mula temu itu. Ke bagian terdasar di mana kita memijak. Itu sudah hukum alam. Tak bisa diganggu gugat.Namun, apakah nasib seorang Vander juga ditentukan oleh alam? Tidak. Dia berhak memilih. Berhak memperjuangkan, dan berhak menang. Kekalahan bukanlah akhir dari semua. Walau terjatuh bisa menimbulkan trauma, tetapi itu bukanlah hal lemah, melainkan sebuah proses untuk menemukan arti dari sebuah kata bahagia."Hey, son, sudah sejam kau di luar. Masuklah."Vander hanya diam di kursi taman yang di dudukinya. Sudah lama ia duduk di halaman belakang rumahnya. Termenung seorang diri sambil melihat langit sore. Tanpa Chloe

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Four

    "Hey, buddy .... what are you doin' here?"Darah Vander berdesir tatkala sebuah suara menginterupsi tindakannya yang sedari tadi diam - diam mengintai. Sebuah tangan yang menepuknya itu kemudian meremas kuat bahunya, hingga tubuhnya berbalik menghadap sang pemilik suara."Oh, no!" pekik Billy dari pelantang suara yang mereka pakai."It's okay, kids. Keep calm," sahut Dangelo sembari memerhatikan sekitar. Semua tampak aman, "pria itu bukan ancaman."Sedangkan Vander jantungnya sudah mencelos. Ia kira orang yang menciduknya itu salah satu pengawal ayah Chloe, tapi ternyata ...."God! L! Kau rupanya," desis Vander sambil memerhatikan situasi. Tak menyangka teman lamanya itu berada di tempat yang sama."Astaga, Van

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Five

    Vander dan Louis kembali memasuki aula besar tempat di adakannya pesta. Mata elang Vander mulai menyisir satu per satu pengunjung disana. Namun, tak ada satupun wajah yang dicarinya. Membuat langkahnya panik dengan wajah yang mulai mengeras."Dad? Billy? Andres? Apa kalian mendengarku?" tanyanya sambil memegang alat bantu di telinganya, "seseorang jawab aku! Kalian dimana?!" desisnya saat tak ada juga yang membalas panggilnnya."Shit! Ada yang tak beres," beri tahu Vander pada Louis, "ayah dan kedua temanku menghilang. Terakhir Billy menelfonku saat di kamar tadi. Dan setelahnya .... ""Damn! Kau tak sendiri? Paman Dan juga ikut? Are you kidding me?!""Kau kira aku bodoh tak ada rencana. Rentan bila aku hanya sendiri. Soal ayahku ..., dia sangat keras kepala ingin ikut. Beginilah jadinya! Sia

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Six

    Andres tak henti - hentinya tertawa sambil memberikan guyonan dan ledekannya pada semua penumpang dengan menirukan gaya bicara seorang Mark yang mati kutu tadi saat di kapal. Billy pun ikut menimpali. Keduanya benar-benar memekakkan telinga bila bersama. Sedangkan Vander sambil menyetir mobilnya ke arah dimana Chloe berada, terlaku fokus dengan jalanan hingga tak sadar sebuah panggilan tertuju padanya tak ia indahkan.Terlalu banyak tanda tanya dibenaknya walaupun sang ayah sudah menjelaskan segalanya. Termasuk pasukan yang dipanggil sang ayah khusus demi misi mereka. Vander tidak tahu mengenai rencana yang satu itu. Itu adalah 'Plan B'sang ayah bila terjadi sesuatu yang darurat.Saat Dangelo, Andres dan Billy tertangkap. Semua alat komunikasi dan harta benda milik mereka disita. Termasuk alat pelantang yang mereka pakai. Alasan mengapa Vander tak dapat mendengar sama sekali saat merek

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Seven

    Vander tidak tidur. Ia sibuk memerhatikan Chloe dan mendekapnya terus. Bahkan sampai pagi datang menjelang dan matahari mulai bersinar, Vander tetap di sisi kekasihnya. Hingga sebuah ketukan di pintu dan suara sang ibu menyuruhnya untuk turun, terpaksa ia melepaskan si putri tidur itu pergi.Sedikit heran mengapa Chloe sama sekali tak terganggu. Padahal dia sudah membuat banyak gerakan di tubuh gadis itu, dan hujama ciuman juga pelukan eratnya. Namun, Chloe sepertinya enggan untuk bangun. Vander baru tahu jika kekasihnya itu bisa tidur dalam keadaan seperti orang mati. Setahunya Chloe sangat mudah terusik. Walaupun kelelahan sekalipun.Setibanya di bawah, ruang makan rumahnya berubah layaknya sebuah cafe. Sangat ramai. Bahkan dia melihat dokter perempuan yang dulu pernah menyelamatkan Chloe hadir juga. Vander lupa siapa nama anak dokter Albert itu."Vander, mana C

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Eight

    Resah. Mungkin rasa itu yang dirasakan oleh semua orang yang ada di ruang keluarga Zeckar saat ini. Bagaimana tidak? Di kamar atas Chloe sedang diperiksa oleh Dokter Elena bersama tim medis khusus yang sengaja di datangkan langsung atas perintah seorang Mark Johnson untuk memeriksa putri semata wayangnya perihal praduga yang dilayangkan Dangelo bahwa sang anak kini tengah mengandung.Menurut Dangelo bila saat ini Chloe pasti sedang mengandung. Dilihat dari kebiasaan Chloe yang akhir-akhir ini mengalami sindrom putri tidur. Sama seperti sang istri dulu— Zallyn yang saat mengandung Vander mengalami hal yang sama. Ditambah lagi dengan kondisi fisik yang lemah; tampak pucat selalu dan emosinya menjadi labil.Vander hanya bisa menghela napasnya pasrah dengan perasaan yang tak tahu apakah harus senang atau .... Entahlah. Vander merasa semuanya terlalu cepat sekarang.

  • Behind The Beast   III. Autumn | Thirty Nine

    Sudah memasuki senja ketika Vander melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam waktu setempat. Namun, Chloe dengan bukunya masih tampak santai bersender pada punggung Vander, tak sadar bila hari sudah mulai menggelap.Vander hanya diam tak berani menginterupsi kegiatan membaca Chloe sambil sesekali mengelus perut buncit kekasihnya itu yang sudah mulai membesar dan membuatnya gemas. Berulang kali dia melakukan kegiatanya itu, sembari menikmati momen senja di musim gugur dari tempat mereka berada sekarang. Di sebuah taman yang tak jauh dari jembatan Brooklyn terlihat. Tepat di bawah pohon mapple yang sedang mengugurkan dirinya.Kali ini, Vander berpenampilan seperti dulu. Dengan kacamata yang bertengger di wajahnya, rambut klimis dan sweater tuanya yang kuno. Kembali menjadi si buruk rupa yang diinginkan Chloe. Alasan kekasihnya itu agar Vander tak dilirik wanita lainnya. Ch

  • Behind The Beast   III. Autumn | Forty

    Hari sudah hampir malam ketika akhirnya Vander sampai di bandara John F Kennedy, New York setelah mengalami hambatan, karena cuaca buruk di Las Vegas. Dirinya pulang lebih dulu daripada timnya yang mengambil jalur darat karena harus membawa mobil yang habis mereka pamerkan. Harusnya Vander masih merayakan hari kemenangannya saat ini, tetapi ada yang lebih penting daripada itu.Dia harus menggagalkan aksi tampil Chloe yang bisa saja membahayakannya saat ini. Bisa saja musuh di luar sana mengintai, dan Vander tak ingin sesuatu buruk lainnya yang terjadi lagi pada Chloe. Walaupun dia marah, akan tetapi rasa khawatirnya lebih tinggi sekarang. Dia harus tiba di tempat pergelaran busana itu segera."Ay, V-Rex. Cepat naik," teriak Andres dari dalam mobil yang baru saja tiba di depan Vander. Segera Vander masuk di bagian kursi penumpang dan menyuruh pria latin itu untuk segera laju.

Bab terbaru

  • Behind The Beast   Extra Part 2

    Mansion Keluarga Zeckar, Spanyol.Langit malam yang biasanya terlihat gelap dan hitam, kini bernuansa terang benderang berwarna - warni. Lucunya bukan karena ada perayaan tahun baru, tetapi bentuk suka cita keluarga Zeckar di malam natal. Setelah sekian lama mereka tidak merayakannya bersama, sekarang semuanya berkumpul. Bahkan turut mengundang semua kerabat terdekat dan yang berhubungan baik.Kasih natal rupanya melingkupi musim dingin tahun ini. Berita bahagia pun menjadi kado istimewah bagi mereka semua. Selain kehadiran anggota baru di keluarga itu, diketahui calon menantu keluarga Zeckar rupanya telah mengandung. Itu artinya ada generasi baru yang menjadi penerus mereka. Sepasang bayi lelaki dan perempuan diprediksi akan hadir pertengahan tahun depan. Menjadi penantian terindah bagi semuanya.Tuan Ramos yang berada di balkon melih

  • Behind The Beast   Extra Part 1

    Bring The Autumn Backs Sorak sorai para penonton terdengar membahana seisi ruangan besar tempat peragaan busana yang diadakan oleh salah satu rumah mode terbaik edisi musim gugur ini. Satu per satu model terbaik tampil memamerkan hasil rancangan desainer ternama yang sedang naik daun. Termasuk Chloe, yang merupakan salah satu supermodel muda saat ini. Mimpinya kini terwujud berada satu panggung dengan para senior yang menjadi panutannya. Saat giliran dirinya keluar dan tampil dengan pakaian dalam seksi dengan sayap hitam tinggi di belakangnya, semua yang hadir semakin riuh dan berdiri dari tempat duduk masing - masing. Meneriakkan nama Chloe dan bersorak keras ke arah panggung. Membuat Vander yang berada di deretan kursi VIP semakin jengah dan teramat kesal. Bagaimana tidak? Kekasihnya dan tubuh eksotis yang hanya miliknya itu menjadi bahan

  • Behind The Beast   EPILOG

    Love in Summer : Deja Vu Satu musim pun berlalu. Kini telah tiba saatnya musim panas. Banyak orang yang menantinya, karena sekarang adalah waktunya liburan. Berbeda dengan Vander yang tak ingin kemanapun saat ini. Ia lebih memilih rumah atau bengkel ayahnya sebagai rutinitas yang baginya tak membosankan. Alhasil kebiasaan itu sedikit membuat jengkel seseorang. Lantas tak jarang Vander sering mendapat keluhan, dan sekarang mungkin lebih dari pada itu. Contohnya, seperti saat ini. Tepat saat ia tiba di bengkelnya pukul sembilan pagi, Vander sudah mendapat amukan dari seorang wanita yang nyatanya telah lebih dulu tiba darinya. Wanita itu mengeluhkan ketidakpekaan Vander yang tak pernah mengajaknya kencan selama ini. Hanya wanita itu saja yang berinisiatif untuk mengajak pergi. Bahkan memberikan hadiah pun tak pernah. Alhasil si wanita dirundung rasa sedih dan gelisah. Khawatir jika seorang V

  • Behind The Beast   END

    Spring has sprung (again!) Padahal empat musim rasanya sudah Vander lewati hingga ke titik di mana dirinya mendapatkan segalanya. Sayangnya, semua hanyalah sebatas mimpi. Sebuah imaji yang terbentuk di dalam pikiran dan ingatannya. Sesuatu yang antara dua ia yakini; apakah itu hanya sekedar bunga tidur? Ataukah mungkin ... bisa menjadi nyata? Vander memang mengalami sebuah mimpi sadar atau mimpi lucid tadi malam. Sebuah mimpi yang telah ia rancang akan hadir di ingatannya, tetapi tidak sepenuhnya bisa ia kendalikan. Seperti sebuah skenario. Hanya saja kita bertarung di dalamnya untuk membuat semua menjadi sesuai apa yang diinginkan. Bukan berarti semua terlihat mudah. Vander justru menemukan hal-hal lain yang tak pernah ia sangka. Entah itu si iblis cantik yang menyerupai malaikat. Ada juga manusia berhati setan yang hampir merusak segalanya. &n

  • Behind The Beast   IV. Winter | Fifty Five

    East River, New York."Sugar- Honey- Iced- Tea! Damn! What the hell going on, Guys?"Chloe terlihat panik sambil berjalan memegangi perutnya yang besar.Dia baru saja meninggalkan pesta dan turun ke bagian dalam yacht miliknya— dengan penampilan sangat cantik menggunakan gaun panjang khusus ibu hamilnya dan mantel bulu hangat, serta riasan wajah yang memukau. Wanita itu menuntut ke arah sepasang kekasih yang kini tepat berada di hadapannya."Tenanglah, Chloe. Hanya ada kesalah pahaman sedikit. Mike akan mengatasinya. Kebetulan dia masih berada di kota," ujar Yasmine menenangkan. Wanita itu tak kalah anggunnya dengan gaun beludru merah hati dipadu padankan dengan coat panjangnya dan stiletto yang dipakai."It's okay, Ibu hamil. Kejut

  • Behind The Beast   IV. Winter | Fifty Four

    "SURPRISEE!!!" Alangkah terkejutnya Vander dan semua yang baru saja tiba. Bunyi terompet, tebaran konfeti dan banyak balon seolah menyerbu mereka begitu memasuki mansion luas Turner. Apakah ini perayaan atas kemenangan mereka? Sepertinya begitu, tapi tidak setelah melihat siapa yang telah menyambut mereka. Itu bukan perayaan spesial dari Tuan Turner seperti yang mereka sangka. Melainkan dari orang-orang yang selama ini mereka rindukan. Semuanya berkumpul di sana tanpa terkecuali. "Welcome back!" sambut semua orang dari dalam. Bagaikan terkena terapi syok, semuanya tak bisa berkata-kata, terperangah dan terdiam di tempat masing-masing. Hingga satu per satu orang berhambur memeluk mereka semua. Barulah tersadar dengan apa yang sedang saja t

  • Behind The Beast   IV. Winter | Fifty Three

    "Kau akan menyesal," sumpahnya menatap penuh rasa dendam ke arah Vander. "Aku akan membunuhmu untuk yang kedua kalinya. Kupastikan kau mati. Inilah akhirmu, Zeckar. Berbaliklah, dan lihat siapa yang datang," sambung Trevor sambil menyeringai puas. Vander dengan cekalannya yang masih kuat mencoba untuk menoleh ke arah yang dimaksud, akan tetapi sebuah moncong pistol sudah mendarat di pelipisnya. Begitu ia mendongak ke atas, sebuah seringai ia dapati. "Ay, Vander. Long time no see." _____ Pupil mata Vander membesar tatkala melihat siapa sosok yang berada di belakangnya; Sosok pria bertubuh tegap dengan rambut cepak— sedang menyeringai dengan ganja kering menyala di sudut bibir.

  • Behind The Beast   IV. Winter | Fifty Two

    Tak banyak yang bisa dilihat Vander dari posisinya ia berada sekarang. Namun, sepertinya truk trailer yang membawa dia dan kelompoknya itu memasuki kawasan kota mati. Di mana tempat tersebut adalah kota industri otomotif lama yang telah ditinggalkan, dan hanya tersisa bangunan -bangunan tua usang saja saat ini.Dahulu sekali Vander pernah mengunjungi tempat tersebut. Mencari seorang anggota yang kabur membawa aset mereka dan mengeksekusinya sekaligus juga di sana. Di gereja satu-satunya di tempat itu. Dengan cara memasukkannya ke dalam peti dan memakunya hingga tak dapat keluar. Tak lupa ia menembakkan timah panasnya tepat di tengah peti tersebut.Terakhir yang Vander ingat sebelum keluar pintu, ia mendengar jeritan pria tersebut memanggil namanya. Dan setelahnya .... Ia benar-benar tak peduli.Lantas kini Vander kembali. Mencari orang-orang yang masuk

  • Behind The Beast   IV. Winter | Fifty One

    Bunyi deru mesin mobil dan motor mulai terdengar di halaman depan mansion Turner. Vander begitu juga yang lainnya sudah sedia di kendaraan masing-masing. Tepat saat fajar. Mereka memilih waktu subuh karena pasti sang musuh takkan mengira akan diserang pada saat itu. Mereka memutuskan untuk mulai berjalan, karena sekarang adalah saatnya. Earpeace sudah terpasang ditelinga. Memudahkan mereka untuk berkomunikasi jarak jauh. Begitu juga dengan senjata, juga taktik tentunya. Vander sudah duduk dibalik kemudinya. Sesaat dia baru saja berbicara dengan sang kakek. Aneh rasanya mendapat panggilan dari Abuelo-nya itu. Hanya saja Vander mengangkatnya juga. Ternyata kakeknya itu mengkhawatirkan dirinya. Walaupun tak terdengar seperti itu. Hanya saja Vander bisa merasakan yang kakeknya itu rasakan. Tuan

DMCA.com Protection Status