Sebelum Zahair benar-benar pulang, pria itu langsung teringat jika putrinya memakan es krim Aristela, dia pun kembali dan memberikan es krim yang telah ia beli.
"Tadi anak saya makan es krim kamu bukan? Nah ini sebagai penggantinya," ucap Zahair tapi ditolak halus oleh Aristela.
"Untuk Zeline saja, Om. Lagipula saya mau pulang kerja lagi ini, sudah mau habis waktu istirahat saya, kalau begitu saya duluan juga yah, salam," balas Aristela kemudian meninggalkan kedua orang yang terus memandangi punggungnya sampai menghilang.
"Kakak itu cantik banget yah, Pah? Zeline mau punya mamah seperti Kakak itu," ucap Zeline tiba-tiba tetapi Zahair menggeleng pelan kemudian menoel hidung anaknya dengan gemas.
"Kan ada Papah, enggak perlu ada mamah baru lagi karena Papah bisa ngasih apa saja yang Zeline mau, coba minta, nanti Papah turutin," balas Zahair dan mata Zeline berbinar.
"Beneran?"
Zah
Zahair merupakan duda beranak satu, the sugar daddy adalah panggilannya jika gadis-gadis maupun para janda melihatnya. Zahair merupakan CEO dari perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan serta kosmetik yang merupakan turunan dari sang ayah yang sudah menikmati masa pensiunnya.Sebelum sang istri meninggal, Zahair benar-benar fokus pada pekerjaannya, tetapi ketika Indira diambil oleh Tuhan, Zahair membagi waktunya untuk sang putri, walau sebelumnya juga ada, tetapi tidak sebegitu banyaknya waktu yang ia habiskan bersama Zeline, karena ia tidak mau membuat anaknya kesepian.Di malam hari, Zeline terus membicarakan Aristela dan ingin bertemu dengan gadis tersebut, Zahair berulangkali mengatakan bisa besok hari, tetapi Zeline malah menunjukkan kecemberutannya."Katanya Papah mau ngasih apa pun kalau Zeline enggak nakal," tutur Zeline."Kak Aristelanya mungkin enggak mau diganggu, Nak.""Kan kit
Hari yang dinantikan oleh Aristela telah tiba, di mana dirinya memberi info kepada Zahair bahwa dia harus meminta izin terlebih dahulu kepada papahnya dan Zahair membalas bahwa dia akan menunggu kepastian dari gadis tersebut.Pada sore hari, mumpung semuanya telah berkumpul dan Aristela sedikit gugup untuk memberitahu papahnya mengenai dia yang ingin ke rumah duda keren itu, tapi ... Aristela lebih ingin ke rumah Zeline untuk bercerita pula dengan anak imut itu."Baiklah, ayo lakukan Aristela, semuanya demi Zeline," batin Aristela.Aristela berjalan pelan menuju sang papah yang sedang berbicara bersama mamahnya, saat Aristela sampai di sana, Adibal melihat putrinya dengan sebelah alisnya yang naik."Kenapa, Nak?""Pah, Aristela mau izin ke rumah temen boleh?" pintanya."Temenmu siapa namanya? Terus tujuanmu ke sana dan di mana rumahnya?" tanya sang papah dengan berbagai pertanya
Happy ReadingsSetelah Aristela pergi, para saudara Abraham menatap sang kakak dengan serius karena telah mendengar ancamannya kepada Zahair."Tumben Bang Abraham perhatian gitu," ucap Adnan penuh makna."Bukan berarti gue harus lepas tanggung jawab, karena Aristela juga adik gue, paham?!" Setelah mengucapkan ketegasannya, Abraham pun meninggalkan mereka semua yang terus menatap punggung pria itu hingga menghilang."Hm, keknya Abraham lagi enggak bagus mood-nya," kira Adnan yang hanya menebak dengan asal.Di tempat lain, akhirnya Aristela berada di rumah Zahair dan disambut begitu girang oleh Zeline. Anak kecil tersebut berlari memeluk Aristela dan mengatakan, "Yeay, akhirnya Mamah datang juga, malam ini Mamah mau bermalam kan? Terus bobo di samping Zeline sama papah?" tanyanya dan membuat Aristela langsung tergelak, Aristela pun menunduk dan menyajarkan tingginy
Jantung Aristela berdegup kencang, akan tetapi ... Aristela tak ingin melayang begitu saja, mengingat pertemuan mereka begitu singkat juga memori kelam terhadap satu pria yang membuatnya trauma dan sama-sama bertemu dalam waktu yang tidak lama."Jadi mamah bohongannya Zeline yah, Om?" tanya Aristela tersenyum kecil.Dalam lubuk hati Zahair, bukan mamah bohongan, melainkan mamah sesungguhnya. Akan tetapi, tentu Zahair tidak segegabah itu karena dia hanya ingin memberikan tes pertama untuk seorang Aristela secara tersirat."Tidak, mamah sungguhannya, apakah kamu mau?" tanya Zahair to the point.Aristela lagi-lagi tersenyum. "Maaf, Om. Aristela enggak bisa dalam waktu sesingkat ini apalagi dalam sehari, tentu dari kita masing-masing membutuhkan waktu yang lama untuk saling mengenal dari segi sifat, karakter, kekurangan, keinginan, kelebihan, dan masih banyak lagi, memang Om banyak pengalaman karena sudah menikah sebelumnya. Namun, itu bukanlah jaminan untukku ya
"Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.
Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun
Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida
Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu