“Ih, kamu sama saja mengesalkannya,” keluh Angel saat mendapati Jaydan seperti mendukung kalau Karel dan Alessa mau berduaan.
“Mereka butuh waktu berdua untuk membicarakan kejelasan hubungannya.”
“Ya tapi kenapa harus di rumahku? Kamu juga tidak bilang dulu akan datang ke sini.”
“Sengaja, biar kamu dan Alessa terkejut.”
“Sepertinya semua orang ada di pihak Karel.”
“Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Angel, Alessa sudah mengakui kalau dia suka sama Karel. Biarkan saja semuanya bermuara sesuai alurnya.”
“Tuh, kan, aku tidak salah. Setiap kamu jalan dengan Karel pasti tingkat menyebalkannya jadi meningkat.”
Jaydan tersenyum, dia memegang dua sudut bibir kekasihnya, “Oke, aku minta maaf. Jangan cemberut begitu, senyum dong.”
“Tidak mau!”
“Kamu tidak senang aku berkunjung?”
“Aku senang tapi j
Kabar Karel yang menyatakan cinta pada Alessa memang belum tersebar luas tapi beberapa mahasiswi ada yang mengetahuinya. Sehingga mereka diam-diam mengintimidasi Alessa karena hal itu. Sengaja mereka menyerang Alessa sembunyi-sembunyi karena takut kena damprat Angel. Gadis itu pasti marah besar kalau tahu sahabatnya disudutkan orang-orang hanya karena Karel menyukai Alessa.“Dunia kita sangat berbeda, Rel, kamu sadar tidak? Hal itu mungkin akan menjadi penghalang besar bagi hubungan kita ke depannya.”“Justru karena itu aku butuh kamu, Alessa. Karena dunia kita berbeda. Aku merasa sejak mengenalmu aku menjadi orang yang sedikit lebih baik. Peka terhadap keadaan dan peduli pada sesama. Kamu bahkan berhasil membuka pandanganku tentang Angel. Aku menilai dia sebagai manusia paling biadab dulu. Apalagi setelah dia memaki-maki kamu di depan umum. Tapi kamu tidak dendam sama sekali padanya, itulah daya tarikmu, Alessa. Kebaikan hati kamu itu yang membuatku
Boleh dibilang tadi malam adalah momen paling membahagiakan dalam hidup Alessa. Dia tidak menyangka bahwa kini dirinya benar-benar resmi menjadi kekasih Karel. Pemuda yang semula tak mampu ia gapai bahkan dalam angannya. Senyum gadis itu tersungging terus menerus ketika ingatan peresmian hubungannya dan si jangkung itu terputar dalam benak. Saat mengoles selai ke helai roti pun Alessa tidak bisa fokus. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau selai yang diambilnya sudah terlalu banyak.“Aku tahu kamu sedang jatuh cinta, Al, tapi ayolah kamu mau sakit gigi apa mengoleskan selai cokelat sebanyak itu,” omel Angel bermaksud menarik sang sahabat dari lamunan panjangnya.“Ah, he he, maafkan aku Angel, aku tidak sadar.”“Hhh, aku masih tidak percaya kamu benar-benar menjadi kekasih si Galah. Semakin besar kepala saja dia pasti.&rd
“Naina?” gumam Jaydan.“Bagaimana hal ini bisa terjadi Jaydan? Bukankah Naina masih di penjara?” tanya Angel ingin tahu pemikiran kekasihnya.“Bukankah sangat mungkin jika si Naina itu menyuruh orang untuk melakukan teror lanjutan pada Angel?” timpal Karel.“Aku juga berpikir begitu,” sahut Alessa sepaham dengan kekasihnya.“Kita tidak bisa menyimpulkan masalah ini sembarangan, aku rasa pelakunya bukan Naina,” kata Jaydan dengan tenang agar Angel merasa lebih aman dan nyaman.“Maksudmu?” sahut Angel lagi penuh tanya.“Tulisan ini,” Jaydan menunjukkannya pada Angel dan yang lain. “Ini bukan tulisan Naina, aku pernah beberapa kali membaca tulisan tangan gadis itu dan kuyakin bukan seperti ini tulisannya.”“Jadi maksudmu ada orang lain yang meneror Angel tapi mengatasnamakan Naina?” tebak Karel setelah mencoba menyambung-nyambungka
Di sebuah ruangan gelap dan lembap seseorang tengah tersenyum puas mengingat hasil kerjanya yang pasti berhasil membuat geger di rumah Angel. Orang itu duduk di sebuah sofa sambil menyelonjorkan kakinya ke atas meja. Semua rencana yang dia atur benar-benar berjalan dengan baik. Tidak ada satu pun yang mencurigai dirinya sebagai pelaku kejahatan terhadap Angel. Berbulan-bulan dia membuat hidup Angel menderita dan rasanya itu belum cukup. Orang itu tidak akan berhenti sebelum Angel benar-benar mati seperti orang yang dia sayang dulu. Kalau bukan karena ibu gadis iblis itu, mungkin dia tidak akan kehilangan ayah tercintanya.Clek!Suara pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring di ruangan kedap suara itu. Gadis berhoodie hitam masuk sambil melepas topi dan maskernya. Dua barang itu dilempar tepat ke tong sampah yang ada di sudut ruangan. Dia duduk di samping sang lelaki setelah saling
Angel menghubungi beberapa pengacara keluarganya untuk mengurus kasus teror yang kemarin dia dapat. Laporan terhadap pihak kepolisian pun sudah dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan. Ditakutkan ada serangan lain yang Angel dapatkan, alhasil kini kediaman Angel benar-benar dilindungi oleh beberapa petugas polisi dan ada pengawal pribadi juga yang dia sewa.Gadis itu akan memastikan keselamatan dirinya dan keluarga Alessa terjamin selama mereka tinggal bersama di kediaman mendiang Adam Lee. Cukup hanya Moca saja yang menjadi korban, Angel tidak ingin kehilangan sesuatu atau sosok yang dia sayangi lagi. Dia bersumpah tidak akan memaafkan manusia biadab itu siapa pun pelakunya.“Bagaimana Al, kamu sudah menemukan tanda-tanda orang mencurigakan yang terekam kamera cctv?” tanya Angel, ia dan Alessa sedang sibuk memeriksa hasil rekaman cctv dan black box mobil yang terparkir di sekitar kediamannya ketika kejadian pembantaian terhadap Moca terjadi.Sejauh ini
Karel tidak mengerti mengapa Jaydan mengajaknya pergi ke kampus malam-malam di saat suasana dan aktivitas penghuninya mulai berkurang. Jelas saja, ini malam hari dan sedang dalam masa libur semester juga. Sudah pasti suasana malamnya tidak akan seramai malam-malam masa sebelum liburan. Karena penjaga sekolah sudah sangat dekat dengan Jaydan, ditambah ayah lelaki itu adalah rektor di sana jadi penjaga pun mengizinkan Jaydan dan Karel untuk mengakses sekretariat BEM dengan mudah. Jaydan memeriksa loker anggota yang tidak dikunci dan laci-laci di lemari tempat menyimpan berkas.“Sebenarnya apa yang kau cari, Jay? Katakan padaku agar aku bisa membantumu. Kalau begini kan aku bingung harus mencari apa.”“Buku catatan milik Gerry, aku ingat pernah melihatnya di ruangan ini,” jawab Jaydan sambil terus mencari tanpa henti.“Buku catatan Gerry? Kenapa kau mencarinya?”Jaydan menjeda aksinya sejenak, Karel ini memang tipika
“Di mana Angel?” tanya Jaydan berusaha mengatur napas dan amarahnya, dia tidak ingin terlihat terpancing oleh Naina.“Dia ada di depanku bersama si cupu, temannya yang sangat loyal. Kakak ingin mendengar suara mereka?”“Argh, sakit ...,” ringis Alessa, Karel yakin itu suara kekasihnya.Dia mendekat pada Jaydan—langsung memaki tindakan Naina.“Berengsek! Kau apakan kekasihku, hah?!”Karel lebih emosional dibanding Jaydan, hatinya sakit mendengar jerit kesakitan Alessa di sana.“Aw, rupanya kau sudah jadi kekasih si Cupu, kak Karel. Aku tidak melukainya kok, kau tenang saja. kami hanya sedikit bermain-main. Di depanku sekarang sudah ada tali tambang, bensin, dan pisau tajam yang kugunakan untuk mencabik tubuh kucing kesayangan Angel. Kira-kira kau dan kak Jaydan ingin kami memainkan benda yang mana?”“Sekali kau sentuh Alessa, kau akan mati di tang
Penculikan ini terjadi beberapa saat lalu, tepatnya saat senja menghilang dan langit menggelap. Angel dan keluarga Alessa tengah bersiap menutup kedai. Para pengawal pun terlihat masih setia menanti nonanya di depan sana. Tepat pukul delapan persiapan untuk pulang sudah selesai. Ibu dan adik Alessa naik ke mobil lebih dulu sedangkan Alessa dan Angel keluar terakhir karena harus mengunci kedai terlebih dahulu.Tersisa dua pengawal yang masih menunggu Angel, tiba-tiba gerombolan pria berpakaian hitam berdatangan. Jumlahnya cukup banyak, mungkin ada sepuluh sampai lima belas orang. mereka memukuli pengawal Angel dan langsung menyeret Angel dan Alessa ke mobil. Pengawal yang sebelumnya sudah masuk mobil mencoba melawan namun mereka kalah jumlah dari kumpulan gangster itu.Sepanjang perjalanan Angel dan Alessa berontak, mereka baru diam ketika sang penculik membius keduanya sampai tak sadarkan diri. begitu membuka mata Angel sudah berada di sebuah bangunan yang membawa memo