Sekitar tiga puluh menit perjalanan dari kampus akhirnya Karel dan Jaydan tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah bergaya modern klasik yang tidak begitu besar namun cukup resik dan asri. Tampak jelas sang penghuni rajin merawatnya dengan baik. Mobil yang ditumpangi Karel memarkir di halaman depan setelah seorang penjaga kebun membukakan gerbangnya. Jaydan melepas sabuk pengaman dan bersiap turun.
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Jaydan sambil menyapu pandangan ke sekitar.
Karel mengambil ponsel dan membuka riwayat chat-nya dengan salah seorang teman untuk memastikan alamat yang dimaksud.
"Benar, sesuai dengan alamat yang dikirim Hena," ujar Karel dan tak lama kemudian dua orang gadis muncul dari pintu utama sambil mengembangkan senyum senang.
"Jaydan, Karel, akhirnya kalian tiba juga. Ayo, silakan masuk."
Keempat orang itu pun masuk rumah dengan berbagai perasaan berbeda dari tiap-tiap orang. Ada yang terlampau senang, ada yang biasa
Menjadi musuh semesta dalam waktu singkat tidak pernah Angel sangka akan menjadi nasibnya. Ya, dia sadar sebelum kasus ayahnya merebak, sosoknya yang angkuh dan kerap berlaku semena-mena memang sudah menjadi pemantik kebencian orang-orang terhadapnya. Tapi serangan kali ini lebih dahsyat dari serangan-serangan yang pernah dia dapat sebelumnya. Komentarnya sama-sama mengerikan, kala itu Angel lebih tangguh menghadapi semua hujatan karena ada Adam di sisinya. Pria itu yang selalu mengingatkan bahwa disukai dan dibenci itu adalah hal yang lumrah dalam kehidupan. Angel ingat betul kapan dan di mana sang ayah mengatakan itu. Dilonguedepan kolam renang saat senja datang, itulah tempat dan waktu favorit mereka untuk menghabiskan waktu bersama pasca Adam selesai dengan pekerjaannya. "Kita tidak bisa mengendalikan penduduk semesta untuk senantiasa menyukai kita. Sekelas Nabi—manusia paling mulia di muka bumi—ini saja masih ada yang membenci, apalagi k
Angel kembali melanjutkan kegiatan membacanya. Tidak peduli dengan apa yang Jaydan lakukan pada Moca dan enggan menanggapi komentar lelaki itu juga. Terbesit sedikit rasa jengkel pada Moca. Bisa-bisanya kucing itu bersikap ramah pada orang yang telah membuat pemiliknya patah hati. Dasar kucing tidak setia kawan, begitu pikir Angel. Jaydan sudah duduk di samping Angel, tidak ada yang meminta atau pun melarang. Pria itu hanya berinisiatif tanpa takut akan ancaman penolakan yang mungkin dia terima. Gadis di sampingnya justru membisu seolah tidak ada siapa pun yang hadir di sana. "Kucingmu lucu, beda dengan pemiliknya." Masih belum ada tanggapan dari Angel. Tuhan seperti mengutuk perempuan itu menjadi batu. Tidak bisa berkutik atau bicara apa pun. "Siapa namanya?" tampaknya Jaydan belum ingin menyerah. Dia terus mengajukan pertanyaan meski belum tentu mendapat jawaban. "Tidak perlu menghabiskan waktu berhargamu untuk iba padaku. Pergi!" Dingin, ke
"Semua ucapanmu mungkin benar, aku juga tidak bermaksud menyepelekan kesedihanmu. Dan ya, aku bukan siapa-siapa bagimu, hanya sekadar teman satu kampus yang ingin mengingatkan bahwa kau masih punya kesempatan besar untuk memutar roda kehidupan. Kau bisa berusaha, entah perlahan atau langsung berlari untuk mencapai puncaknya. Asal kau mau memulai maka semua itu akan tercapai suatu saat nanti. Kuliah tidak akan menjamin kesuksesanmu, tapi setidaknya itu bisa menjadi langkah awal untukmu memulai semuanya dari nol. Tidak ada kata terlambat bagi mereka yang berusaha dengan giat." "Bisa berhenti tidak? Aku lelah mendengar omong kosongmu." "Aku sama sekali tidak—" Angel berdiri, dia mengambil alih Moca dari pangkuan Jaydan yang masih duduk di ayunan. Lelaki itu menatap manik Angel dalam. "Aku mengerti, Jaydan, sangat mengerti. Semua hal yang kumiliki selama ini memang tidak pernah benar-benar menjad milikku. Harta, sahabat, penggemar, popularitas, semuanya s
Dua pekan berlalu sejak kunjungan Jaydan dan Karel ke rumah sepupu Angel. Artinya hampir satu bulan setengah kampus Nethern kehilangan gadis tercantik yang dulu selalu mereka puja-puja dan dijadikan standar kecantikan di kampus itu. Michelle dan Austin menjalani hari-harinya seperti biasa. Foya-foya, menindas orang-orang lemah, dan mempermainkan pria sesuka hati mereka. Kebanyakan penduduk di kampus itu bahagia atas ketiadaan Angel. Namun, tidak sedikit pula yang mengaku merindukan Angel. Meski terkenal angkuh dan kejam sebenarnya Angel itu mahasiswa pintar. Dosen-dosen segan dan menghargainya bukan hanya karena gadis itu putri dari mendiang Adam Lee. Prestasi gadis itu pun menjadi salah satu bahan pertimbangan. Pagi hari sekitar pukul sembilan, Jaydan sudah menyelesaikan satu mata kuliah yang kebetulan hanya 2 sks saja. Dia berencana melakukan final survei tempat acara untuk kegiatan PDO (Pelatihan Dasar Organisasi)
Kabar mengenai kembalinya Angel ke kampus mengudara dengan cepat dan santer jadi bahan pembicaraan penduduk sana. Mereka awalnya bingung, kenapa anak narapidana korupsi yang sudah bangkrut masih bisa melanjutkan kuliah di Nethern University. Kampus yang terkenal memiliki biaya pendidikan yang sangat tinggi untuk kalangan menengah bawah. Selentingan kabar miring bermunculan terkait kembalinya Angel ke kampus. Ada yang bilang bahwa Angel sengaja mengancam para petinggi kampus untuk mempertahankannya di kampus itu jika tidak mau mereka terseret kasus ayahnya. Ada pula rumor liar yang mengatakan bahwa sekarang Angel menjadi simpanan para pejabat dan diduga mendapat uang banyak dari hasil melayani mereka. Berita miring itu berseliweran di setiap sudut gedung Nethern University bahkan sudah sampai ke forum gosip netizen di dunia maya. Semakin deras hujatan yang mampir ke akun Stargram Angel. Untungnya, saat ini Angel tidak punya ponsel dan menutup akses untuk menjangkau ko
Jaydan terlihat kaget begitu pun dengan anggota yang lain. Rata-rata mereka menunjukkan respons negatif, merasa bahwa Angel tidak pantas ikut Pelatihan anggota BEM tanpa melewati tahap seleksi seperti yang sudah dilalui peserta terpilih yang lain. Sebelum tiba di titik pelatihan ini, banyak tes dan wawancara yang harus Angel lakukan dan sayangnya momen itu sudah lewat. Kini yang mengikuti pelatihan adalah mereka yang sudah terpilih menjadi anggota BEM dan akan dikukuhkan secara resmi pada prosesi pelantikan nanti yang juga dihadiri akan oleh pimpinan lembaga Nethern University. Rasanya tidak adil jika Angel tiba-tiba bergabung seperti ini. Mahasiswa lain akan curiga dan menganggap pak Rektor memberikan perlakuan spesial pada Angel. "Tapi Pak proses penerimaan anggota sudah ditutup dan kami juga tidak bisa menerima Angel begitu saja karena itu menyalahi peraturan," ujar wakil ketua BEM yang khawatir hal ini akan berdampak buruk bagi citra organisasinya.
"Kalian dengar tidak, katanya ada anak penjahat yang mau bergabung menjadi anggota BEM tahun ini," sindir Michelle saat ia melihat Angel melintas di hadapannya. "Oh—my—God!Kenapa hal mengerikan itu bisa terjadi? Mau jadi apa kampus ini kalau organisasi intinya memiliki anggota dari keluarga penjahat. Mau les tata cara korupsi dana kegiatan? Ha ha ha," tambah Austin tertawa keras yang otomatis diikuti Michelle dan dua gadis lain yang sepertinya anggota baru geng Michelle dan Austin. Tujuan Angel datang ke kafetaria adalah untuk membeli makan siang, dia sama sekali tidak minat debat atau bertengkar dengan siapa pun hari ini. Peraturan dan hal-hal yang harus dia siapkan untuk mengikuti pelantikan BEM saja sudah membuatnya malas. Cukup itu saja yang memusingkannya, Angel tidak butuh hal lain. Ejekan Austin dan Michelle bak angin lalu yang seolah tak pernah hinggap di telinga Angel. Dia sibuk memilih roti dan air mineral untuk makan siangnya. Uang saku dari
Angel sedang duduk di tempat favoritnya di kampus ini, Green Roof, suasana di sana agak panas karena ini memang jamnya makan siang. Matahari sedang ada di puncak langit dan memang Angel yang gila karena memilih tempat itu dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi sekarang. Angel merasa tempat ini yang paling aman dan nyaman untuknya, karena cuaca sedang panas, dia yakin tidak akan ada yang mau nongkrong di sana kecuali petugas kebersihan dan tukang kebun yang sedang merawat tanaman di Green Roof ini. Beruntung Angel masih menemukan tempat teduh, ia duduk beralas rumput tepat di bawah pohon yang terbilang kecil ukurannya namun cukup rindang. Gadis itu melahap roti yang dibelinya dengan susah payah, rasanya agak susah untuk menelan tanpa bantuan air. Angel memang tidak sempat membeli air baru karena dia telanjur kesal pada Austin, Michelle, dan semua orang yang berniat mengusiknya. Apa mereka semua tidak punya kerjaan lain selain menghujat Angel? Belum cu
Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Angel. Ujian hidupnya sungguh berat dan dia takjub pada dirinya sendiri karena bisa kuat dan bertahan sampai detik ini. Detik di mana ia bisa mengulang semua adegan demi adegan kehidupannya yang tak menyenangkan hanya dalam ingatan dan kenangan. Mendapat penolakan Jaydan di awal cerita, kehilangan sang ayah, dibenci semesta, berseteru dengan sahabat dan keluarga, bahkan sampai mendapat teror pembunuhan oleh dua orang gila yang dibutakan obsesi dan dendam kesumat.Ujian-ujian itu sungguh berat ketika dijalani namun ketika Angel berhasil melewatinya hanya tersisa perasaan lega terlepas dari hasilnya yang baik atau sebaliknya Angel tidak peduli. Dari semua kejadian yang menimpanya, Angel belajar banyak hal baru. Tentang rasa saling menghargai, pentingnya mempercayai seseorang, persahabatan yang tulus, pentingnya dukungan keluarga. Hal-hal sederhana yang tanpa sadar mampu menjadi penangkal berbagai masalah buruk dalam hidup.Memang
Tubuh Angel menghantam lemari sampai bergetar. Punggungnya terluka terkena pecahan kaca. Gerry terus melakukan serangan bahkan ketika Angel sudah tak berdaya karena lemas. Darah keluar sari telapak tangannya yang tersayat pecahan kaca.“Mati kau Angel Lee!” teriak Gerry siap menginjak bagian dada Angel.Sayang, sebelum aksinya berhasil sebuah tendangan mendarat di punggungnya dan Gerry pun tersungkur. Jaydan pelakunya, dia datang di momen yang tepat.“Angel,” cicit Jaydan khawatir, ia membantu kekasihnya untuk berdiri.Sementara Karel langsung melepaskan jaketnya dan menutupi bagian atas Alessa yang compang-camping. Amarah Karel mendidih, dia ingin melenyapkan Gerry dengan segera namun sekarang yang terpenting adalah Alessa. Lelaki itu ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.“Kamu tunggu di sini,” kata Jaydan lagi setelah menyisihkan Angel ke tempat yang aman.Tatapan nyalang tak ter
Di tangan Naina ada sebuah boneka beruang yang cukup lucu. Ia mendekati Angel seraya memamerkan senyum mengerikan ala psikopat yang ada di film-film thriler. Tangan satunya lagi memegang belati yang masih berlumuran darah Moca. Darah Angel mendidih detik itu juga, ia ingin berontak tapi waswas Naina menyerangnya dengan benda tajam itu."Kak Angel, kau mau tahu tidak bagaimana caraku menganiaya kucing kesayanganmu?" tanya Naina dengan suara dibuat seramah mungkin."Pertama, aku tangkap dia seperti ini," katanya sambil mencekik leher boneka beruang."Lalu dia mengeong kesakitan, aku yakin kau pasti menangis guling-guling kalau melihatnya. Setelah itu, aku sayat lehernya begini!"Sret!Suara robekan terdengar begitu nyata, Angel membayangkan boneka itu adalah Moca. Napasnya tiba-tiba sesak, dia tidak sanggup mendengar kelanjutan cerita Naina."Setelah itu aku tusuk bagian perutnya sampai seluruh jeroannya keluar seperti ini."Naina mengh
Tangan kanan Gerry menangkup pipi Angel sekuat mungkin, “Tidak usah berlaga bodoh, Angel Lee. Aku muak melihatnya! Ayo jawab, di mana kau melihat Antonio mati, hm?”“Apa urusanmu? Kenapa kau ingin tahu hal itu?”“Aku? Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang anak malang yang harus kehilangan ayah terkasihnya karena monster kejam seperti ibumu. Antonio itu ayahku, Angel Lee, dan ibumu merenggut nyawanya dengan sadis tepat di depan matamu. Kau ingat sekarang, hah?!”Gerry mendorong kepala Angel sampai membentur lantai, Alessa memekik—ingin membantunya tapi tak bisa karena kedua tangannya terikat. Alhasil Alessa hanya bisa menangis sambil memohon ampun pada Gerry.“Kau dan ibumu sama-sama perempuan monster, Angel Lee! Kenapa kau masih hidup, hah? Akan lebih baik jika orang-orang seperti keluargamu mati cepat dan berkumpul di neraka! Tebus semua dosa kalian selamanya!”Angel menangis, dia ingat kejadian
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling