Satu bulan sudah Rae berada dalam kurungan Gerardo, disebuah rumah yang entah apa nama tempatnya. Rae sama sekali tidak tahu apa yang saat ini sedang terjadi di Mansion milik suaminya, di mana kematian dirinya menjadi sebuah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Sesuai keinginan Gerardo.
Sejak kabar kematian Rae tersebar di seluruh Mansion, semua pelayan tidak pernah berani menampakkan batang hidung mereka. Rasa takut yang Dante sebarkan ternyata benar-benar membuat mereka gemetar, hanya dengan mendengar hentakkan sepatu sang Tuan.
“Bagaimana dengan pelakunya?” tanya gerardo saat mereka sudah sampai di ruangan khusus kedap suara.
“Pelayan itu sangat mencurigakan!” Dante terdiam sesaat dan menghabiskan minuman miliknya. “Apa kau tahu pelayan itu bertugas melayani siapa di paviliun?” Wajah Dante berubah serius.
“Siapa?” Gerardo terlihat antusias.
“Starla!”
Punggung Gerardo menegang
Rae mendongak, menatap tajam manik hitam milik Gerardo. Entah kapan pria itu kembali, Rae benar-benar tidak mendengar derap langkah siapa pun.“Keluarkan aku dari kamar ini! Aku bisa gila jika kau terus mengurungku di tempat asing seperti ini,” Rae berkata dengan tenang, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ia benar-benar kehilangan kewarasannya.Gerardo tiba-tiba saja menarik tangannya dan mulai berjongkok, mensejajarkan posisi tubuhnya dengan sang istri.“Dua hari!” serunya.“Dua hari lagi kita akan keluar dari rumah ini.” Gerardo kembali menunjukkan seringaiannya. “Bersiaplah! Kita akan membuat keributan saat kembali ke Mansion.”Mendengar itu, Rae hanya tersenyum kaku. Ia menatap lekat pria yang ada di hadapannya, sejurus kemudian memalingkan wajahnya dan berdecak kesal.Rae benar-benar tidak mengerti apa tujuan Gerardo mengurungnya selama satu bulan. Bahkan di tempat yang sekarang ia ting
Dua hari kemudian.Gerardo sudah siap dengan jasnya. Penampilannya selalu saja menawan, sama seperti biasanya.“Bersiaplah! Kita akan pulang ke Mansion pagi ini!” serunya.Namun Rae sepertinya menolak untuk bersiap. Ia masih saja bersantai dengan pakain tidurnya. Bahkan tidak ada tanda-tanda jika Rae akan ikut kembali ke Mansion bersama suaminya.“Apa aku harus membantumu bersiap, Nona Catalina?” Gerardo melirik Rae dari cermin dan menyeringai nakal.“Dalam mimpimu!” jawab Rae sinis.Mendengar itu Rae bergegas menuju kamar mandi, membawa serta semua pakaian yang sudah Gerardo siapkan untuknya. Sedikit pun Rae tidak ingin membuat Gerardo dengan memakai pakaian di hadapan pria itu.Selama satu bulan tanpa interaksi dengan orang lain, kecuali Gerardo, membuat Rae bisa tahu bagaimana perangai suami nya itu. Tidak banyak yang Rae dan Gerardo bicarakan, tapi dari sedikitnya kata yang terucap ada hal yang
“Hai, Starla ...” sapa Rae dengan santai, beda dengan Starla yang saat ini sedang bingung menatap Rae yang terlihat segar bugar.Starla membeku di tempat. Kepalanya menggeleng pelan, bulatan hitam matanya bergerak dan menatap Gerardo yang saat ini berdiri di samping Rae, tepat di hadapannya.“Bu-bukankah kamu su-sudah mati?” Star bertanya dengan tergagap.Kening Rae berkerut dalam, “Aku? Mati?” ulangnya.Tiba-tiba saja Rae tertawa sinis, meskipun belum mengerti dengan perkataan Star, namun Rae bisa menangkap ada hal yang tidak beres dalam Mansion ini selama Gerardo mengurungnya dalam rumah yang lainnya.Rae melirik Gerardo yang masih setia berdiri di sampingnya, namun pria itu berlagak acuh, seakan tidak mengerti dengan kebingungan yang Rae rasakan sekarang.“Ayo, Nona Catalina, kau harus istirahat. Dokter sudah mengatakan bukan, jika kandunganmu sedikit bermasalah,” tukas Gerardo.Kedua
Kabar kehamilan palsu Rae menyebar hingga sampai ke telinga Alex. Pria paruh baya itu terkejut bukan main saat mendengar berita tersebut. Bukan hanya merasa ditipu oleh putranya sendiri tentang kematian Rae, sekarang kabar gila ini mmebuat Alex geram.“Kenapa dia harus hamil?” katanya pada Kalya.“Apa yang kau cemaskan? Bukankan kita memang ingin memiliki cucu dari Gerardo?” tanya sang istri.“Kau tidak akan mengerti!”Kalya kesal, lama ia memendam kekesalannya ini. “Jelaskan agar kau bisa mengerti, Alex!” sentaknya.Alex menatap sang istri dengan nanar. Jika bisa, ia akan menjelaskan segalanya pada istrinya. Hanya satu kejujuran yang Alex katakan, nyatanya membuat kehidupan rumah tangganya seperti sekarang. Hambar dan menyedihkan.Tidak ada lagi kepercayaan. Tidak ada lagi kebahagiaan dan tidak ada lagi rasa hormat.“Kau tahu, Alex? Sorot mata Gerardo menunjukkan jika istrinya itu
Gerardo berdiri di belakang Rae dan memeluknya erat. Berbisik, berusaha untuk bisa mengembalikan istrinya pada dunia nyata. Semua yang ia rasakan serta amarah yang mulai menguasainya harus bisa Gerardo luluhkan.“Cukup! Star bisa mati jika kau mencekiknya seperti itu.”“Dia yang memulai, maka aku yang akan mengakhirinya!” Rae masih dengan amarahnya yang begitu besar.Perlahan, Gerardo mulai melepaskan cengkraman Rae pada leher Star. Gerardo berkedip cepat, meminta Rae untuk pergi dan meninggalkan kamar pribadi miliknya.“Lepaskan aku!”“Tenang, Nona Catalina, jangan sampai aku berbuat hal yang membuatmu tidak senang.” Gerardo memberikan tatapan tajamnya, berusaha untuk membuat Rae mengerti jika dialah penguasa yang sebenarnya.Tidak ada pemberontakan lagi. Gerardo mulai melepaskan pelukannya dan memberiarkan Rae untuk menjauhinya. Sedikitnya Gerardo mulai mengerti bagaimana sifat istri yang tid
Malam penuh kebahagiaan itu berlalu dengan begitu cepat. Rae terlelap dalam dekapan hangat tubuh kekar Gerardo. Darah daging Alex yang sangat ingin ia habisi.Pagi yang indah dengan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang menjadi penyebab utama bagi keduanya enggan keluar dari balutan selimbut tebal. Meskipun sesekali ranjang itu bergoyang, namun sama sekali tidak membuat keduanya terganggu.Satu-satunya yang jadi penganggu adalah Dante. Ya, Dante masuk tanpa permisi ke dalam kamar, di mana sepasang suami istri itu baru saja bisa terlelap.Ceklek…“Gerard, barang yang kau minta sedang dalam …” Dante mengatupkan bibirnya dengan cepat saat melihat pria sangar itu sedang terlelap dan mendekap mainanya.Gerardo menggeliat, emnatap tajam pada pintu, di mana saat ini Dante berada.“Ternyata macan betina itu sudah luluh,” gumamnya dengan kembali penutup pintu sebelum Gerardo melompat dan menodongnya dengan se
“I-ini …” Rae menatap Gerardo dengan wajah ekpresi yang tidak terbaca. “Obat apa yang kau makan sejak kemarin, Tuan Geardo?” tanya Rae dengan wajah yang begitu ceria.Bagaimana tidak, saat ini mereka sudah memasuki halaman kediaman Eduardo. Hal yang tidak pernah terbayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Refleks, Rae langsung memeluk Gerardo yang saat ini sedang duduk di sampingnya. Suasana yang benar-benar mengejutkan, namun Gerardo begitu bahagia bisa mendapat pelukan tanpa paksaan. Rasanya seperti … Ah, sulit untuk di jelaskan.“Tuan, kita sudah sampai.”‘Shit! Sopir kurang ajar, kenapa dia harus bicara saat moment seperti ini.’ Gerardo mengumpat dalam hati. Jika tidak ada Rae, mungkin kepala sopir itu sudah terkena imbasnya.“Sampai kapan kalian akan berpelukan?” suara Aldric menyadarkan Rae, jika ternyata apa yang dilakukannya disaksikan orang lain.“Hai, A
Sepulang dari kediaman Ed, Gerardo memiliki pandangan lain mengenai Rae dan keluarganya. Dulu, saat Al mengirim banyak anak buahnya untuk menghabisi Gerardo, pikiran pria itu mengatakan jika Aldric memiliki garis keturunan yang sulit. Namun ternyata semua itu salah. “Aku melihat sisi lain dari Rae dan aku tidak tahu bagaimana Rae bisa berubah menjadi monster yang begitu cantik,” ujarnya saat ia berdua bersama Dante. “Kehilangan maminya membuat Rae lebih kuat dari wanita pada umumnya,” sahut Dante. “Hmmm …” gumamnya pelan. “Aku hanya tidak menyangka saja, ternyata …” perkataannya terhenti seketika saat suara pintu dibuka dengan sedikit kasar mengejutkan mereka berdua. Gerardo sedikit menggeram, menatap tajam pelayan yang sedang gemetar ketakutan. “Ma-maafkan saya, Tuan, tapi di paviliun …” kedua tangan pelayan itu meremas ujung pakaiannya, takut jika ia akan terkena imbasnya. “Nona Sky membuat keributan.” Suara decak kesal berasal dari
Lagi, lagi dan lagi, Rae dibuat terkejut dengan kenyataan yang ia temukan malam ini. Bukan mengenai kemewahannya, namun karena jarak antara Mansion Gerardo dan kediaman di mana wanita itu berada tidaklah sejauh yang Rae bayangkan.“Jangan berusaha untuk mengecohku! Ini bukanlah tempat yang akan kau datangi bukan?” Rae menekan urat leher pria itu dengan senjata kecil. Sangat kecil, tapi dengan racun yang memastikan.“Ti-tidak! Ini adalah kediaman Nona dan aku memang diminta untuk membawamu ke tempat ini,” jelasnya. Tapi Rae tetap tidak percaya begitu saja.Diam-diam, pria itu meraih ponselnya dan berniat untuk mengabari Nona tetunya, namun Rae bukanlah wanita bodoh yang tidak mengerti mengenai trik murahan seperti ini.“Jadi kau ingin bermain-main denganku? Cepat hubungi dia dan loud speaker!”“Ba-baik …”Sikap pria di hadapannya ini sangat mencurigakan untuk sekelas penjahat. Ya, dia ter
“Gerard! Rae berlari mengejar sebuah mobil,” beritahu Dante.Tanpa berpikir Panjang, Gerardo bergegas keluar menggunakan mobil. Ia melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah puluhan meter ia menemukan Rae yang sedang berjalan dengan langkah gontai.“Apa yang kau lakukan di sini, Nona Catalina? Apa kau sudah gila?” Gerardo berteriak, menghakimi Rae tanpa tahu apa yang membuatnya berlari begitu jauh seperti orang bodoh. Gerardo turun dan segera menopang tubuh Rae yang hampir saja jatuh.Rae dibawa ke dalam mobil dengan cepat, napasnya tersengal-sengal, ia lelah. “Kejar dia, Tuan Gerard! Dia orangnya. Wanita itu …”“Rae, tenangkan dirimu!” Gerardo menangkup wajah Rae, membuat istrinya itu sadar di mana mereka berada saat ini. “Tenang! Jangan terpancing,” bisiknya pelan.“Aku melihatnya! Di-dia adalah …”“Sstttt … Aku tahu dia adalah wanita itu.&rd
Dua hari telah berlalu, Rae terus saja mempersiapkan diri dengan segala senjatanya yang mematikan. Ia bahkan kembali melatih tubuhnya saat malam tiba dan terlelap saat menjelang pagi. Gerardo berusaha untuk membuat Rae istirahat, namun istrinya itu tidak pernah ingin diatur.“Jangan seperti ini, Nona Catalina! Kau bisa jatuh sakit,” Gerardo mencekal tangan Rae yang berniat ingin kembali memukul samsak, dan satu tangannya mencegah benda itu agar tidak mengayun pada tubuh Rae.“Cukup! Simpan tenagamu.” Gerardo kembali melunak. “Kita tidak tahu kapan, dari mana dan bagaimana mereka menyerang.”“Itulah alasan kenapa aku tetap seperti ini. Aku harus terjaga!”Gerardo mengerti apa yang Rae maksud, namun jika terus dibiarkan Rae bisa tumbang sebelum berperang.“Pergerakan mereka terhenti! Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ini begitu mencurigakan,” jelasnya kemudian.Rae terdiam,
Dua pekan kepergian Alex masih menyimpan banyak luka untuk Gerardo dan Kalia. Ada dendam yang belum terbalaskan dan ini begitu menyiksa.Kemana, di mana dan pada siapa mereka harus meluapkan semunya? Tidak ada jawaban pasti.“Jaga Mansion ini, aku mungkin kembali satu pekan lagi,” ujar Gerardo pagi ini.“Tidak! Aku tidak ingin memikul beban yang berat. Jaga sendiri Ibumu!” Rae berkata ketus. Bukan tidak ingin, namun Rae takut jika harus menjaga Kalia. Apapun bisa terjadi dan Rae tidak bisa menduga itu.“Kau tidak ingin menolongku, Nona Catalina?” suara Gerardo terdengar marah, ini bukan masalah besar untuk Rae.“Ya! Aku takut jika terjadi sesuatu dan aku harus kembali kehilangan. Aku tidak bisa!”Gerardo menarik napas dalam, apa yang Rae katakan begitu mengusiknya. Rae Catalina sudah terlalu sering merasa kehilangan dalam hidupnya dan sekarang ia menolak, hatinya takut untuk mengalami hal yang
Panggilan itu terputus, lebih tepatnya Alex yang mengakhiri perbincangan dengan Kalia. Posisinya sudah terlalu terjepit, artinya Alex tidak memiliki banyak waktu sekarang.“Maafkan aku, Kalia, tapi ini yang terbaik untuk menebus semua dosa-dosaku.”Alex menaikan kecepatan mobilnya dan melesat meninggalkan dua mobil yang terus berusaha untuk mencelakainya. Sampai di sebuah jalanan sepi, Alex menghentikan mobilnya. Pria tua itu berdiri di depan mobil dengan membawa senjata laras Panjang. Ia menantang mereka.‘Inilah waktunya. Selamat tinggal, Kalia.’“Kau masih punya nyali yang besar ternyata,” cibir anak buah Nona.“Aku tidak akan pernah takut! Karena ini sudah waktunya bagiku berhenti dan mati.”“Ahaha … Jika itu yang kau mau, aku akan mengabulkannya dengan senang hati pak tua.”“Tunggu! Tanyakan dulu apa keinginan terakhirnya?” ujar salah satu dari anak bu
Gerardo menuruni tangga dengan wajah yang sedikit gelisah. Apa yang Rae katakan mengenai situasi yang tiba-tiba saja berubah sepi. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk penyerangan lebih besar dan menggila. Namun pikiran itu buyar seketika saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.“Apa kabarmu, anakku?” Alex berdiri, ia menatap putranya dengan mata yang berembun.“Aku baik-baik saja,” jawab Gerardo saat mereka berhadapan.“Gerard …” suara Alex tiba-tiba saja tertahan, rasa kecewa pada dirinya sendiri tiba-tiba menyeruak dan membuat pria tua itu sesak. “Maafkan ayah, Gerard.”Untuk pertama kalinya Gerard melihat sikap Alex selemah ini. Pria itu yang sejak lama mengajarkannya untuk selalu bersikap kuat tanpa mengenal kata lelah dan menyerah. Namun hari ini, pria yang sama bahkan mengucapkan kata maaf itu dengan suara begitu pelan.“Kenapa?” tanya Gerardo. &ldquo
“Apa yang kau lakukan pada mereka?” Kalia berdiri dengan wajah penuh amarah. Sejak awal, ia mencurigai jika suaminya terlibat dengan kasus penyerangan yang terjadi pada Gerardo. “Aku sudah memintamu untuk berhenti dan menjauh dari wanita itu, tapi kenapa kau kembali?” Lanjutnya lagi. “Kau tidak akan mengerti!” sahutnya dengan melangkah pergi. Sebagai seorang ibu, Kalia tidak ingin terjadi sesuatu pada putranya, meskipun ia tahu jika Gerardo bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi ini sudah keterlaluan, Kalia tidak bisa diam saat melihat suaminya melakukan hal yang bisa menyakiti Gerrado dan menimbulkan perang keluarga. “Tunggu, Alex!” “Apa lagi, Kalia? Apa kau ingin aku berhenti dan membiarkan hidup Gerardo hancur dengan terus bersama wanita itu?” Alex menunjukkan sikapnya saat itu. “Rae bisa saja menghabisi putra kita kapan saja. Apa kau menginginkan itu, Kalia?” “Hah … Apa yang kau ketahui tentang mereka, Alex? Apa kau tahu jika mereka sudah s
Satu pekan telah berlalu dan Rae tetap menyimpan pesan yang tertulis dari surat kaleng itu. Namun tidak dapat dipungkiri jika Rae merasa gelisah. Ini adalah pertama kalinya ia melabuhkan hatinya pada seorang pria dan rintangan sudah lebih dulu datang mengusiknya.Tidak ada penyerangan atau teror apa pun lagi, semua berjalan seperti biasa. Bahkan gerbang utama telah selesai di perbaiki. Gerardo semakin memperketat keamanan dan memastikan jika tidak akan terjadi seperti hari itu. Saat melihat Rae terluka, Gerardo merasa separuh napasnya direnggut secara paksa dan ia tidak ingin melihat hal itu terjadi lagi.“Apa yang kau pikirkan, Nona Catalina?” Rae terkejut saat tangan kekar itu memegang pundaknya.“Kenapa mereka bisa ada di paviliun? Apa mereka pernah menikah denganmu?” Pertanyaan ini adalah hal penting untuknya, meski Rae yakin jika Gerardo sama sekali tidak memikirkan itu.Sudut bibir Gerardo sedikit terangkat, tangan kekarnya m
Gerardo berdiri di ambang pintu, tangannya bergerak menekan saklar dan menyalakan lampu utama kamarnya.“Keluarlah dari kegelapan, Nona Catalina.”“Aku tidak tahu cara untuk keluar dari kegelapan! Dan apa aku pantas memasuki dunia baru yang begitu terang?” Rae menatap nyalang Gerardo. Dia, pria yang ingin Rae habisi saat ini menjadi alasan terbesar baginya untuk tetap bisa bertahan.Dengan bantuan tongkat, Gerardo bisa terlihat lebih normal, meskipun seharusnya ia istirahat agar penyembuhan lukanya lebih cepat. Namun itulah Gerardo, ia tidak akan tennag sebelum memastikan jika Rae baik-baik saja.Gerardo melempar tongkatnya, duduk di tepian ranjang, tepat di samping istrinya. Tanpa memita ijin atau berbasa-basi, Gerardo menyentuh pipi Rae dan menghapus air mata yang tersisa di wajahnya.“Buka dirimu. Buka hatimu dan berdamailah dengan keadaan.”“Aku tidak bisa! A-aku, aku ….”Meli