Bab 24Setelah perdebatan tanpa hasil semalam tidak sepotong kata pun terlontar dari bibir Lovita ketika pagi ini ia bangun, mandi lalu bersiap-siap untuk kerja. Ia melakukan rutinitas seperti biasa.Sama dengan Lovita Leo juga bangun pagi-pagi sekali pagi ini. Tidak ada jadwal pemotretan atau fashion show. Tapi ada pertemuan di kantor Gold Management. Matanya menajam saat menemukan Lovita tidak menyiapkan pakaiannya."Baju gue mana, Lov? Kok nggak lo siapin?""Di depan lo ada lemari. Lo buka terus ambil mana yang mau lo pake," kata Lovita mendiktekan.Leo membalas dengan dengkusan atas jawaban yang baru didengarnya itu. "Lo udah amnesia atau pura-pura lupa kalau lo masih berstatus sebagai istri gue?"Decakan kecil meluncur dari mulut Lovita namun tak urung tetap dilakukannya apa yang Leo inginkan.Dengan satu tarikan kecil pintu lemari terbuka. Lovita menyuruh Leo memilih sendiri."Gue nggak tahu lo mau pake baju apa. Jadi lo ambil sendiri.""Terserah lo.""Kok terserah gue. Nanti
Bab 25Rolland berdeham sesaat lalu berkata, "Jadi lo mau ngebahas tentang kejadian semalam?"Leo tidak menjawab karena ia tahu Rolland sudah tahu apa jawabannya."Kemarin gue ngeliat Lovita jalan sendiri di bawah gerimis. Gue nggak tega ngeliatnya. Jadi gue tawarin buat ikut.""Tapi bukan berarti lo bisa bawa dia sembarangan. Apa maksudnya coba lo ngajak dia ke Harmoni?" Leo menyebut restoran tempatnya bertemu dengan Rolland dan Lovita kemarin malam."Sorry banget, Le, gue nggak tahu kalau lo juga lagi di sana."Leo mendengkus. Di antara sekian banyak tempat makan yang bisa didatanginya kenapa Rolland memilih Harmoni dan mengajak Lovita ke tempat itu?"Lo kayaknya marah banget sama gue," ucap Rolland yang menyadari perubahan ekspresi Leo. "Gue cuma kasihan ngeliat Lovita sendiri jadi gue tawari tumpangan.""Tumben lo pake kasihan segala? Gue baru tahu ternyata lo punya rasa empati sebesar itu."Rolland tertawa ringan. Dirinya dan Leo berteman cukup lama. Tapi baru kali ini Leo ngegas
Bab 26"Mbak, apa nggak ada yang lain?" tanya Lovita mencoba menawar."Kenapa emang? Sabtu ini lo kosong kan?"Andai saja bisa berbohong maka ia akan mendustai Maya. Sayangnya job yang masuk harus melalui perempuan itu sehingga dia tahu schedule Lovita."Iya sih, Mbak, tapi gue belum pernah ngerias Michelle." "Terus masalahnya apa?""Gue takut aja kalau nggak cocok sama dia. Maksudnya dia yang nggak sesuai sama style gue." Lovita menjelaskan alasannya.Maya menderaikan tawa. "Ya ampun, Lov, lo ini kayak anak baru aja. Tentang jenis riasan itu kan fleksibel. Lo bisa sesuaikan dengan konsep yang diusung. Lagian lo kenapa jadi aneh begini sih?" Maya memandang Lovita keheranan. Pasalnya selama ini Lovita tidak pernah satu kali pun menolak atau pilih-pilih klien. Lovita sangat profesional. Wajar kalau saat ini Maya jadi bertanya-tanya."Iya sih, Mbak, tapi kalau bisa sama yang lain aja." Lovita bersikukuh mempertahankan keinginannya menolak job tersebut.Maya mengemas tawanya lalu menatap
Bab 27"Apa tadi lo bilang? Nikah kontrak?" Gina membelalak tak percaya merespon informasi yang baru saja didengarnya.Tubuh Lovita membatu di tempat dengan tangan yang masih menempel di mulutnya.Mampus. Lovita tidak lagi bisa mengelak lantaran sudah keceplosan. Ia tidak mungkin menarik lagi ucapannya yang terlanjur terlontar."Lov, apa maksudnya nikah kontrak? Buruan jelasin ke gue sekarang. Cepetan!" Gina mulai mendesak sembari menggoyang-goyangkan tangan Lovita."Gue becanda, Gin. Tadi gue cuma asal ngomong." Lovita mencoba peruntungannya. Siapa tahu sahabatnya itu akan percaya. Namun ternyata sang kawan tidak sebodoh itu untuk didustai."Udah deh, Lov, ngaku ke gue sekarang. Sebenarnya lo nikah kontrak gimana sama Leo?" tuntut Gina yang hampir mati terbunuh rasa penasaran.Lovita yang sudah terdesak terpaksa mengakuinya. Toh Gina adalah sahabatnya yang sudah lama bergaul dengannya. Gadis itu tidak akan mungkin berkhianat. Sepanjang yang bisa diingat Lovita, Gina tidak satu kali p
Bab 28Lovita tidak tahu kenapa tiba-tiba pipinya bersemu dan menghangat. Yang ia tahu ia merasa sangat malu saat ini. Tapi dengan cepat perempuan itu menguasai keadaan."Apa lo bilang? Cemburu? Yang bener aja gue cemburu. Ngapain juga gue cemburu?""Ya mana gue tahu. Kali aja diam-diam lo cinta sama gue," ledek Leo lagi seakan belum cukup mempermalukan Lovita."Ih, najis banget gue suka sama lo." Lovita bergidik sementara tawa Leo berderai.Lovita meninggalkan Leo lalu masuk ke kamar mandi. Sambil membersihkan diri Lovita merenung.Sudah sampai di mana hubungan Leo dan Michelle sekarang? Apa mereka pacaran? Apa Michelle tahu bahwa Leo menyukainya?Lovita merasa penasaran ingin tahu apa jawabannya. Selagi Lovita mandi Leo lebih dulu naik ke tempat tidur. Satu ingatan mengganggu pikirannya. Tentang suddenly kiss mereka kala itu. Leo tidak mampu melupakannya atas hal yang tidak ia mengerti. Setelah kejadian itu ia dan Lovita bersikap baik-baik saja seakan tidak ada yang terjadi. Tapi ba
Bab 29Lovita tersentak. Tanpa ada angin tanpa ada hujan tiba-tiba Michelle menyerangnya."Kayak vampir?" ulang Lovita keheranan. Diperhatikannya wajah Michelle sekali lagi. Tidak ada yang salah dengan riasannya. Lovita merias wajah perempuan itu sesuai konsep yang diinginkan Pure Cosmetic dan disampaikan melalui Lili. Lovita juga membaca perjanjian mereka.Lovita sudah membuat wajah Michelle senatural mungkin. Persis dengan permintaan."Gue tuh mau riasan natural, bukan kayak vampir begini. Lo ngerti nggak sih bedanya natural sama pucat?"Dan kini Michelle mulai meragukan kemampuan Lovita.Lovita menambah batas kesabarannya. Menahan diri sekuat yang ia bisa agar tidak meledak walau rasanya begitu sulit. Bertahun-tahun menjadi makeup artist membuat Lovita bisa memahami jenis dan karakter klien. Ia sudah biasa menghadapi berbagai permintaan klien mulai dari yang menginginkan jenis riasan yang tidak sesuai dengan wajah mereka sehingga alih-alih akan terlihat cantik malah terkesan aneh
Bab 30Leo sontak termangu. Tidak ada dalam prediksinya bahwa hal tersebutlah yang akan ditanyakan sang istri padanya.Butuh waktu beberapa detik baginya untuk mengerjap dan menjawab pertanyaan Lovita."Yang pasti bukan lo orangnya."Perlahan tubuh Lovita tersurut ke belakang. Jantungnya mencelos. Perasaan nyeri lamat-lamat mulai merayapi hatinya.Namun kemudian perempuan itu menenangkan dirinya. Memangnya apa yang dia harap?Mendengar Leo mengatakan bahwa dirinyalah yang dicintai laki-laki itu?'Jangan mimpi lo, Lov.' Lovita mengingatkan dirinya sendiri agar tahu diri."Ya baguslah. Gue juga nggak ngarep dicintai sama lo," balas Lovita setelah mampu menguasai perasaannya."Ya ... tadi lo kan nanya makanya gue jawab sekalian ngingetin lo. Kali aja kan lo baper karena tiap hari tinggal sama gue.""Ih, najis." Lovita menunjukkan ekspresi geli yang disambut gelak tawa Leo. Sulit untuk percaya bahwa Leo si muka datar itu sekarang begitu mudah mengumbar tawa.Sejak tadi yang awalnya mereka
Bab 31Butuh bertahun-tahun bagi Lovita untuk membangun karirnya sebagai MUA. Tapi hanya butuh beberapa saat bagi Michelle untuk menghancurkannya. Peristiwa yang dialami Michelle dengan cepat menjadi viral. Berita tentangnya beredar di dunia maya. Nama Lovita disorot di mana-mana. Dia dihakimi, dihujat, dimaki serta didoakan yang buruk-buruk. Semua prestasi dan nama baiknya selama ini lenyap begitu saja hanya dalam tempo sekejap mata. Orang-orang memandangnya rendah bahkan mereka tidak benar-benar mengenal Lovita.Hari ini Lovita dipanggil ke Rumah Rias Maya. Dia disidang dan diminta pertanggungjawabannya. Sudah sejak kemarin Lovita dipanggil tapi kala itu Lovita butuh waktu untuk memulihkan mentalnya."Gue kecewa banget sama lo, Lov. Padahal selama ini lo adalah andalan gue. Kalau ada yang nanya siapa MUA terbaik gue maka jawabannya adalah lo. Gue selalu ngerekomendasiin lo sama orang-orang. Tapi kalau begini kejadiannya gue bener-bener kecewa. Gue malu sama orang-orang. Dan ini adal