Satu minggu berlalu sejak ujian nasional berakhir. Dalam kurun waktu sesingkat itu, banyak hal yang terjadi. Mulai dari Kanaya dan Irvan telah menikah secara agama dan pengantin baru tersebut tinggal di rumah orang tua Irvan sementara. Alasannya, karena ayah dan ibu ingin bersiap akan kepindahan mereka ke Bandung, daerah asal ibu.
Rencana pernikahan Evan, penolakan SNMPTN hingga usaha Kanaya untuk aborsi bahkan setelah menikah. Semua bagai mimpi buruk bagiku. Rasanya begitu berat menjalani hari-hariku, bahkan sekadar untuk bernapas. Namun hidup harus tetap berjalan dan dihadapi.Hari ini Evan resmi meninggalkan status sebagai tetanggaku. Lelaki itu datang ke rumah untuk berpamitan kepada orang tuaku, utamanya ayahku. Sedangkan aku hanya bisa mendengarnya da
Untuk minggu pertama di Yogyakarta, aku benar-benar hanya mengunjungi tempat wisata, terutama yang paling ikonik adalah Candi Borobudur. Tatsuya benar-benar seperti tour guide untukku.
Tahun berganti dengan cepat. Semester demi semester berlalu dengan cerita baru seputar kampus. Teman pada awal semester yang dekat, ada yang mulai merenggang karena kesibukan organisasi. Ada pula teman yang tiba-tiba hilang kabarnya, tanpa pernah terlihat lagi di kampus.Namun dari semua itu, ada Deril yang selalu rajin berkomunikasi denganku, meski lelaki itu jurusannya adalah
Aku menarik napas dalam, setelah menginjakkan kaki kembali di Jakarta. Empat tahun lebih aku meninggalkan ibukota, karena harus melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Empat tahun yang lalu, aku pergi dari kota ini dengan hati yang hancur. Namun sekarang semuanya telah berubah, aku telah menjadi seorang sarjana dan siap untuk menjadi seorang pekerja kantoran."Kau yakin
Di antara segala kemungkinan dan kebetulan, aku tidak pernah menyangka atau menduga bahwa akan bertemu kembali dengan Evan. Sudah empat tahun lebih berlalu sejak aku mengetahui kabar pria itu akan menikah. Bukankah sudah wajar dia sudah memiliki seorang anak?"Tadi mengajak sarapan bareng, kenapa malah melamun?"
Sudah satu minggu aku bekerja di kantor Evan. Selama itu aku mencoba beradaptasi dan mulai mempelajari tupoksi bagian aku bekerja. Sebenarnya cukup sederhana, karena apa yang sedang dilakukan atau dikerjakan oleh Evan, otomatis akan ikut kami kerjakan bersama.Seperti sekarang ini, aku, Yuyun dan Pak Hariman sedang menyusun hasil laporan dari para arsitek yang tel
Setelah kejadian salah map itu, aku tidak henti-hentinya memikirkan akan mengundurkan diri. Sungguh aku merasa malu pada diriku sendiri, merasa bahwa aku tidak pantas berada di kantor Evan tersebut.Aku yang benar-benar bingung bahkan sempat ingin menemui Evan untuk meminta maaf sekali lagi, nyatanya pria itu sedang tidak berada di kantor.
"Jadi benar kau dan Pak Evan pernah bertetangga?" Yuyun duduk di depan meja kerjaku setelah menarik salah satu kursi. Ia jelas melihat beberapa hari yang lalu ketika Evan menarik tanganku keluar dari lobi.Aku langsung mengangkat kedua tangan. "Tapi aku sungguh tidak tahu sebelumnya kalau Pak Evan adalah bos di kantor ini," balasku tidak ingin merasa bahwa a
"Kalian berangkat saja. Evan sudah mempersiapkan segalanya seperti ini," ujar ibuku setelah aku memberitahu tentang rencana bulan madu yang telah dipersiapkan oleh Evan.Namun aku masih khawatir akan satu hal, yaitu Karin. "Tapi ini bukan libur sekolah.""Karin biar aku dan ayahmu yang jaga. Antar dia ke sekolah dan juga menjemputnya. Lagipula Kanaya dan Kenzo akan datang akhir pekan ini, jadi Karin tidak akan begitu kesepian," balas ibu telah menebak bahwa aku berniat mengikutsertakan Karin ke rencana bulan madu yang Evan susun sebelumnya."Benarkah?" Aku sebenarnya tidak ragu bahwa Karin akan melarang kami, karena anak perempuan itu sudah terbiasa
Setiap orang memiliki harapan.Awalnya aku meragukan kalimat tersebut, hingga sampai aku bisa kembali duduk, berjalan dan bahkan berlari. Bentuk fisikku juga mulai kembali seperti layaknya wanita berusia dua puluhan tanpa kekurangan apapun. Bukan usaha yang mudah dan waktu yang singkat. Setidaknya satu tahun membuatku mencoba menggenggam harapan itu agar semakin nyata."Kau menyukai tempat ini?" Suara Evan membuat lamunanku buyar."Ya?"Evan terkekeh kecil. "Aku mengajakmu melihat calon hunian baru kita dan kau mengkhayal?"
Author POV-------------------------------------------------------------------Pada sebuah toko buku di pusat perbelanjaan, tampak adanya antrean panjang di dalamnya. Pengunjung yang baru datang lalu membaca spanduk yang terdapat pada pintu depanFan Meeting With RiruNovel terbaru : Linggar (Impian, Harapan dan Cinta)Ruri telah sukses menjadi seorang penulis novel, setelah mengundurkan diri sebagai editor. Ia juga memakai nama Riru sebagai nama penanya. Hanya membalik huruf pada
Sudah tiga hari sejak Ruri membawa surat yang kutulis untuk Evan tersebut. Namun belum ada tanda-tanda kedatangannya. Aku tidak pernah meragukan bahwa Ruri akan terlambat menyerahkan surat itu. Mungkin … Evan sedang sibuk.Aku tidak membohongi diriku sendiri bahwa rasa sakit ini mulai menyiksaku. Berharap bahwa ini akan segera berakhir. Bukan hanya soal rasa sakit secara fisik, tetapi batinku tersayat melihat ayah, ibu dan Kanaya yang menangis di sampingku kala aku memejamkan mata seolah tengah tertidur, padahal mendengar bagaimana rintihan mereka.Hari ini gerimis hujan turun membasahi tanah. Aroma petrichor menyusup ke dalam kamar rawatku, sengaja aku meminta Kanaya tidak menutup jendela. Suara rinai hujan membuat ingatanku tertaut pada
Aku berpikir bahwa menyingkir dari hiruk pikuk Jakarta akan membuat kesehatanku mulai membaik. Namun ternyata aku salah, baru sehari tiba di Bandung, aku langsung tumbang.Ayah dan ibu pun langsung mengetahui penyakitku setelah aku dirawat di rumah sakit. Mendapat perawatan bukan berarti membuat kerisauanku menghilang. Nyatanya aku malah bertambah akan satu hal. Evan, lelaki itu telah mengetahui surat pengunduran diriku.Evan♡ : Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? Apakah aku membuat kesalahan? Maafkan aku tidak terlalu memperhatikanmu disaat sedang bersama Karin.Evan♡ : Berikan aku alasan pengunduran dirimu, di mana kau sekarang?
Masalah kebohonganku kepada layanan darurat telah di atasi oleh Evan. Pria itu bahkan menemaniku ke kantor polisi terlebih dahulu, kemudian akan menyusul Karin yang telah dibawa ke rumah sakit.Menurut keterangan polisi, pria yang menculik Karin dari tempat les adalah pemain lama yang memiliki komplotan tersendiri. Salah satu dari penculik yang telah ditangkap tersebut bahkan merupakan residivis untuk kasus yang sama."Kiran," panggil Evan melangkah mendekat, lalu memelukku erat. "Terima kasih, terima kasih."Aku tersenyum lalu membalas pelukan lelaki itu. Kemudian terdengar isak tangis, perasaanku tersayup, apakah Evan sedang menangis dalam p
Sesuai dengan instruksi dokter, aku menuju salah satu rumah sakit besar yang ada di Indonesia untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan kali ini jauh lebih banyak serta kompleks, sehingga aku harus meminta izin agar tidak masuk kantor selama satu hari.Aku tidak mungkin memberitahu Evan tentang penyakitku ini, karena lelaki itu pasti akan khawatir dan mulai tidak fokus dalam bekerja. Tanggung jawab Evan begitu besar dan melibatkan banyak orang. Namun Evan mencoba mencari tahu alasanku untuk cuti satu hari tersebut.Maka dari itu kami kini tersambung melalui panggilan suara. Aku berada di depan ruang pemeriksaan setelah mengganti baju. Sebelah tanganku memegang nomor antrean dan satunya lagi memegang ponsel."Kau sungguh mengajukan cuti, karena Kanaya meminta
Sesuai dengan janji kami, aku mendatangi salah satu restoran untuk bertemu dengan Kanaya pada jam istirahat kerja. Ketika aku sampai, ternyata Kanaya telah duduk pada sudut restoran terlebih dahulu."Kak Kanaya," sapaku membuat Kanaya mendongak menatapku. Dia tersenyum tipis sekilas lalu mempersilakanku."Kau benar-benar sibuk sampai terlambat hampir setengah jam?"Aku tertawa sumbang. "Jam makan siang selalu membuat jalan di depan kantor menjadi padat.""Bukan karena menemani Kak Evan makan siang dulu?" Balasan Kanaya menjadikanku terdiam. Dia langsung membahas tentang hubunganku dengan lelaki itu."Apakah … Ibu dan Ayah telah tahu tentang hal
Aku memandangi penampilanku di depan cermin saat ini. Memakai gaun mungkin adalah pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Jika bukan karena ajakan kencan dari Evan, mana mungkin aku mau repot-repot memakainya."Aku ingin mengajakmu menonton bersama, namun malah ada agenda kencan," keluh Ruri yang telah sengaja mengosongkan jadwalnya dan berangkat menuju indekos tempatku tinggal.Aku melirik Ruri sekilas. "Salah sendiri tidak kabarin dulu. Waktu akhir pekan untuk perempuan yang telah memiliki kekasih bukanlah di rumah," ujarku terdengar sombong sampai Ruri berdecak lidah."Ketemu tiap hari juga."Aku mengeluarkan liptint dari tasku. Mengoleskannya sebagai sentuhan terakhir untuk acara kencanku hari ini. Semoga