Mendengar perintah kakaknya untuk menyelidiki rekaman CCTV membuat Felix sedikit bingung. "Kakak, apa kau meragukan kata-kata Sula?"Melihat kakaknya pergi setelah berurusan dengan Lois, dia berpikir bahwa dia akan melepaskan Sula.Farrel mendengus. "Terlihat jelas bahwa ada seseorang yang bohong."Bagaimana dia bisa percaya bahwa Sula tidak ada hubungannya hanya dengan berdasarkan dugaan sepihaknya? Dia tidak akan membiarkan siapapun yang ingin menyakiti Sally pergi."Aku mengerti. Aku akan pergi sekarang." Felix mengangguk pada kakaknya dan kemudian pergi.Setelah dia pergi, Farrel kembali ke kamar Sally.Sally baru saja keluar dari bak mandi. Ketika dia melihat Farrel, dia mengucapkan terima kasih sekali lagi."Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Akulah yang harus meminta maaf karena membiarkan hal seperti ini terjadi padamu," jawab Farrel.Berkat kelalaiannya, Keluarga Sack bisa naik ke kapal dan Sally jatuh ke laut."Bagaimana bisa itu salahmu?"Jika bukan karena
Xander segera tertidur setelah itu. Tapi Farrel menghabiskan hampir sepanjang malam dengan terjaga. Untungnya, demam Sally sudah hilang keesokan paginya. Tidak dapat menahan kantuknya, Farrel akhirnya tertidur.Sally bangun beberapa jam kemudian, dan dia tercengang seketika melihat pemandangan sekelilingnya.Di depannya ada seorang pria berparas tampan tertidur pulas. Dia mengucek matanya, sejenak percaya bahwa dia masih bermimpi.‘Ada apa, apa yang terjadi? Kenapa Farrel ada di sini?’Sally menyelinap keluar dari pelukan Farrel dengan gerakan gerilya. Dia tertidur lelap sehingga dia tidak terbangun dan tidak menunjukkan reaksi apa pun. Sebaliknya, justru Xander yang terbangun. Dia menangis gembira, "Kau sudah bangun, Bibi Sally! Bagaimana perasaanmu? Apakah masih ada yang tidak nyaman?"Dengan pipi memerah, Sally mengangguk. Meski begitu, dia belum begitu bertenaga untuk menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Ditambah lagi dengan pikirannya yang masih kabur."Apa yang terjadi pad
Nyonya Jahn berjalan ke arah Charlotte dan Sula ketika keduanya sedang berbicara.Dia memperhatikan kesedihan di mata Charlotte dan menepuk tangannya untuk menghiburnya.Sama seperti Charlotte, pandangannya terhadap Farrel yang pergi dengan Sally, membawa makna yang dalam.Ketika mobil itu benar-benar hilang dari pandangan, dia ragu-ragu sejenak sebelum tersenyum dan berkata, "Ayo, Charlotte. Kita pergi ke arah yang sama, jadi aku akan menurunkanmu."Charlotte membalas senyumannya dan menerima tawaran itu."Terima kasih, Bibi."Charlotte menurunkan pandangannya sembari berpikir. Dia merasa sedikit lebih baik sekarang. Lalu kenapa jika Farrel menyukai Sally? Selama Tuan dan Nyonya Jahn tidak setuju, jika mereka berdiri di sisiku, aku pasti akan memiliki peluang besar untuk mendapatkannya.Dengan pemikiran seperti itu, Charlotte pergi bersama Nyonya Jahn dan yang lainnya....Setelah menurunkan Sally, Farrel berkata, "Jangan bekerja dan istirahatlah hari ini. Hubungi aku jika
Sally pergi setelah mendapatkan alamat itu dan memberitahu rekan-rekannya tentang hal itu.Itu adalah restoran yang dekat dengan perusahaannya. Ketika dia tiba di sana dan menemukan Nyonya Jahn, dia duduk di seberangnya.Nyonya Jahn terlihat lebih sopan dari yang dia harapkan. Dengan senyum kecil dan ekspresi agak menyesal, dia berkata, "Nona Jacob, aku benar-benar minta maaf karena telah mengajakmu keluar dalam waktu sesingkat ini."Dia menilai wanita di depannya saat dia berbicara dan harus mengakui bahwa Sally tidak hanya cantik dan anggun, tetapi dia juga memiliki karakter yang sangat baik. Dia merasa nyaman untuk dilihat, namun sayangnya, persyaratan untuk menjadi rekan hidup Farrel lebih dari sekedar memiliki penampilan luar yang terlihat cantik.Sally tidak mempermasalahkannya. "Bibi, apakah kau ada urusan denganku?"Nyonya Jahn tampak bingung mau mulai darimana tetapi akhirnya memilih untuk langsung ke intinya."Ah, begini. Sepertinya aku akan langsung ke intinya. Nona
Selama sisa hari itu, Sally tidak menerima telepon atau SMS dari Xander atau Farrel. Ketika dia sampai di rumah, dia menatap rumahnya yang kosong dan merasa kesedihan menerpanya.Namun, dia tersenyum kecut dan langsung menghibur dirinya dengan berpikir bahwa dia memang akan selalu hidup sendiri dan tidak ada bedanya baginya untuk melanjutkan hidupnya sendiri.Setelah bebersih diri, dia langsung pergi tidur. Dan hari-hari pun berlalu begitu saja....Keesokan harinya, Sally mulai fokus bekerja.Dan saat ini dia sedang mengerjakan proyek dengan Zaden Group mengingat mereka telah meminta Jinse Group untuk membuat proposal untuk mengiklankan produk barunya.Dia menjadwalkan pertemuan dengan manajer Zaden Group untuk mendapatkan detail lebih lanjut.Siang hari, dia pergi ke restoran tempat mereka berjanji untuk bertemu.Dia berjalan ke pintu masuk dan memutuskan bahwa dia akan menghubungi manajer itu untuk menanyakan keberadaannya. Dia merogoh tasnya untuk mencari ponselnya saat dia
Sally memperhatikan Lynd menyerahkan ponselnya dan berkata, "Mari tetap terhubung di WeChat. Akan lebih mudah bagi kita untuk berbicara."Dia tidak menolaknya. Dia mengambil ponselnya dan memasukkan ID WeChat-nya sebelum mengembalikannya."Kalau begitu aku pergi. Kapan-kapan kita bicara lagi.""Baiklah. Hati-hati di jalan, Senior Lynd.""Tentu."Suara Lynd yang lembut terdengar di telinganya saat dia kembali ke mobilnya. Dia bahkan menatapnya dengan lembut sebelum menyalakan mesin dan mematikannya.Adegan ini kebetulan disaksikan oleh Selene yang berada di luar baru saja pulang kerja.Dia menatap mobil yang berangkat dan bertanya, "Sese, siapa pria yang mengantarmu ke sini?""Oh, Manajer Jules. Itu manajer Zaden Group. Aku seharusnya bertemu dengannya untuk membahas proyek kita, tapi ternyata dia senior di kampusku dulu," Sally tidak menyembunyikan kebenaran.Keduanya kembali ke kantor saat mereka berbicara."Begitukah? Itu kebetulan sekali!" Selene tertawa, tapi ekspresinya
Setelah bertemu dengan klien mereka di klub, mereka melanjutkan diskusi dengan senang hati. Karena kliennya menyukai alkohol, Farrel pun mau tak mau menyipinya.Felix duduk di samping kakaknya dan tanpa sadar terus menuangkan minuman untuknya.Siapa yang tahu kalau kandungan alkohol dalam minuman pada pertemuan itu ternyata cukup tinggi, Farrel pun dengan segera mendapati dirinya agak mabuk dan pusing.Dia menjadi benar-benar mabuk saat pertemuan dengan kliennya berakhir.Ketika dia pamit untuk pergi ke kamar kecil, Felix sedang menjawab panggilan. Dia tidak terlalu memperhatikan situasi di kamar pribadi.Charlotte ragu-ragu sejenak sebelum menuju ke kamar kecil.Dia menunggu di koridor. Ketika Farrel keluar dari kamar kecil, dia segera menghampirinya. "Farrel, kau baik-baik saja?"Farrel tidak menjawabnya.Charlotte melangkah maju, ingin menopang lengannya, tetapi dia menghindarinya.Tangannya berhenti di tengah gerakan. Dia tidak berpikir bahwa bahkan Farrel yang mabuk tetap
Mata mereka kini saling bertemu. Tidak dapat menahan keinginannya, Farrel menyentuh halus dagunya dan mencium bibirnya.Sontak, Sally membelalak, benar-benar tercengang. Dia terjebak dengan perasaan yang berkecamuk.Pada saat dia tersadar, dia mulai berjuang melawan genggamannya. Sebaliknya, Farrel malah memeluknya erat-erat.Dia semakin mendekapnya di dalam pelukannya. Kini ciumannya makin dalam.Bau alkohol dari nafasnya samar tercium saat bibir mereka terjalin. Ambiens di ruangan itu tiba-tiba hangat, suhu di dalam ruangan pun tiba-tiba menjadi beberapa derajat lebih tinggi.Ketika dia mengira dia akan kehabisan udara, Farrel perlahan melepaskannya.Dia menutup matanya dan kembali tertidur.Sally meninggalkan kamar tidurnya seperti dia sedang berlari menyelamatkan nyawanya.Dengan aliran darah yang terasa mengalir cepat, pipinya merah merona dan jantungnya berdebar kencang. Dia pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Butuh waktu lama sebelum dia akhirnya benar-benar tera