Perempuan berambut blonde dengan bola mata coklat cerah itu turun dari mobilnya. Dia terlambat sepuluh menit dari jadwal masuk. Dengan santainya, dia pun berjalan dan ikut berbaris dengan anak laki-laki yang berjejer rapi di pinggir lapangan bola. Bisa dilihat hanya dia saja yang perempuan.
"Chrissy Alodie Milena terlambat lagi?"
Perempuan itu mengangguk, "Cuma sepuluh menit Pak." Ucapnya dengan enteng.
Pak Bram yang hari ini menjadi guru piket mengangguk. Kata CUMA itu selalu keluar dari bibir mungil Chrissy saat dia terlambat. Jika tidak karena ban mobilnya yang pecah, ya jam bangunnya yang berantakan. Itulah alasan yang selalu dipakai saat perempuan itu terlambat.
"Keliling lapangan lima kali." Perintah Pak Bram
Semua anak laki-laki mengangguk, bahkan ada juga yang meminta Chrissy untuk tidak melakukan hukuman. Jika perempuan itu tetap saja ngeyel, banyak pria yang melepas blazer mereka dan menutupi kepala Chrissy.
"Kalian ngapain sih? Ini cuma lari doang, jangan lebay." Ucap Chrissy lirih.
Menjadi primadona bukanlah mau Chrissy jika dia harus berhadapan dengan Icha Cullen. Perempuan yang memiliki tubuh tinggi semampai seperti tiang bendera, dan juga berkulit pucat seperti vampire. Walaupun Chrissy juga memiliki kulit putih tapi dia tidak sepucat Icha, yang katanya terlalu banyak suntik putih agar kulitnya indah.
"Kita takut lo kepanasan Chris."
"Gue nggak papa."
Perempuan itu segera menyelesaikan hukumannya. Ini bukan kali pertama, tapi sudah berkali-kali perempuan itu dihukum. Dan seperti biasa jika ada Chrissy itu tandanya lapangan akan ramai. Seperti saat ini laki-laki yang berlari di belakang Chrissy saling mendorong satu sama lain, hanya untuk menutup kepala Chrissy agar tidak terkena sinar matahari.
Padahal Chrissy yang memang menyukai olahraga, berlari dengan santai sambil bersiul. Dalam pikirannya dia ingin menyelesaikan hukuman ini dengan cepat, setelah itu pergi ke kantin dan makan. Memangnya berlari tidak membutuhkan tenaga? Apalagi Chrissy baru saja selesai sarapan dan langsung mengeluarkan kalori.
Satu putaran.
Dua putaran.
Tiga putaran.
Bahkan Chrissy tidak merasa lelah sama sekali. Dia sudah terbiasa dengan berlari macam ini, lima putaran sangat kecil untuknya. Sedangkan Chrissy biasanya sampai lima puluh putaran jika dia mau. Sayangnya dua hari ini Chrissy sedang malas, dan hanya olahraga di sekolah alias hukuman.
Putaran kelima Chrissy pun menghentikan langkah nya. Pandangannya tertuju pada sebuah mobil hitam gelap yang terparkir di samping mobilnya, mobil yang tidak begitu asing untuk Chrissy. Mobil siapa?
"Chrissy cepat masuk ke kelas kamu." Pak Bram langsung memberikan surat izin masuk pada Chrissy, dan meminta perempuan itu segera masuk ke kelas.
Sayangnya saat meninggalkan lapangan, dan melihat tangga ke kantin. Chrissy pun lebih tertarik dengan tangga itu dibanding pintu otomatis yang terbuka jika ada orang.
Dengan senyum yang mengembang pula Chrissy pun masuk ke kafetaria, dan duduk seorang diri di kantin sekolah. Semua terlihat sangat sepi, tidak ada orang sama sekali kecuali penjual kantin ini dan juga dirinya.
Chrissy bangkit dari duduknya sambil mengatur nafasnya. Menghampiri Bu Minah untuk membuatkan satu gelas milo dingin dan juga semangkuk nasi daging.
Perutnya kembali lapar setelah berlari. Lagian Chrissy hanya sarapan roti selai dan juga susu. Dan ini sudah jadi delapan pagi, itu tandanya waktunya makan siang.
"Bu Minah udah lonceng belom?" Tanya Chrissy saat Bu Minah datang membawa pesanan mereka.
Bu Minah menghela nafasnya, "Ya ampun Non udah telat satu jam masa mau tanya lonceng bunyi apa nggak?"
Chrissy tertawa kecil, "Maksud aku lonceng jam pertama Bu Minah."
"Masih belum Non, lima belas menit lagi."
Chrissy mengangguk membuat Bu Minah pergi. Perempuan itu langsung menikmati semangkuk nasi daging dengan lahap. Perutnya sangat lapar, dan perempuan itu tidak ingin mati kelaparan.
Lima menit lagi pelajaran jam pertama telah usai, dan digantikan jam kedua. Sedangkan pelajaran dari jam pertama dan kedua masih sama. Sama-sama matematika dengan Bapak Dawson, guru PKN yang terkenal tampan dan mengincar Chrissy sebagai perempuan yang dia suka.
Setelah makan Chrissy pun memilih keliling sekolah. Dia tidak kembali tepat waktu saat jam pelajaran pertama, sayang sekali jika satu jam pelajaran berikutnya dia harus ikut. Lebih baik dia juga tidak ikut sama sekali.
Dari lantai satu ke lantai paling atas, Chrissy tidak menemukan satu murid pun yang keluar kelas kecuali Edgar. Murid yang sudah dua tahun ini menyukai Chrissy, hanya saja perempuan itu sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap laki-laki itu. Dia terlalu nyaman dengan statusnya saat ini bersama dengan Edgar, bukan sebagai kekasih melainkan sebagai teman atau bahkan sahabat.
"Bolos mulu kerjaan lo sana balik kelas. Gue temenin deh, gue anterin." Ucap Edgar menunjuk baju Chrissy.
Bersyukur kalau setiap kelas memiliki jendela yang tinggi, pintu yang selalu ditutup dengan celah sedikit untuk mengintip. Tapi nyatanya tidak ada satu guru pun yang tahu jika muridnya ada saja yang bolos di jam pelajaran seperti ini.
"Nanggung Edgar, sejam lagi. Habis gini gue balik kelas " Chrissy menyandarkan kepalanya di bahu Edgar dengan mata yang terpejam. "Kalau nggak lima belas menit sebelum lonceng gue balik." Ujarnya
"Kebiasaan sih. Abis ngapain sih lo?"
"Semalem?" Perempuan itu membuka matanya laku menatap Edgar yang menganggukkan kepalanya tanpa dosa. "Kalau lo lupa, semalem lo video call gue sampai subuh." Ujarnya dengan nada kesal.
Mendengar hal itu Edgar pun tertawa kecil, dia pun langsung mengusap kepala Chrissy dengan lembut. Menaruh kepalanya sendiri di atas kepala Chrissy. Posisi yang selalu saja membuat Edgar suka.
Mereka tidak pernah memiliki hubungan apapun, tapi tingkah laku mereka sudah seperti orang yang memiliki status. Edgar yang memiliki sikap sabar, penyayang dan juga lembut. Terkadang Chrissy juga berpikir jika dia takut suatu saat nanti menyakiti Edgar, sedangkan dia sendiri tidak mampu membahas perasaan Edgar.
Mata mereka berdua sama-sama terpejam, tapi tidak untuk tidur. Hanya terpejam untuk mengistirahatkan mata. Sampai akhirnya Chrissy berdehem dan membuat Edgar membuka matanya.
"Mami nyuruh lo ke rumah, katanya mau makan malam sama lo." Ucap Chrissy tiba-tiba.
"Kalau malam ini gue nggak bisa. Ada janji kencan sama Devia."
Chrissy melirik tajam ke arah Edgar. Dia ingin bertindak egois dengan menahan Edgar, untuk tetap datang ke rumahnya nanti malam. Tapi jika mengingat ending mereka akhirnya Chrissy pun mengalah.
"Yaudah kapan lo ke rumah?"
"Besok lah, gue free kalau besok."
"Gue tunggu!!"
Edgar mengangguk dia pun menarik tengkuk leher Chrissy dah mengecup bibir mungil yang sudah tiga tahun ini dia rasakan. Bukan sebuah ciuman karena Edgar juga tidak bodoh untuk mencium Chrissy di sekolah. Hanya sebuah kecupan kecil, yang selalu mereka lakukan saat bertemu atau mungkin berpisah.
Mereka memutuskan untuk pergi dari perpustakaan yang sepi ini dan kembali ke kelas masing-masing.
Pelajaran pertama tinggal dua puluh menit. Lima menit untuk berjalan ke arah lift dan masuk ke kelas. Ini waktu yang cukup sedangkan lima belas menitnya Chrissy bisa mengikuti pelajaran.
Sesampainya di depan kelas, Chrissy langsung mengetuk pintu kelasnya saat Edgar sudah kembali masuk ke lift. Kelas Edgar ada di pantai empat. Sedangkan Chrissy di lantai tiga.
"Masuk." Teriakan dari dalam membuat Chrissy langsung membuka pintu kelas ini dan masuk.
Hal pertama yang dia lihat adalah semua murid yang langsung menatapnya, begitu juga dengan Bapak Dawson yang langsung tersenyum saat melihat Chrissy.
"Maaf Pak saya terlambat. Ini surat izin masuk saya." Chrissy mereka berikan surat izin masuknya pada Bapak Dawson.
Bapak Dawson menerimanya dan tersenyum, dia pun melirik jam kapan terakhir Chrissy terlambat. "Kamu cuma terlambat sepuluh menit? Tapi kenapa hukumannya sampai jam pelajaran saya habis?"
"Saya lagi periode bulanan Pak jadi tidur di UKS." Bohong Chrissy.
Bapak Dawson pun menggeleng, dia pun langsung meminta Chrissy untuk duduk. Tapi saat membalik badannya tubuh Chrissy pun menegang sempurna, matanya tertuju pada satu laki-laki yang duduk paling belakang dengan tatapan terkejutnya pula.
"Chevalier…"
"Issy…"
-To Be Continued-
Jangan lupa untuk komen dan sarannya. Terima kasih
FlashbackDua tahun yang lalu Nevan yang waktu itu tergila-gila dengan Chrissy pun berniat untuk mendekatinya. Perempuan cantik dengan rambut blonde dan juga bola mata yang berwarna coklat. Sangat indah bukan dan sangat cocok untuk di pandang.Nevan benar-benar mencintainya saat itu, dia bahkan sampai memamerkan jika dia bisa menjalin kasih dengan Chrissy. Perempuan yang memiliki hati begitu lembut dan suka sekali mengalah.Selama pacaran Chrissy juga tidak banyak menuntut, dia selalu mendukung apapun yang Nevan inginkan termasuk terjun ke dunia musik. Saat satu keluarga Nevan tidak ingin Nevan untuk bernyanyi, tapi satu dukungan dari Chrissy mampu membuat keluarga Nevan mengizinkan Nevan untuk bernyanyi dan terjun ke dunia musik.Disaat itulah Nevan pindah dari sekolah lamanya ke sekolah Musically. Dia ingin mendalami dunia music dan juga suaranya.Awalnya semua berjalan de
Dengan rasa terpaksa Chrissy pun satu kelompok dengan Nevan. Padahal tadi dia sudah mati-matian pindah kelompok. Tapi yang ada Pak Krisna sama sekali tidak mengizinkan Chrissy untuk pindah kelompok. Dikarenakan Nevan anak baru dan masih butuh bimbingan. Itu bukan alasan sih sebenarnya, lagian kalau pun tidak ada Chrissy, Nevan masih bisa bergabung dengan kelompok yang lainnya. Yang lebih pintar dan wawasannya sangat luas. Sedangkan Chrissy saja kadang masih bolos sekolah dan kelas."Udah terima aja nggak masalah lah, satu kelompok sama mereka." Ucap Auristella menyakinkan Chrissy"Masalahnya---""Mantan lo kan? Kalau lo nolak dan bersikap kayak gini. Dia makin besar kepala Chris, dia pasti menganggap kalau lo masih suka sama dia. Mending terima aja, jangan tunjukin muka nggak suka lo sama dia. Santai aja lah pokoknya." Sahut Belinda.Chrissy menghela nafasnya berat dia pun memilih mengalah. M
"Buat apa dibahas? Lagian itu udah lama kan ya, nggak perlu dibahas juga. Gue juga udah lupa." Ketus Chrissy.Bohong kalau Chrissy lupa, dia masih ingat betul saat Nevan bersama dengan perempuan lain saat anniversary mereka yang satu tahun. Dia tidak lupa sedikitpun tentang apa yang Nevan ucap waktu itu. Chrissy juga tidak akan lupa, saat Nevan lebih memilih perempuan lain dibanding Chrissy."Nggak gitu Issy, gue tau lo masih marah sama sikap gue. Dan gue berhak jelaskan hal itu ke elo.""Jangan panggil gue Issy." Ucap Chrissy tajam sambil menunjuk Nevan. "Kita sudah berakhir dua tahun yang lalu Nevan. Jadi nggak ada yang perlu kita bahas, karena itu sudah lama dan gue juga sudah lupa." Ujarnya.Nevan memilih diam sambil menatap Chrissy penuh harap. Dia masih berharap jika Chrissy masih mau mendengar ucapannya. Namun, sayangnya perempuan itu tidak ada niat untuk membahas masa lalu mereka yang belum
Keesokan harinya seperti biasa Chrissy terlambat untuk kesekian kalinya. Dia pun langsung menusuk daun kering dengan sapu lidi. Hukuman aneh ini terlahir dari Bapak Saipul Jamil yang super duper ngeselin, dengan tinggi badan yang hanya 165 sentimeter itu dan bermimpi menjadi pelatih basket. Jujur saja Chrissy terkadang ingin melempar guru itu ke planet mars agar tidak kembali, dan membuat impiannya yang memiliki tubuh tinggi semampai seperti tiang bendera.Merasa lelah Chrissy pun duduk dibawah pohon sambil mengusap dahinya. Dia pun menatap banyak laki-laki yang dihukum termasuk Nevan. Murid baru itu terlambat untuk pertama kalinya, tapi bagi Chrissy ini sudah gambaran terbiasa dari seorang Nevan.Dia jadi ingat saat pertama kalinya mereka terlambat dan dihukum untuk berjemur, dan juga mengangkat satu kaki ditambah juga untuk menjewer telinganya. Ada gunanya juga dia kemarin mempelajari sejarah. Tidak untuk dilupakan, tapi cukup dikenang dan d
“Sekarang lo jelasin apa maksud ucapan lo?”Nevan terus memaksa Bobby untuk bicara. Tapi sayangnya Bobby memilih diam tanpa mau mengucapkan sepatah katapun. Matanya juga terus menatap Chrissy yang tampak diam saja bersama dengan temannya.Perempuan itu tadi menundukkan kepalanya, lebih tepatnya menyembunyikan wajahnya di lekukan lengannya, Sampai akhirnya dia mengangkat kepalanya untuk menoleh ke arah belakang. Lebih tepatnya untuk menatap Nevan yang sejak tadi memperhatikannya.“Bob lo jangan bikin gue penasaran ya. Buruan ngomong, apa yang lo tahu semua tentang Chrissy selama gue pergi.”Lagi, Bobby hanya menatap Nevan datar. Dia pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Banyak yang berubah dari diri Chrissy setelah lo pergi. Apalagi saat tau lo selingkuh sama Lolita.”“Jelasin Bob.”Bobby mengangguk dia pun langsung menceritakan apa yang selama ini terjadi pada Ch
Duduk termenung dan memikirkan ucapan Nevan, itu adalah kegiatan Chrissy sejak satu jam yang lalu. Dia itu bisa berpikir dua kali tidak sih, dan dengan gampangnya dia meminta Chrissy kembali padanya? Apa dia lupa dengan apa yang dia lakukan pada Chrissy?"Harusnya dia nggak ada disini. Kenapa juga dia harus kembali." Gunanya ChrissySetelah bertemu dengan Nevan, Chrissy memang memilih pergi. Dia tidak kembali ke kafetaria atau mungkin ke kelas. Chrissy lebih memilih pulang daripada harus seharian bertemu dengan Nevan.Melihat sebuah mobil masuk ke halaman rumah, Chrissy pun memilih turun dari kamarnya. Kedua orang tuanya baru saja pulang dari luar kota. Maklum saja kedua orang tua Chrissy terlalu gila dengan pekerjaan. Sehingga lupa jika memiliki anak yang butuh kasih sayang mereka."Mom, Dad, Chrissy mau bilang sesuatu." Ucap Chrissy saat melihat kedua orang tuanya masuk ke rumah, dan duduk di rua
"Gila apa, ya nggak mungkin lah gue balikan sama dia." Chrissy menatap Clara tajam, bisa-bisanya perempuan itu mengira jika Chrissy akan kembali pada Nevan. Walaupun dalam hati dia masih menginginkan laki-laki itu.Banyak kenangan yang mereka lalui bersama. Sampai akhirnya Chrissy memilih pergi dari hidup Nevan. Kalau dihitung memanglah benar, Chrissy yang pergi bukan Nevan. Dan bodohnya Chrissy dia tidak mengakhiri hubungan mereka lebih dulu. Jadi intinya mereka itu masih dalam status pacaran tapi salah satu diantara mereka menganggap jika semua ini telah berakhir.Dulu, Chrissy masih berharap jika Nevan akan kembali dan meminta Chrissy untuk kembali. Dan Nevan memilih meninggalkan Lotita dan kembali pada Chrissy. Tapi yang ada Chrissy malah menelan pil pahit, jika Nevan lebih memilih perempuan lain dibanding Chrissy.“Pokoknya jangan mau kembali sama dia, aku nggak suka Nona Chrissy. Aku nggak mau Non Chrissy nangis la
Mau sampai kapan Nevan akan terus seperti ini? dia bahkan tidak bisa mendekati Chrissy lagi seperti dulu. Kalau diingat perjalanan cinta mereka tidak begitu berat. Nevan yang suka dan langsung mendekati Chrissy, dan ternyata perempuan itu memiliki rasa yang sama. Dan akhirnya mereka berdua pun sepakat merubah hubungan mereka menjadi sepasang kekasih.Awalnya tidak ada orang ketiga saat itu. sebelum Nevan pindah sekolah dan menjalin hubungan dengan Lolita. Waktu itu Lolita juga tahu kalau Nevan sudah memiliki kekasih, tapi yang namanya rasa tidak bisa ditutupi dan akhirnya mereka pun menjalin hubungan di belakang Chrissy.“Nevan kamu lagi ada masalah? Kok cemberut gitu?” tanya kakek dan duduk di samping Nevan.Laki-laki itu hanya menggeleng sebagai jawaban, tapi sorot matanya tidak bisa berbohong jika cucunya ini sedang memikirkan sesuatu.“Masih nggak mau ngaku eh. Padahal kakek kenal betul siapa kamu.”
Belinda memeluk Chrissy yang terlihat sangat lemah duduk di kursi roda. Perempuan itu akhirnya menyusul Belinda dan juga Nevan ke kantor polisi untuk membebaskan Belinda. setidaknya perempuan itu tidak memiliki catatan buruk semasa hidupnya. Dia akan menjadi dokter, mana mungkin seorang dokter memiliki catatan kriminal?“Gue gak tau mau bilang apa, tapi gue bersyukur banget sama lo yang masih mau peduli sama gue.”Chrissy hanya mengangguk saja, dia juga tidak mungkin tega membuat temannya masuk penjara. Meskipun Chrissys empat kesal dengan sikap Belinda, bagaimanapun perempuan itu sudah termasuk teman dan saudara untuk Chrissy. Dia bisa menyelamatkan Belinda dalam kasus ini, bukan berarti Chrissy harus membebaskan Candra dan juga edgar juga dalam kasus ini. Mereka harus menjalani hukuman mereka sesuai prosedur.Ketika mereka ingin pergi, Nevan menghentikan langkahnya. Dia melihat ayah dan juga ibu tirinya yang berjalan ke arahnya. Nevan menunduk, mungkin ayahnya tahu, tapi ingat ibu t
Auristella menatap Chrissy takut, sejujurnya dia tidur enak jika harus terlibat dalam masalah mereka. Perempuan itu juga tidak bisa menyalahkan satu sama lain bagaimanapun mereka ini sahabat. Dan pertemanan mereka sudah terjalin cukup lama, tidak hanya satu atau dua tahun saja. Tapi menurut Auristella semua ini tidak benar, masa masalah begini saja persahabatan mereka langsung retak? Masuk ke dalam ruang inap, Auristella melihat Nevan dan juga Chrissy yang sedang bercanda tawa. Bahkan Nevan langsung bangkit dari duduknya ketika Auristella mendekati ranjang Chrissy."Gue mau ngomong sama lo." "Gue tau lo mau ngomong apa. Tapi gue lagi gak mau bahas apapun tentang dia. Gue butuh waktu sendiri, Stella." “Tapi Sy—”“Kalau lo kesini cuma mau bahas masalah itu, lo boleh pergi.” potong Chrissy cepat.Auristella langsung diam, dia pun pergi ke sofa rumah sakit ini dengan cemberut. Dia hanya meluruskan saja, tapi yang ada Chrissy sama sekali tidak mau mendengar Auristella. Dia bahkan belum m
Nevan membantu Chrissy bangun dari tidurnya. Perempuan itu bilang, jika dia lelah tidur terus menerus. Bahkan Chrissy juga sempat meminta Nevan untuk mengambilkan minum, tenggorokannya sangat kering. Tapi yang ada Nevan malah menumpahkan air minumnya di kasur Chrissy. Chrissy tertawa. “mau bilang pincang tapi tangan.” Nevan cemberut, dia pun langsung mencubit pipi Chrissy yangs emakin tirus. “Gak makan berapa hari?”Kalau masalah itu sudah dipastikan jika Chrissy tidak makan dengan teratur. Bahkan mereka memberi makan Chrissy satu kali dalam satu hari, itu pun porsinya juga sedikit. Tidak sebanyak yang biasanya Chrissy bersama dengan Nevan. Mendengar hal itu ingin rasanya Nevan meneteskan air matanya. Dia mati-matian menjaga Chrissy agar tetap terjaga, yang ada mereka malah menyiksa Chrissy sesuka hatinya.Chrissy juga menceritakan, jika selama disekap dia bertemu banyak orang. Salah satunya Candra, dia melihat Candra yang datang dengan alasan jika dia sudah muak bersikap baik pada
Chrissy kembali kedatangan Leonardo, kali ini pria tua itu tidak datang sendiri. Melainkan dengan Tian, yang beberapa hari lalu bertemu dengan Chrissy. Mereka kembali membahas pernikahan yang akan dilangsungkan secara mendadak. Leonardo sudah menyiapkan semuanya, tinggal menunggu pendeta datang untuk pemberkatan mereka. Jujur saja Chrissy tidak suka hal ini, dia sudah berusaha untuk kabur. Tapi yang ada semuanya gagal, gedung busuk ini dijaga lebih dari sepuluh orang. Chrissy berada di lantai dua, yang mana lebih banyak sekali orang berada disini untuk melihat kondisi Chrissy. Sedangkan di bawah, jika didengar dari suaranya ada banyak sekali orang, mungkin sekitar lebih dari sepuluh. Mereka benar-benar membuat Chrissy sesak nafas. "Pernikahan kalian sebentar lagi." ucap Leonardo. Chrissy hanya diam saja. Dia masih berharap jika ada seseorang yang tahu hal ini dan langsung menyelamatkan dirinya dari laki-laki yang mengaku sebagai ayah. Dan menurut Chrissy ini bukanlah hal yang sewaja
Setelah mengantarkan Belinda pulang, Bobby tak langsung kembali ke rumahnya. Dia memilih duduk tenang di sebuah kedai pinggiran jalan, memesan satu kopi susu dan juga beberapa cemilan, seperti kentang dan juga jamur. Bobby mengeluarkan ponselnya, menatap pesan masuk dari Belinda yang meminta Bobby untuk segera pulang. Rasanya begitu malas jika harus membalas pesan itu. Menatap sekeliling, akhirnya Bobby melihat Marvin yang baru saja datang, dan langsung duduk di hadapan Bobby. "Kenapa lo nyuruh gue kesini?" tanya Marvin heran. Ya, Bobby menelpon Marvin malam ini hanya untuk meminta bertemu di sebuah kedai. Padahal, Bobby tahu jika Marvin kadang malas jika harus keluar rumah, kecuali memang dia memiliki niat untuk keluar dari rumah. Sayangnya, karena paksaan Bobby, membuat Marvin mau tidak mau datang ke kedai ini. "Gak papa. Gue gak ada temen minum kopi." Marvin menatap Bobby dengan heran. Dia pun menatap satu gelas kopi susu di depannya dengan mata memicing. Marvin ingin membuka m
Keesokan harinya, ketika masuk ke kelas, jantung Belinda mendadak berdebar kencang ketika melihat Bobby. Perempuan itu buru-buru duduk di mejanya sambil menyembunyikan wajahnya. Setidaknya tidak ada banyak orang yang tahu, apa yang dirasakan oleh Belinda. Begitu juga dengan Auristella yang merasa aneh dengan tingkah Belinda pun, langsung mencolek lengan Belinda. “Nda lo lagi sakit?” tanya Auristella.Belinda menggeleng, masih dengan posisinya. “Gue baik-baik aja.”Alis Auristella pun terangkat sebelah, dia pun menggeser duduknya dan duduk di samping Belinda. Tidak mungkin juga kalau perempuan ini baik-baik saja. lagian, sudah berapa hari Belinda tidak masuk sekolah. Belum lagi ibu Belinda yang tiba-tiba saja datang dan bilang jika Belinda sedang sakit. Bahkan ketika Auristella uingin menjenguk saja, ibu Belinda melarangnya. “Cerita sama gue apa yang terjadi.” ucap Auristella. Belinda menunjukkan wajahnya, dia pun mengusap air matanya lalu memeluk Auristella. Dalam hati Belinda meng
"Gak usah dikasih makan!!" kata Amel. Perempuan itu terlihat sangat marah, ketika baru saja datang. Terlihat jelas tatapan mata, sorotan mata yang bisa membunuh siapapun jika dia ingin. Nevan kembali menolaknya, dan semua itu karena Chrissy. Bangkit dari duduknya, hendaklah memukul wajah Chrissy sebagai pelampiasan amarahnya. Yang ada Amel malah mendengarkan sebuah instruksi yang cukup kental di telinganya."Berani anda menyakiti dia, anda berurusan dengan saya." katanya. Amel menoleh menatap satu pria tua yang mengenakan jas abu-abu. Terlihat jelas tatapan tidak sukanya dengan sifat Amel yang gegabah, yang ingin menghajar Chrissy dengan kedua tangannya sendiri. Jika Amel berani menyentuh Chrissy, hingga membuat dia cacat atau terluka. Dipastikan jika hidup Amel tidak akan tenang setelah ini. "Saya tau kamu membenci Chrissy. Tapi bukan berarti kamu harus menyakiti dia." katanya kembali Amel memilih kembali duduk di tempatnya semula. Jika saja pria tua itu tahu, apa yang terjadi mu
"Satu minggu gak ada perubahan apapun.* ucap Auristella. Kali ini mereka memutuskan untuk pergi ke cafe ujung sekolah. Meskipun ada banyak sekali warna sekolah yang datang kesini hanya ingin menikmati minuman segar dan juga kue. Nevan dan juga Auristella lebih memilih menikmati segelas es coklat dingin, sambil memikirkan Chrissy yang belum kembali juga.Tidak hanya mereka yang panik, bu Anna yang memberi challenge pada Chrissy pun juga ikut panik, ketika tahu jika perempuan itu diculik dan belum kembali sampai saat ini. Sedangkan masalah yang ada dipikiran bu Anna hanya ada satu. Chrissy diculik dan organisasi tubuhnya akan dijual oleh mereka dengan harga yang berbeda."Gue udah kerahkan anak buah gue. Tapi sampai saat ini gue belum juga nemuin dia." jelas Nevan.Auristella menyerah, dia tidak tahu harus pergi kemana lagi untuk mencari Chrissy. Belum lagi ayahnya yang mengomel ketika Auristella pulang dengan Marvin. Ayah Auristella menganggap jika Marvin adalah laki-laki berandalan y
Chrissy kembali mencoba untuk melepaskan tapi yang mengikat tangannya. Meskipun tangannya terasa perih, tapi nyatanya Chrissy tidak mau menyerah. Bagaimanapun dia harus pergi dari tempat ini, sayangnya, belum juga terlepas Chrissy melihat seorang laki-laki tua yang dari saja datang dan duduk di hadapannya. Laki-laki itu tersenyum, sambil merapikan jas mahalnya. "Hai … " Chrissy diam, memperhatikan laki-laki itu dengan tatapan yang mengerikan. Seolah jika dia bisa lepas dari sini, sudah dipastikan Chrissy akan mencekik leher laki-laki itu. "Aku pikir kamu tidur dengan nyenyak." ucapnya Chrissy tak menjawab, dia hanya diam sambil memperhatikan laki-laki itu terus menerus. Sesekali melanjutkan melepas ikatan tangannya. "Aku kesini membawa baju ganti, aku pikir setelah ini kita bisa bersatu." katanya kembali."Dalam mimpimu?" kekeh Chrissy. Kalau masalah dalam mimpi atau tidak, tentu saja tidak. Chrissy sudah menjadi milik nya, dan yang jelas apapun yang terjadi dengan Chrissy juga