Bab 9
Rudi membuat kopi untuk dirinya sendiri. Sudah 2 jam, Michelle pergi dan belum memberinya kabar ataupun pulang ke rumah. Ia mulai merasa bosan berada sendirian dirumah tanpa Michelle. Sudah puluhan chanel tv diganti-ganti namun tidak membuat hatinya tenang. Malahan dia merasa gelisah karena menantikan kepulangan Michelle. Tubuhnya letih tapi pikirannya tidak bisa istirahat memikirkan Michelle. Dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan Michelle saat ini?Jika saja Michelle membawa hand phonenya maka ia tidak akan merasa cemas dan penasaran seperti ini. Rudi menepuk dahinya.
'Tentu saja! Betapa bodohnya dia!' katanya pada dirinya sendiri lalu mengambil handphone Michelle dan melihat daftar panggilan masuk dan menelepon nomor terakhir dalam daftar.
Dia menunggu dengan cemas dan keningnya mengerut saat mendengar suara tawa seorang pria menyambut teleponnya. “Yah-yah-yah lucu sekali! kata Jason sambil tertawa.“Siapa ini?“ tanya Jason tanpa melihat nomor yang muncul dilayar handphonenya.
Rudi menahan dirinya, apalagi dia juga mendengar suara tawa Michelle. Ia merasa sangat tidak senang mendengarnya!“Ini Rudi, tunangan Michelle. Tolong sambungan padanya!“ kata Rudi, berusaha menahan emosinya.
Kalau saja saat ini Michelle tidak ada didepannya, Jason pasti akan bilang, “salah sambung!“ tapi ia tahu, ia juga tidak dapat menahan Michelle lebih lama dirumahnya. Jason menghela napas panjang lalu memberikan handphonenya kepada Michelle. Memberi kode bahwa yang menelepon adalah tunangannya. Ia memberi kode dan meninggalkan Michelle sebentar untuk memberikan privasi kepadanya. Jason berdiri mengambil air di dalam kulkas sambil mengamati Michelle dari tempatnya berdiri. “Halo sayang…,“ sapa Michelle dengan lembut. “Pulang sekarang juga!“ kata Rudi dengan cepat dan langsung mematikan telepon. Hati Michelle mencelos mendengar nada marah pada suara Rudi. Ia memandangi handphone Jason dengan pandangan tidak percaya dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi? Tapi dengan jelas, dia bisa merasakan kemarahan pada suara Rudi. Michelle menghela napas sambil tersenyum kikuk kepada Jason.“Sepertinya aku harus pulang sekarang.“
Ia meletakkan Jojo diranjang Jason sambil memberi instruksi singkat mengenai takaran pembuatan susu, mengganti popok dan pakaian Jojo. Jason mendengarkan dengan diam. “Bagaimana mengerti 'kan?“ tanya Michelle karena tidak mendapat tanggapan dari Jason. “Ini salahku! Harusnya aku tidak menahanmu lama-lama disini. Sepertinya pacarmu marah?“ Jason tampak sangat menyesal. Tapi dalam hatinya, ia berharap akan segera mendengar kabar Michelle putus dari pacarnya. Hore! “Tunanganku. Rudi itu tunanganku, bukan lagi pacarku. Dia pasti akan mengerti setelah aku menjelaskan semuanya, tenang saja.“Michelle berkata dengan yakin.
“Oh yah, aku akan membantu mencari baby sister untuk Jojo, oke. Aku pergi yah,“ kata Michelle sambil tersenyum dan berpamitan juga dengan Jojo.
“Michelle…!“ panggil Jason tiba-tiba. “Apa?“ Michelle menoleh. “Kalau tunanganmu memutuskanmu, aku akan sangat bersedia menjadi penggantinya!“ kata Jason dengan penuh semangat. Michelle tertawa.“Jangan gila dong!“ katanya dengan cepat lalu menyalakan mesin mobilnya dan melambai sebelum menginjak gas.
Sesampainya di rumah, ia segera memarkir mobil dan langsung naik ke atas dan menemukan Rudi sedang berbaring di ranjang.
Meskipun tidak melihat wajah Rudi, dia tahu kalau tunangannya itu sedang marah. Michelle memandangi Rudi yang sedang memunggunginya. Sejak ia pulang, Rudi hanya diam tidak bertanya atau berkomentar apapun. Ia marah! Benar-benar marah! kata Michelle dalam hati. Michelle memeluk punggung Rudi. Rudi melepaskan tangan Michelle. Rudi masih belum mau mendengar penjelasan Michelle saat ini. Hanya desahan napasnya yang terdengar panjang dan berat yang menjawab permintaan Michelle. Michelle meminta perhatian Rudi. Rudi berpaling menatap Michelle yang mencoba membujuknya tapi tidak sanggup berkomentar apapun. Michelle tersenyum polos lalu beranjak masuk kedalam pelukan tunangannya itu. Michelle menengadah kearah Rudi dan mengelus lembut wajah tunangannya yang tampak marah padanya. “Marah yah?“ tanyanya sambil menggoda Rudi dengan cara mencium-cium kecil wajah Rudi. Rudi menghela napas namun masih menahan diri untuk tidak terbujuk rayuan Michelle. “Yah, udah kalau marah mah!“ kata Michelle dengan cepat dan langsung membalikkan badannya. Dengan cepat, Rudi langsung meraih tubuh Michelle dan memeluknya erat. Michelle sedikit berontak. Rudi mempererat pelukannya. Michelle tersenyum lega. Akhirnya tunangannya mau melunakkan hatinya dan mendengarkan penjelasannya. Ia berbalik menghadap Rudi. “Tadi aku ke tempat Jason,“ kata Michelle mulai bercerita. Rudi mencoba menahan diri untuk tidak menyela. Ia tidak senang mendengar nama pria yang tidak dikenalnya, keluar dari mulut Michelle. Michelle bisa melihat Rudi sedang menahan dirinya untuk tidak berkomentar maka ia melanjutkan ceritanya lagi sambil mengelus wajah Rudi untuk menenangkannya. Michelle menceritakan dari awal pertemuannya dengan Tina, dan kebingungan karena Tina tidak pernah kembali dan mengambil Jojo darinya, sampai ia menyerahkan Jojo pada ayah kandungnya dan terakhir telepon yang diterimanya tadi karena wajah Jojo yang sudah membiru karena menangis terus menerus. Rudi bisa memahami perasaan tunangannya itu. Ia memang berhati malaikat! desah Rudi dengan bangga terhadap Michelle. Dia sudah merasa lebih tenang sekarang, ia yakin Michelle berkata jujur apalagi kalau menyangkut anak kecil. Ia mengecup jemari tangan Michelle dan tersenyum penuh cinta. Tapi ia tidak senang karena ada Jason yang menjadi embel-embelnya. Ia cemburu! “Aku baru menyadari ternyata Jason adalah orang yang menyenangkan. Kau tahu dulu waktu kuliah, aku tidak pernah memperhatikannya tapi begitu mengenalnya, ternyata dia orang yang baik,“ kata Michelle dengan tulus. “Oh, yah!“Rudi menyela dengan nada tidak senang sambil melotot.
“Yah! Dia adalah orang yang menyenangkan sebagai…,“Michelle sengaja menggantung kalimatnya. Ia senang menggoda tunangannya itu!
“Aku kembali saja ke Korea besok yah!?“ kata Rudi sambil merengut. “Ngambek …? Jangan dong!“ kata Michelle sambil memeluk Rudi dengan erat seraya tersenyum nakal. “Dia menyenangkan sebagai teman. Yang bisa menyenangkanku dan membuatku tergila-gila hanya kamu. Dan hanya kamulah yang membuatku jatuh cinta dan mengenalkan keindahan cinta yang sebenarnya kepadaku, aku bersyukur karenanya, “ kata Michelle sambil mengelus rambut Rudi dengan mesra. “Berjanjilah satu hal kepadaku.“ kata Rudi dengan lembut. “Apa?“ tanya Michelle. “Kalau kau mau menemui Jason ataupun siapapun teman priamu selagi aku masih di sini, aku ingin, kau membawaku serta.” “Jadi kalau kau sudah tidak di sini, aku boleh menemui semua teman priaku dengan bebas? Hore!“ katanya sambil tertawa lepas lalu menghela napas. Michelle tersenyum memandangi tunangannya yang saat ini sedang merajuk.“Kau tahu, hanya kau yang bisa membuatku merasa bahagia seperti ini. Aku tidak akan menukar kebersamaan kita ini, dengan apapun juga. Aku tidak akan pernah berpaling darimu. Ingat itu! Sudah jelas, aku tidak sanggup hidup tanpa kamu,“ ungkap Michelle dengan setulus hati.
Senyum Rudi mengembang lebar dibibirnya ketika mendengar ucapan Michelle. Ia menyapu bibir Michelle pelan dengan bibirnya dan lagi dan lagi! Michelle menyambut ciuman Rudi.“Oh, yah sampai mana kita tadi?“ goda Michelle.
“Aku cinta kamu,“ bisik Rudi mesra. Michelle merasa menjadi wanita paling bahagia dimuka bumi ini karena memiliki Rudi sebagai belahan hatinya. Mereka tidur bersama sambil berpelukan, seolah tidak terpisahkan. Rudi merasa yakin cinta Michelle hanya untuknya. Dan tidak akan pernah tergoyahkan. Ia yakin akan hal itu!Bab 10 Angin dingin masuk melalui jendela kamar Michelle yang terbuka. Handphonenya berbunyi mengganggu tidur nyenyaknya. Setengah tidak sadar, Michelle meraba mencari dan meraih handphonenya tanpa membuka matanya. Ia melirik jam dinding yang ada dikamarnya sambil menguap. Baru jam 5! gerutunya dalam hati lalu melihat handphonenya. Ternyata Jason! Michelle menguap lagi lalu mematikan handphonenya. “Siapa yang menelepon pagi-pagi begini?“ gumam Rudi sambil memeluk Michelle . “Jason,“ jawabnya sambil menguap lebar. “Aku harus cepat-cepat membantunya mencari baby sister agar ia tidak menggangguku lagi, inikan baru jam 5 pagi, gila!“ kata Michelle sambil merapatkan selimutnya dan mencari posisi yang enak dalam pelukan Rudi dan meneruskan tidurnya lagi. “Sial! Kenapa hpnya dimatikan sih!?“ kata Jason dengan kesal pada dirinya sendiri. Jojo baik-baik saja. Hanya saja, dialah yang justru kesulitan untuk beristirahat.
Bab 11 “Sayang, kau tahu, aku merasa tidak nyaman melihatmu bersama Jason,“ kata Rudi setibanya mereka dirumah tanpa basa basi. Michelle menghela napas sebelum menenangkan Rudi. “Sayang aku bukannya bersama Jason tapi aku bersama Jojo,“ kata Michelle sambil tersenyum. “Tapi aku senang kau cemburu. Kau membuat, aku terkejut dengan sikapmu itu. Sebelumnya, kau belum pernah bersikap seperti ini,“ kata Michelle sambil tersenyum manis. “Ini bukan cemburu lagi sayang, tapi hal ini membuatku gila! Bisakah kau tidak memperdulikan Jojo untukku?“ “Sayang, ini masalahnya bukan mau atau tidak, tapi ini masalah seorang bayi. Yah, Tuhan dapatkah kau membayangkannya!? Aku tidak bisa begitu saja tidak memperdulikan Jojo, yang aku tahu pasti sangat membutuhkanku! Bagaimanapun aku merasa bertanggung jawab karena kepad
Bab 12 Pagi harinya, Jason meminta Michelle untuk menjagai Jojo dirumahnya karena ia harus memenuhi jadwal syuting yang sudah ditundanya dari kemarin. Rudi mengerang kesal ketika melihat Michelle berbicara dengan Jason ditelepon. Bujukannya untuk bermesraan ditolaknya dan memilih untuk menyimak kata-kata Jason ditelepon. “Kita bawa saja Jojo kesini!“ kata Rudi memberi saran. “Yah tadi juga aku sudah menyarankan seperti itu tapi membawa Jojo keluar dari rumah Jason akan menjadi pemandangan yang terlalu asyik untuk diexspos ke media, Itu kata Jason. Aku rasa alasannya masuk akal juga,“ kata Michelle sambil memandang Rudi. Berharap Rudi tidak akan marah. “Kau tidak bisa terus-terusan meninggalkan bisnismu,sayang.“ “Aku tahu tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak
Bab 13 “Kita tidak bisa meninggalkan Jojo dan Jason disini, kasihan mereka. Oh ayolah, paling hanya satu atau dua hari sampai Jason sembuh. Aku hanya mengkhawatirkan Jojo. Bagaimanapun juga, Jason tidak bisa mengurusnya mengingat kondisinya saat ini.“ “Kalau begitu kita bawa Jojo saja pulang kerumah!“ “Jason sedang sakit. Bagaimana kalau ada apa-apa dengannya? Tidak ada satu orangpun kerabatnya yang ada dikota ini! Kau tahu, paling dekat saudaranya ada di Jakarta. Tidak mungkin kita memanggil mereka kesini untuk merawat Jason iya ‘kan?“ Rudi hampir gila membayangkan Jason tinggal di rumah Michelle dan juga bersamanya! “Tidak-tidak dan tidak!“ jawab Rudi dengan tegas. Tapi lagi-lagi, Michelle tetap gigih membujuknya. Dia benar-benar tidak tega kalau sampai meninggalkan Jason sendirian dirumahnya.
Bab 14 Michelle segera menyadari kekeliruannya. Ia menyadari, ia sama sekali tidak kebal dengan pesona Jason maka Michelle langsung menjauh dari Jason dan tersenyum kikuk. Jason mengumpat dalam hati saat melihat hal itu!Jason mengira Michelle akan meninggalkannya sendiri tapi ternyata Michelle duduk dipinggir ranjang dekat kakinya dan Michelle membantunya membukakan sepatu! “Kau tidak akan nyaman kalau tidur dengan mengenakan sepatu,“ katanya sambil mencoba tersenyum. Ia merasa tidak enak harus memperhatikan keadaan Jason. Sebagian dari diri Jason, rasanya ingin sekali melompat kearah Michelle dan melumat bibirnya yang merah.Ia ingin sekali menyentuh tubuhnya dan memberi kenikmatan kepada Michelle dan menjadikan Michelle miliknya, hanya miliknya! Michelle akan meninggalkannya sekarang! Jason menggerang pelan.
Bab 15 Tampaknya cukup sulit untuk menemukan wanita yang benar-benar sempurna untuk merawat Jojo! Michelle hampir putus asa dan terduduk lemas disofa Jason. Ia sudah putus asa sampai ia melihat seorang gadis berumur 27 tahun yang menurutnya benar-benar ideal untuk Jojo, namanya Meta. Mata Michelle berbinar-binar.Ia menaruh harapan yang besar kepada Meta. Rudi mengangguk-angguk setuju. Jason tidak merasa senang melihat kenyataan bahwa ia akan segera menemukan pengasuh yang akan segeramerawat Jojo. Michelle memantau semua kegiatan Meta saat mengurus Jojo. Ia memandikan Jojo dengan sempurna. Menyuapi Jojo dengan sabar. Membuat takaran susu dengan benar dan memastikan hangatnya pas dan juga sepertinya, Jojo juga sangat menyukai Meta! &
Bab 16 Begitu sampai dirumah, Michelle tidak banyak berkomentar. Ia langsung mengambil bongkahan es batu dalam kulkas dan sebuah handuk kecil untuk mengompres tangan Rudi yang agak bengkak. Sepanjang perjalanan pulang kerumah, Rudi tidak berkomentar apapun. Dan Michelle pun tidak mau memberi komentar apapun. Ia memperhatikan Rudi mencoba menahan nyeri pada tangannya. Michelle mengompres tangan Rudi. “Aku tidak apa-apa, auw!“ Dinginnya es rupanya menyadarkan Rudi bahwa tangannya bengkak. Michelle geleng-geleng kepala melihat kekeraskepalaan Rudi tapi ia hanya diam tidak mengatakan apapun. “Apa!?“ bentak Rudi saat melihat Michelle. “Kau tahu,“ kata Michelle sambil menghela napas panjang. “…, kau bertingkah seperti anak kecil." Michelle mulai merasa kesal. Ia memban
Bab 17 Setelah kepergian Rudi, Michelle menyibukkan diri mengurus bisnisnya yang sudah agak lama terbengkalai. Bertemu lagi dengan Rudi, membuat hati Michelle sedih ketika harus berpisah lagi. Michelle menghembuskan napasnya sambil menatap gambar dirinya bersama Rudi. Hari ini dia akan bertemu dengan investor yang berniat menanamkan investasi pada usaha penerbitan majalahnya, Wedding News Magazine. Petrus Gregorie Cliff namanya. Dia seorang milioner yang terkenal playboy, dan ganteng juga, Michelle harus akui tapi untungnya tidak cukup mampu menggoda hatinya. Michelle menjadi tenang karenanya. Ia agak terganggu melihat kelakuan Petrus saat ini. Mungkin karena dia sudah terbiasa mendapatkan semua wanita, jadi ia merasa, Michelle mungkin sama seperti wanita l
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah membaca sampai tamat karya saya 'Bayi Dadakan', semoga kalian suka yah. Ciri khas novel saya emang nggak panjang-panjang babnya karena itu silahkan baca semua novel saya yang di GoodNovel yah. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada editor in house saya, kak Mutiara dan juga kepala editor GoodNovel. Tanpa kalian saya tidak bisa merilis tulisan-tulisan saya. Sebagai penulis baru awalnya saya kurang percaya diri mengekspos tulisan saya, karena semua karya yang saya buat itu dengan satu tujuan yaitu menyenangkan hati saya ketika membaca ulang tulisan saya. Saya juga suka membaca kisah romantis, untuk itulah saya menulis kisah yang sesuai dengan apa yang saya inginkan. Salah satu cirinya tidak panjang bab. Di aplikasi lain hal ini mungkin akan menghambat tapi saya bersyukur bisa menemukan GoodNovel sebagai salah satu platform
Bab 33 Michelle menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Tubuhnya menggigil. Ia sudah menyiapkan ember di sebelah tempat tidurnya karena ia tidak tahan harus bolak-balik ke kamar mandi walaupun jaraknya tidak sampai 10 meter. Ia merasa terlalu lelah dan tertidur dengan pulas. Ia bangun tanpa merasa lebih baik tapi ia lega rasa mualnya belum datang lagi tapi keningnya langsung berkerut ketika rasa leganya langsung berganti dengan rutinitas mualnya. Uek! Michelle memejamkan matanya setelah memompa isi perutnya yang kosong. Ia mulai sadar, sedari pagi ia belum mengisi perutnya karena ia tidak berselera untuk memakan apapun selama kehamilannya. Ia terus-menerus merasa mual dan lebih suka memilih tidur. Hanya sedikit cairan yang keluar dari mulutnya dan jika ia berhasil memasukkan sedikit makanan ke dalam perutnya maka lima menit kemu
Bab 32 Sejak saat itu, berita tentang hubungan mesra Jason dengan gadis-gadis lainnya ter-ekspos jelas di media. Siang dengan satu gadis, malam sudah pergi dengan gadis yang berbeda dan ia tidak segan-segan memberikan sajian menarik bagi juru foto yang selalu menguntitnya. Michelle menghela napas. “Aku harus melupakannya!“ kata Michelle pada dirinya sendiri. Ia merasa dirinya bergetar hebat sampai-sampai ia harus memegang meja kerjanya. Ia begitu marah melihat Jason mencium gadis lain tapi dia tidak berhak karena Jason bukan miliknya. Dia telah memilih dan ia harus menanggung akibatnya! Michelle yakin Jason melakukan itu untuk menyiksanya dan sayangnya, ia berhasil! Sial! umpatnya kesal. Ia merobek-robek tabloid yang dibacanya dan melemparkannya ke tempat sampah. Michelle mengontrol pekerjaan para pekerjanya yang sedang mendesain ruangan resepsi untuk Dino d
Bab 31 “Sayang, kau disini!“ ucap Michelle tidak percaya dengan pandangannya. Saat ini Rudi sudah berdiri dihadapannya dengan wajah yang berseri-seri. Rudi sedikit bingung melihat sikap Michelle yang begitu terkejut hingga tidak menyambutnya dengan pelukan. Dengan santai Rudi mencoba menepis perasaannya dan melangkah mendekati tunangannya itu lalu ia mengecup bibir Michelle dengan lembut. “Yah, aku disini dan aku rindu padamu.“ bisik Rudi. “Apakah kau merindukan aku?“ tanya Rudi sambil mengecup bagian belakang telinga Michelle. Michelle menghindar halus. “Kau belum menjawab pertanyaanku.“ “Aku tidak bisa tenang melanjutkan kuliahku di sana. Aku begitu merindukanmu sampai sakit rasa
Bab 30 Jason tidak menghentikan menyiksa Michelle dengan ciumannya dengan belaiannya. Michelle mengerang putus asa saat Jason belum menjawab rasa laparnya malahan ia terus menciumi bagian perutnya ke bawah dan ke bawah sampai melumat bagian terintimnya. Mata Michelle terbelalak merasakan sensasi yang tengah melandanya tapi Michelle menyukainya. Ia memejamkan matanya. Ia hampir gila dibuai oleh lidah dan bibir Jason. Ia tidak tahu cara Jason melakukannya tapi tubuhnya lemas dan merasa puas karena sentuhan Jason. Ia mengerang lagi dan bergerak cepat sambil meremas rambut hitam Jason dan merasa melayang dan puas. Ia tengah merasakan klimaks terindah dalam dirinya. Bersama Jason. Jason tersenyum sambil menjilati intisari dari dirinya dengan rakus. Michelle tertawa merasa kepuasan. “Kau sangat manis.“
Bab 29 Beberapa saat kemudian Michelle keluar dari balik pintu. Dia sudah berpakaian lengkap. Ia menghela napas sambil memandang ke arah Jason yang lebih frustrasi dibanding dirinya saat ini. Ketenangan sudah meredam emosinya. Ia mengambil dua gelas mug dan membuatkan teh untuk dia dan Jason. Jason menerima mug yang diberikan Michelle. Ia memandangi Michelle sebelum meminumnya. “Maafkan aku …,“ ucap Michelle membuka pembicaraan. “Kita agak kacau hari ini yah ‘kan!?“ ucap Michelle mencoba meringankan keadaan. Jason mengangguk setuju. “Jadi apa yang mesti kita lakukan sekarang?“ tanya Michelle sambil meniup tehnya. “Konferensi pers?“ Jason memberi saran. “Itu bukan bagianku.“ “Itu bagianku! Aku akan menceritakan yang sebenarnya kepada a
Bab 28 Jason tidak membuang-buang waktu lagi dengan menyesali keadaan, paling tidak saat ini, ia harus berjuang untuk memenangkan cintanya. Ia segera mengambil kunci mobilnya. Peringatan yang sudah jelas-jelas dari Michelle terngiang dibenaknya tapi ia tidak akan mengindahkan peringatan Michelle, karena saat ini ia sedang menuju rumah Michelle dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Meskipun ia harus menghadapi kemarahan Michelle, Jason tidak perduli. Sekarang yang terpenting, ia harus bertemu dengan Michelle dan menenangkannya, yang penting Michelle tidak menghilang darinya. Michelle melangkah dengan gontai. Ia memutuskan untuk naik ke atas, membuka kran air panas dan dingin secara bersamaan dan memenuhi bathtub kamar mandinya. Menyalakan aroma terapi bagi dirinya sendiri. Menyalakan ipodnya dan memasang penutup mata pada kedua matanya. Ia membaringkan tubuh dan pik
Bab 27 Michelle merasa sakit kepala begitu membaca salah satu tabloid langganannya. Tubuhnya terasa lemas karena tidak percaya melihat foto dan liputan mengenai dirinya dan Jason. Tangannya gemetar saat melihat tabloid yang baru saja diantarkan ke mejanya. Matanya turun naik membaca kata demi kata bohong yang tertulis didalamnya. Dengan kesal ia membanting tabloid itu dan terduduk dikursinya sambil mengelus-elus kening. Kapan mereka mengambil gambar mereka? pekiknya kesal dalam hati. Foto kebersamaannya bersama Jason dan Jojo di arena bermain anak. Sungguh sangat mengesalkan. Dia sangat menyesal mengapa hal itu sampai bisa terjadi! Bagaimana kalau Rudi mendengar apalagi sampai melihat berita bohong yang tertulis didalamnya. Jelas-jelas ulasannya mengenai kedekatannya dengan Jason apalagi mengait-gaitkan Jojo sebagai anak gelapnya!?  
Bab 26 Film yang ditayangkan di bioskop itu sangat seru. dengan bantuan kacamata 4D sebagai alat Bantu, pertualangan di dalam film menjadi lebih berkesan dan nyata. Meskipun Jojo tidak mau menggunakan kacamatanya di mata. Ia lebih senang memakannya! Michelle sangat menikmati acara nonton filmnya meskipun tentu saja, ia lebih suka menonton film tentang drama romantis dari pada film anak-anak tapi ia tidak mungkin mengajak Jason bersamanya. Ia akan mengajak salah satu temannya kapan-kapan, putusnya dalam hati. Sudah lama ia tidak keluar rumah! Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terlalu sibuk merindukan Rudi. Jason selalu suka mengamati apapun yang Michelle lakukan. Caranya berbicara, gemulai gerak tubuhnya, matanya yang selalu bercahaya penuh ketulusan dan yang pasti, ia tahu caranya bersantai. Ia tampil apa adanya. Ia tidak berusaha membuat Jason kagum dengan penampilannya kare