“Tidak usah bangun, kamu berbaring saja,” titah Alessa saat Angel berusaha menyambut kawan baiknya itu.
“Iya, kondisimu masih lemah. Tidak kusangka kau sangat mudah sakit ya, Evil Queen.”
Karel, Angel sering menatap lelaki jangkung itu lama. Meski berusaha menunjukkan ekspresi cuek dan mengesalkan seperti biasanya tapi gadis itu tahu Karel masuk dalam daftar orang yang cemas terhadap keadaannya. Gadis itu membenarkan posisinya agar bisa duduk tegak, dia pegal seharian berbaring di ranjang. Alessa memegangi kantung cairan infus yang hampir jatuh karena pergerakan Angel.
“Hati-hati, Angel,” gumam Alessa.
“Kamu jahat sekali pada si Galah,” tegur Angel setelah kedua temannya pergi.“Dia terlalu berisik, mengganggu saja.”“Tapi dia yang membantuku.”“Apa ini, kamu sedang membela laki-laki lain di depanku?”Angel terkekeh pelan, ia tahu Jaydan berpura-pura marah hanya untuk menghiburnya. Senyum Angel tiba-tiba memudar ketika ia mengingat sesuatu, tamparan bibinya dan pembelaan sang paman menyerang benak Angel secara bersamaan. Perasaan bersalah pun menyeruak. Ia takut rumah tangga paman dan bibinya berantakan gara-gara masalah ini.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Jaydan menyadari keanehan kekasihnya.“Apa Pamanku menemuimu tadi?”“Iya
Keesokan harinya saat kondisi Angel sudah membaik, ia meminta pada Jaydan untuk diantarkan ke ruang inap Renata. Ia ingin meminta maaf sekaligus membahas segala sesuatu yang memang harus segera dituntaskan dengan kedua sepupunya itu. Saat ini Angel sudah berada di sana, bersama Renata, Hena, pamannya dan bibinya. Kebetulan sekali semua orang yang ingin Angel temui ternyata ada di sana. “Angel, kemari, Nak. Renata dan Hena ingin bicara padamu.” Angel mendekat dengan ragu-ragu, tampak Hena dan Renata masih terlihat kesal pada Angel. Terlebih Hena, ia masih marah karena ternyata Karel dan Alessa menjebaknya demi membantu proses hukum Angel. “Renata, Hena, cepat minta maaf pada Angel atas semua kesalahan yang telah kalian lakukan.”
Karel memainkan kunci mobilnya saat ia keluar dari tempat gym sembari bersiul santai. akhirnya setelah sekian purnama lelaki itu bisa menyempatkan diri untuk memanjakan dirinya dengan mandi keringat demi menjaga kebugaran tubuh. Lelaki itu juga ingin mulai menumbuhkan otot-ototnya yang sempat punah karena kesibukan di organisasi.Tak lama lagi, masa pensiunnya sebagai anggota BEM akan tiba. Karel akan menghadapi semester neraka yang memerlukan kekuatan penuh baik secara lahir dan batin. Jadi dia harus rutin olahraga lagi. Lelaki itu sudah ada di dalam mobil mewahnya, merapikan rambut sebentar sambil bercermin di kaca spion setelah itu ia pun berangkat ke tempat tujuan.Rencananya hari ini ia dan Jaydan akan bertemu dengan teman-teman SMA mereka, reuni dadakan yang diatur salah seorang temannya disambut gembira oleh semua orang. Tak ayal Karel ingin tampil menawan hari ini, siapa tahu dia bisa bertemu dengan mangsa baru. Sudah terlalu lama ia menyendiri setidaknya untuk
“Kamu ini, aku serius bertanya.”“Aku jarang diam di rumah sampai tidak pernah memikirkan apakah aku kesepian atau tidak selama tinggal di sini.”“Orang tua kamu ke mana?”“Kerja, mereka juga jarang pulang ke sini. Tepatnya mereka langka ada di negara ini. Mereka tidak bisa hidup tanpa pekerjaannya, anaknya hampir mati pun sepertinya mereka tidak akan peduli.”“Kamu tidak boleh bicara seperti itu.”“Memang faktanya begitu.”“Orang tua kamu pasti punya alasan, jangan terlalu berburuk sangka.”“Sudah ah, jangan bahas mereka, malas aku.”“Pacar kamu tidak akan marah kan aku di sini?”“Memangnya aku punya pacar?” tanya Karel.“Bagaimana kamu ini, ya mana aku tahu.”“Aku juga tidak tahu kalau aku punya pacar.”Alessa terkekeh sebentar sampai ia menepuk jidatnya se
"Aku merasa ini ulah sepupu-sepupu Angel, Jay," ungkap Karel setelah menjelaskan detil kejadian yang menimpanya hari ini.Jaydan buru-buru meninggalkan tempat reuni begitu mendapat kabar bahwa Karel kecelakaan. Meski sering berdebat dan bahkan bertengkar tapi dua sahabat itu tetap saling peduli dan selalu ada di kala keduanya membutuhkan satu sama lain.Jaydan menggeleng, mengelak perkiraan Karel yang menebak dalang di balik insiden penabrakkan yang dialaminya."Bukan, pasti bukan Renata dan Hena. Mereka sudah berdamai dengan Angel, dan lagi memang apa motif mereka sampai harus mencelakaimu seperti itu?""Bisa saja Hena masih dendam gara-gara aku mempermainkannya waktu itu.""Kurasa tetap mustahil, Rel, pasti ada orang lain yang berniat buruk pada kita. Dari pesan ancaman yang dia kirim, terlihat jelas kalau dia takut jika kita terus berada di dekat Angel. Karena dengan keberadaan kita maka ruang gerak orang itu untuk mencelakai Angel jadi se
Hari Rabu, tepat pukul sepuluh, keluarga Angel dan teman-teman gadis itu sudah memasuki ruang persidangan. Mereka duduk berderet di kursi sebelah kanan, ada Axel yang juga menghadiri sidang tersebut. Sudah lama ia tidak melihat istrinya bekerja, karena persidangan ini sangat spesial makanya Axel menyempatkan waktu.Jeyasa sedang bersiap di mejanya sambil membereskan beberapa berkas yang diperlukan untuk pembelaan nanti. Wanita hamil itu menoleh ke arah keluarganya dan mendapati sang suami sedang tersenyum manis padanya. Seperti dengan cara itu Axel sedang memberikan dukungan penuh pada Jeya yang sebentar lagi akan berjuang.Kasus yang diperkarakan Jeya hari ini sebenarnya bukan kasus banding atas tuduhan pencucian uang yang dilakukan Adam Lee. Kasus itu tidak bisa digugat kembali karena terdakwa sudah meninggal dunia tapi dalam prosesnya Jeya mendapat kasus yang disinyalir masih ada kaitannya dengan kasus Adam Lee. Jeya ingin menuntut salah satu perusahaan yang menyuap
"Mari bersulang untuk kemenangan Angel sang Evil Queen yang mulai tobat, cheers!!!"Untuk merayakan kemenangan kasus mendiang ayah Angel, Karel mengajak teman-temannya untuk makan-makan di sebuah kafe yang masih satu kawasan dengan pengadilan. Axel dan Jeya memutuskan pulang duluan karena masih ada urusan yang harus mereka selesaikan begitu pun dengan keluarga paman Angel. Sekarang di kafe itu hanya ada empat serangkai yang mulai sulit dipisahkan dalam berbagai keadaan."Kau ini memang suka cari gara-gara ya, Galah?""Oh, jelas, aku satu-satunya orang yang selalu memberi masalah menyenangkan padamu. Hidupmu akan hambar kalau tidak punya masalah, jadi bersyukurlah karena semua masalah yang menimpamu, hidupmu jadi lebih berwarna dan menyenangkan. Bukan begitu, Jay?""Terserah kau saja.""Dih, kau itu bisa tidak sekali saja membelaku di hadapan kekasih angkuhmu itu?"Kau tidak pantas dibela," balas Jaydan kejam, Karel mengangguk denga
Berita mengenai penangkapan James Marion sudah tersebar ke seantero negeri, mulai dari media cetak, media online, televisi, dan radio meliput laporan tersebut dan semuanya kompak mengumumkan bahwa Adam Lee bebas dari segala tuduhan.Tentu saja masyarakat yang semula membenci Adam Lee berbalik menaruh simpati sekaligus menyesal karena sempat melayangkan tuduhan yang macam-macam pada orang yang salah. Begitu pun sebaliknya, mereka yang ada di pihak Adam Lee sejak awal mengucap syukur sedalam-dalamnya atas terkuaknya fakta yang selama ini ditenggelamkan.Kampus Nethern menjadi tempat paling utama untuk membahas kasus itu. Semua penilaian buruk sudah tersapu bersih dan kini mereka kembali memandang Angel sebagai orang yang penuh kuasa. Bagaimana tidak, semua aset dan harta yang semula disita pihak komisi anti korupsi kini sudah kembali pada pemiliknya. Pada sang pewaris tunggal kekayaan Adam Lee, siapa lagi kalau bukan Angel.Dua pekan setelah sidang terakhir, Angel
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling