Aderald berhasil menyusul Abraham yang ingin masuk ke kamarnya, pundak pria itu ditahan oleh sang adik dan membuatnya berbalik.
"Bang, lo kenapa sih akhir-akhir ini? Lo jadi berbeda dan benar kata Adnan, lo bukan Bang Abraham yang kami kenal, sebenarnya ada apa?"
Abraham menarik lengan Aderald dan menuntunnya ke halaman rumah bagian belakang untuk menyatakan keresahannya akhir-akhir ini.
"Gue kacau, Rald. Gue terlalu fokus ke Aristela sehingga lupa sama jati diri gue, kenapa hal itu terjadi? Secara realistis, sangat aneh jika kita akrab dengan seseorang dalam waktu yang dekat, padahal dia orang baru, dan kenapa dengan mudahnya kalian dekat bersama Aristela itu? Tidakkah kalian mengira jika ada yang disembunyikan oleh gadis itu?" tanya Abraham. Aderald menggaruk kepalanya, ia sendiri bingung, memang yang dikatakan oleh abangnya itu benar, kita tidak boleh mudah berteman dengan orang yang baru, karena kita tidak tahu apa tuj
Baru saja Aristela ingin pulang setelah menjajal habis es krimnya, gadis tersebut harus mengurungkan niatnya sebentar karena mendengar ponselnya yang berbunyi di dalam tas."Siapa yang nelepon, yah?"Dia mengecek ponselnya dan melihat nama Syahrul tertera di sana. Aristela segera mengangkat telepon tersebut dan akhirnya berbicara kepada mantan bosnya itu. Yang mereka bicarakan adalah, Syahrul mengajak Aristela untuk bertemu sebentar saja dan menanyakan di mana lokasi gadis itu, Aristela pun menjawabnya bahwa dia berada di es krim bertepatan di jalan semangka nomor 2.Baiklah, tunggu saya di sana. (Syahrul)Baik, Pak. (Aristela)"Sebenarnya, apa sih yang pengen dibicarain sama Pak Syahrul? Apakah ada tembakan baru dalam babak kedua dengan strategi yang lebih mutakhir?" tanya Aristela pada dirinya sendiri."Huft, entahlah, biarla
Aristela lega bukan main, masalahnya sedikit terselesaikan, di mana Pak Syahrul sudah berdamai dengan perasaannya sementara dua cabe-cabean yang tak lain dan tak bukan adalah Asma dan Pita, juga akan diurus oleh Syahrul secara langsung, dan Aristela sedikit ngeri kalau membayangkan Syahrul jika dia sudah marah, pasti auranya akan mengintimidasi sampai ke tulang lawan-lawannya.Sekarang, Aristela takkan menyia-nyiakan rasa letihnya karena dia terlanjur capek, maka masalah yang menghampirinya pun sisa satu, maka dia harus menyelesaikannya urusannya bersama Abraham sebelum sang papah dan Tante Cahyani semakin siap untuk mempercepat hari pernikahan mereka.Tujuan Aristela selanjutnya adalah, ke rumah Tante Cahyani.Sampai di sana, Aristela dan keempat pangeran Adibrata berpapasan di halaman rumah dan kebetulan pula keempatnya ingin masuk ke mobil untuk menuju rumah Aristela agar dapat berbicara dengan wanita tersebut, akan
Sebelum lanjut ke permasalahan inti di mana posisi Aristela dan Abraham yang berhasil membuat otak kalian traveling, mari kita kupas terlebih dahulu sebelum Cahyani membuka pintu kamar itu. Seiring berjalannya cerita, nanti juga bakalan masuk ke lanjutannya pula.Happy Readings."Bang, kira-kira mereka lagi perang enggak yah?" tanya Aderald ke August dan August langsung memegang dagunya sembari berpikir, kemudian menjawab pertanyaan sang adik dengan jawaban yang nyeleneh, "Yoi, perang di ranjang mereka.""Ngada-ngada lo, Bang. Otak lu enggak pernah bener emang," balas Aderald."Tuh suara mereka dah mulai kedengeran, keknya Aristela lagi mendominasi di dalam," ucap Agam dan Adnan kesal mendengarnya karena pasti sang kakak ketus di dalam sana akan sangat sulit memahami Aristela."Hadeuh lama banget," sebal Adnan lalu mengembuskan napas.
Ke esokan harinya, Asma dan Pita datang ke toko roti setelah jam istirahat, kenapa? Karena semalam adalah moment bahagia mereka, di mana kedua wanita itu mengira bahwa ajakan pertemuan dari Syahrul adalah kesempatan untuk mendapatkan tawaran kerja kembali. Namun semuanya salah ketika keduanya telah bertemu dengan pria tersebut."Sebelum masuk ke inti pembicaraan, saya ingin tahu bagaimana perasaan kalian serta apa harapan kalian kepada saya setelah hadir setelah mendapat surat ajakan pertemuan non formal di perusahaan?" tanya Syahrul, wibawanya tetap tampak memesona di mata Asma dan Pita."Pita, silakan jawab," perintah Syahrul."Tentunya sangat senang sekali, Pak. Dan besar harapan saya untuk mendapatkan maaf dari Bapak dan bisa kembali bekerja di sini," ucap Pita, bahkan matanya tak bisa berbohong untuk tidak menitikkan air mata saking bahagianya."Asma?""Kurang lebih seperti Pita, P
Sejujurnya Aristela semakin malu ketika mengingat kejadian tadi, apalagi mereka berdua sampai ketahuan oleh Pak Raden. Namun, Aristela juga merasa tidak percaya di sisi lain hatinya, karena kenapa pria itu menyukainya secara tiba-tiba? Rasa khawatir pun melanda Aristela sehingga membuatnya melamun dan membayangkan jika Abraham hanya mempermainkannya.Yah ... betul Aristela, tidak masuk akal bila belum sebulan tiba-tiba dia menyukaimu, dan seseorang butuh waktu untuk memastikan perasaan itu apakah benar atau tidak. Jangan sampai Kak Abraham hanya mempermainkanku karena aku betul-betul tak ada pengalaman dalam zona ini, jika jujur ... perasaanku lebih percaya kepada Pak Syahrul di banding Kak Abraham sendiri, karena Pak Syahrul sudah lumayan lama kami berkenalan. Batin Aristela.Aristela tersadar segera karena dia mulai masuk ke rumah kembali, di mana Abraham pun kumpul bersama saudara-saudaranya."Hei, apa yang kalian bi
Di chapter ini akan langsung terjun dalam dunia pernikahan Adibal dan Cahyani.Happy readings.●●●Setelah penantian panjang dan melewati proses persiapan penikahan yang lumayan cepat dan jika diperkirakan akan membutuhkan waktu tiga minggu untuk menyelesaikan semua. Kini, tibalah waktu di mana jantung Adibal berdegup kencang saat semua mata memandang ke arahnya. Jas dan celana putih yang ia kenakan sebagai tanda bukti atau perjuangan kisah cintanya untuk maju lebih serius dan memulainya kembali dari sini.Jantung lelaki yang beranak satu itu sangat tidak karuan seperti masa bujangnya dulu. Namun bedanya, perasaan ini lebih menggetarkan jiwa. Janji suci baru saja terlaksana dengan lancar walau rasanya dia ingin berlari ke arah wanita yang kini berjalan ke arahnya.Wanita yang bernama Cahyani, kini mengenakan gaun putih yang membalut tubuhnya,
Sebelum membaca, apakah keluarga baru ini pantas disebut dengan keluarga ambyar?Jawab yah.●●●Sebagai keluarga baru, kediaman Adibrata kini tidak seperti dulu lagi karena ada dua orang yang hadir dalam hidup mereka baru-baru ini, siapa lagi kalau bukan Adibal dan Aristela? Di pagi hari, biasanya ada enam orang yang berkumpul, kali ini lengkap menjadi delapan.Adibal dan Cahyani mengambil cuti pernikahan sebanyak tiga hari, jadi ... mereka berdua akan memanfaatkan moment itu untuk menghabiskan romansa bersama.Sementara kelima laki-laki yang ada di rumah tersebut bersiap-siap untuk sibuk di urusan masing-masing lagi, lalu bagaimana dengan Aristela? Gadis itu akan bekerja di toko bunga peninggalan almarhum mamahnya karena dia sudah bisa masuk di sana.Lalu, bagaimana dengan rumah Adibal? Rumah tersebut pun tidak akan ditinggal
Siang hari pas jam istirahat toko tiba, Aristela siap-siap menuju toko roti yang sedikit jauh jaraknya dari toko bunga milik almarhum mamahnya, jadi ... dia berharap sedikit bahwa Syahrul datang agak terlambat, jika tepat waktu, kemungkinan pria itu akan menghabiskan lebih dari 15 menit waktu di sana.Di toko es krim sendiri, hal yang diharapkan Aristela menjadi hal yang tidak ia harapkan, karena Syahrul adalah orang yang disiplin dan sangat memegang janjinya.Setelah menunggu beberapa lama dan membuat para pelayan berulangkali menawarkannya es krim hingga hampir mendapat usiran dari toko tersebut, akhirnya Aristela datang dan berjalan ke arahnya dengan cepat lalu mengucapkan maaf."Pak, saya mohon maaf sebesar-besarnya, jarak toko bunga dan toko ini memang lumayan jauh, jadi saya khawatir sekali kalau Bapak menunggu lama-lama, tapi ternyata itu memang benar," kecewa Aristela pada dirinya, Syahrul berdehem kemudian meny
Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak
Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang
"Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu
Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida
Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun
"Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.