Share

Bab 29

Author: rara elhasan
last update Last Updated: 2022-01-04 10:16:44

"Aku melihat seorang nenek-nenek di belakang pohon itu, Ve," ujarnya sembari menunjuk pohon tak terlalu besar yang berada di sisi kiri tak jauh dari tempat mereka. 

"Mana? Nggak ada apa-apa itu di sana. Coba kamu lihat. Nggak ada apa-apa, Sar."

"Nggak. Nggak. Aku nggak mau lihat. Takut. Ayo, deh, jalan lagi aja," ujarnya, sembari berbalik badan. Kemudian meminta perjalanan dilanjutkan. 

Tak ada yang berani bertanya lagi terkait dengan apa yang telah dilihat Sarah. Entah untuk membuat Sarah tak bertambah takut, ataukah mereka sendiri pun takut. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain terus berjalan untuk mencari rute yang benar. 

Pohon itu menjulang tinggi. Seakan mengapit dua jalan. Rombongan mereka memutari pohon itu kemudian mengambil jalan yang berlawanan dari jalan yang mereka ambil sebelumnya. Dan benar saja. Tak lama jalan setapak itu mereka temukan. Dari kejauhan tampak rombongan lain yang sudah berjalan jauh di depan mereka. Rasa se

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 30

    S E R U P A Based True StoryB a y i B u n g k u sMalam memekat. Penerangan alam menggantung putus asa, redup dengan bentuk tak lagi bulat sempurna. Manik berkilau yang jumlahnya milyaran lenyap dari pengawasan teropong ciptaan Maha Kuasa. Sebagian dari mereka memilih tidur berselimut bulu keabuan hangat. Sebagian lagi tetap pada tugasnya meski berpendar tak berdaya.Di antara kekhusyukan yang bersebati. Kesegaran menitik dari selimut langit. Gerakannya cepat. Berhamburan ke sana-ke mari. Menempati wadah-wadah berlainan. Terkadang muka bumi. Terkadang kain yang melapisi tubuh-tubuh anak Adam. Terkadang dedaunan hijau yang menanti kehadiran mereka dengan ceria.Meski tak menyerbu bersamaan, para tubuh milik Allah itu tetap saja meracau, mendengkus, bahkan merutuki kesegaran penyambung napas mereka.Namun, dari sekian banyak anak Adam yang mulai berte

    Last Updated : 2022-01-04
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 31

    Suara kereta terakhir di malam ini menandakan saatnya Sri kembali ke peraduan. Raut wajahnya tampak lesu. Ekspresi inilah yang rajin Tiara lihat hampir satu minggu belakangan ini. Tak ada rona ceria. Sri pun jarang bicara. Di lain waktu Tiara sering mendapati Sri duduk termangu. Entah apa yang sedang mengggelayuti pikiran sang ibu, Tiara tak berani menanyakannya. Jika menilik dari gairah Sri yang tak seantusias biasanya dalam berdagang, pasti permasalahan yang mendera tak jauh dari perkara lapak dagangan. Sri menjadi tak bersemangat berdagang.Tiara mengamati segala solah polah Sri dari trotoar taman. Gadis itu tengah melipat tikar tempat pembeli duduk. Sebelumnya dia telah lebih dulu mengumpulkan sampah yang nantinya akan diangkut oleh truk sampah, yang lewat setiap pukul satu dini hari. Harus bersih. Berjualan di sini wajib mengikuti aturan. Ada beberapa iuran dari dinas. Pun dengan kebersihan setelah selesai berjualan, tak boleh ada sisa nasi yang berserakan.

    Last Updated : 2022-01-06
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 32

    Tiara mempercepat laju kereta anginnya. Sempat menoleh ke belakang. Sang ibu masih dengan kecepatan yang sama. Ibu tak akan takut, tetapi dirinya? Bulu kuduknya sudah meremang. Jangan sampai makhluk apapun di sekitar sini menyadari jika dia bisa berinteraksi. Tidak, Tiara sedang tidak ingin melihat apapun."Mbak tunggu ibu," pinta Alif."Ibu di belakang. Nggak akan hilang juga. Mbak ngantuk banget, Lip. Lupa kalau besok ada ulangan matematika. Jangan sampai telat. Bisa bahaya. Gurunya galak," alibinya.Alif menurut saja setelah itu. Tiara enggan mengeluarkan suara lagi. Dia takut semakin dia berpikir negatif makan akan semakin banyak makhluk tak kasat mata yang mengetahui kemampuannya. Tidak, Tiara tak ingin seperti itu.***Sepanjang pagi itu Tiara tak bisa tidur. Untunglah dia tak mengantuk di sekolah. Untung pula ulangan yang hanya alibinya itu tak terjadi. Biasanya apa yang diomongkannya dengan asal, bisa terjadi tiba-tiba.

    Last Updated : 2022-01-08
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 33

    Seperti pagi-pagi biasanya. Sapardi serta Sri akan sibuk sepanjang pagi sebelum kemudian di siang hari menjajakkan dagangan. Sapardi sepenuhnya dapat membantu Sri sejak pabrik tempatnya mengais rezeki tak lagi beroperasi. Pabrik tersebut memilih tak memperpanjang kontraknya di Indonesia. Kota Gresik dipilih perusahaan tersebut untuk membangun usaha baru. Beberapa karyawan memilih tetap bekerja dengan konsekuensi menempuh jarak yang tak dekat. Sisanya memilih mengundurkan diri dengan pesangon yang tak sebesar seharusnya. Sapardi memilih mengundurkan diri. Jika untuk mengikuti pabrik yang pindah ke Gresik, tubuh Sapardi tak lagi kuat.Kembali pada aktifitas sederhana pagi keluarga tersebut. Tiara tak ikut berjualan di pagi hari itu. Dia hendak membersihkan rumah serta memasak, sebelum kemudian membantu Sri menjaga lapak es campur. Mula-mula mencuci baju miliknya serta keluarga. Menyapu. Mengepel rumah. Menghilangkan debu-debu yang menempel pada perabot rumah, sebelum kemu

    Last Updated : 2022-01-11
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 34

    Tiara menunduk. Menekuri jemari tangannnya yang saling meremas. Kelopak matanya menutupi bola mata cokelat tua yang dia miliki. Dalam diamnya Tiara mencoba mencari cara. Bagaimana dagangan kedua orang tuanya kembali ramai. Jika tidak, Tiara akan mencari penyebab dagangan kedua orangnya sepi pelangan. Tak ada asap, jika tak ada api, bukan? Tak mungkin dagangan kedua orang tuanya sepi sedangkan dagangan hampir seluruh pedagang di sepanjang jalan ini ramai. Terlalu mustahil untuk dinalar dengan akal sehat. Terlalu tidak baik-baik saja jika dibiarkan. Meski sedikit, Tiara berharap dapat membantu. Setidaknya menudarkan rona sedih diwajah kedua orang tuannya dengan kehadiran satu atau dua pembeli. Karena setahu Tiara, pembeli pertama yang jadi "penglaris" dalam kepercayaan jawa akan mendatangkan rezeki yang lain. Tiara ingin meyakini itu. Ya, setidaknya satu dua pembeli harus ada setelah ini."Nduk, kenapa, ya, dagangan Bapak sepi banget?"Tiara terse

    Last Updated : 2022-01-12
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 35

    Tengah malam, dan Sapardi belum ada kemauan untuk menyudahi kegiatan mencari nafkah untuk menyambung napas keluarganya. Syukurlah hari ini uang lima puluh ribu bisa dibawa pulang. Sedang Sri yang berjualan es campur membawa pulang uang lima puluh ribu juga. Kondisi sekitar sepi. Tinggal beberapa geroba yang pemiliknya telah dulu pulang. Besok hari minggu. Biasanya orang-orang tak membawa pulang atau menitipkan ke ponten gerobak mereka. Khusus hari minggu, mereka boleh berjualan pagi sekali.Kereta terakhir di hari itu baru saja lewat. Sapardi menilik kondisi. Masih adakah kendaraan yang lewat? Barangkali sudah waktunya juga dia pulang. Sri dan anak-anaknya sudah sejak dua jam lalu pamit pulang.Lalu saat Sapardi hendak membereskan dagangan, dia teringat ucapan Tiara. Tentang bungkusan yang berada di bawah tempat duduk. Jauh di dalam tanah. Bungkusan itulah sumber masalah dagangannya sepi pembeli.Sempat ragu untuk mengikuti apa yang dikat

    Last Updated : 2022-01-16
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 36

    Emansipasi wanita, secuil aksara yang mengoyak abar-abar pewatas. Lihatlah, berapa banyak pekerjaan pria yang digeluti wanita. Agaknya, hampir semua perkerjaan bani Adam, para kaum Hawa berhasil menuntaskannya dengan baik, bahkan lebih sempurna. Bos perusahaan, Security, masinis kereta api sampai tukang aduk semen, wajah legit mereka meramaikan. Sekelumit cerita tentang emansipasi wanita tersebut, tak urung menggedor nurani pelakon hikayat ini Sri. Wanita seperempat abad itu, terggeragap dari kehibukan berleha-leha yang menjadi habit. Alotnya kehidupan serta seretnya ekonomi keluarga, memaksanya berpikir keras mencari jalan keluar. Ribuan ide dipilah dari otak yang hanya tertempa ilmu seadanya. Sri tak tamat sekolah dasar. Namun, tak perlu mahir matematika untuk menghitung uang kembalian. Tak harus fasih aritmatika sosial untuk mengetahui untung dan rugi. Bagi Sri, tangan emasnya ini cukup ahli dalam meramu rasa yang mendatangkan rupiah. Berpayung pana

    Last Updated : 2022-01-16
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 37

    Tiara menepi, bersama Alif. Adiknya itu menikmati kue tart, sembari sesekali melihat piala lomba cerdas cermat tingkat sekolah dasar se-kabupaten yang dia dapatkan. Kebahagiaannya jelas terlihat. Pun dengan kebahagiaan di wajah Sri. Berbinar. Penuh kepuasan. Betapa bahagiannya dia dapat mendidik kedua buah hatinya, hingga dapat berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Sang Ibu itu mengamati dua buah hatinya dari balik pintu dapur rumah. Sedang Sapardi tengah menata masakan Sri ke meja makan."Makanannya siap," ujar Sapardi.Tiara dan Alif menghambur masuk. Bukan makananan spesial, hanya nasi dan ayam crispy. Akan tetapi kesederhanaan itu cukup membuat dua jagoannya merasa senang bukan kepalang. Bukan hanya Alif saja yang suka ayam crispy, Tiara pun begitu. Ayam crispy buatan Sri selalu menjadi favorit keluarga.Mereka duduk melingkar. Di tengah meja itu, kue tart yang baru terambil sedikit di letakkan. Kue tart rasa cokelat. Jika

    Last Updated : 2022-01-23

Latest chapter

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Akhir Mata Batinku

    Tiara duduk di tepi ranjang mengusap perutnya yang kian membesar. Basri di sampingnya membuat racikan berupa spirtus dan jahe. Kaki Tiara mulai bengkak. Usia kehamilannya memasuki bulan ke delapan. Waktu menanti kelahiran sudah di depan mata. Dan, ramuan itulah yang dipercaya bisa mengempiskan bengkak kakinya. Selain bengkak rasanya sakit sekali. Tiara kesulitan berjalan dengan kaki seperti itu. Alas kaki tak ada yang muat. Menarik rambutnya ke belakang dan membuat sanggul kecil, lalu menyisipkan bulu landak untuk mengencangkan. Bulu landak penangkal makhluk halus. Pemberian ayah mertuanya. Seperti itu kepercayaan orang di sini. Tiara tak boleh meninggalkan bulu landak itu jika ingin berpergian kemanapun—kecuali ke kamar mandi. "Angkat kakinya," pinta Basri.Tiara mengangkat kedua kakinya yang bengkak ke atas ranjang. Sebelumnya Basri telah mengalasi kaki Tiara dengan kain yang tak dipakai. Basri mengoleskan ramuan itu di sekujur kaki Tiara. Rasanya dingin lalu hangat. Entah ini ber

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 90

    Undangan dari sahabat baik Basrilah yang membuat Tiara dengan perut buncitnya karena hamil pergi di malam hari. Tradisi di sini, jika masih hamil muda, tidak diperbolehkan keluar malam tanpa perlindungan. Tiara tak memiliki bulu landak yang menjadi keyakinan orang di desa Basri. Bulu landak itulah yang menjadi penangkal dari gangguan sihir dan makhluk halus. Adzan isya telah bekumandang. Motor Basri berderu menembus kelengangan. Sesaat lalu baru saja turun hujan, saat Tiara berangkat rintik kecil masih tertinggal—tetapi tak begitu mengkhawatirkan. Hujan itu tidak akan menjadi besar lagi, karena bintang-bintang mulai bermunculan di langit.Berbekal jaket tebal yang membungkus tubuhnya, Tiara melindungi calon bayi dalam perutnya agar tetap hangat. Mantra doa dan dzikir yang dia lantunkan sebagai tameng pribadi. Banyak cerita yang beredar, jika wanita hamil tanpa bulu landak sama saja cari mati. Ada yang mengatakan bayi dalam perut akan lahir dengan membawa godaan da

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 89

    Malam selanjutnya, setelah pembahasan tentang makhluk astral semalam, Basri jadi takut ke kamar mandi sendiri. Basri membangunkan Tiara yang lelah seharian bekerja rumah tangga, setelah mengajar di pagi harinya. "Kamu nggak mau ke kamar mandi?" tanya Basri langsung sesaat setelah Tiara terjaga dari tidur."Kan, tinggal ke kamar mandi?" Tiara tahu Basri takut. Saatnya balas dendam. Kemarin, saat Tiara meminta Basri mengantarkannya ke kamar mandi karena lampu kamar mandi sedang mati, Basri tak mau mengantarkan. Alasannya mengantuk. Tiara berakhir ke kamar mandi seorang diri. Hampir terpeleset karena tak ada penerangan sama sekali. Untung saja Tiara sigap, berpegangan pada pinggiran kamar mandi. Kalau sampai jatuh, kepala Tiara pasti berakhir membentur sumur.Sekarang giliran dia yang balas dendam. Tiara mendengar permintaan Basri itu, tetapi Tiara pura-pura tidak mendengar. Tetap memejamkan mata meski Basri memohon untuk diantar.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 87

    Tiara baru saja sampai rumah, ketika ada dua orang yang duduk di ruang tamu, bersama nenek Basri. Itu paman Basri bersama istrinya. Tiara bergabung dalam obrolan. Duduk di sofa. Nenek Basri pergi ke dapur untuk menyiapkan makan. Adat di sini, ketika ada tamu yang berkunjung, mereka akan dijamu bak raja. Diperlakukan dengan sangat baik.Dua teh masih mengepul—pertanda jika mereka baru saja duduk. Sepiring roti rasa durian menjadi peneman mengobrol sembari menyesap minuman. Paman Basri merokok. Tembakau. Ini pertama kalinya Tiara mengetahui jenis rokok seperti itu. Rokok tembakau yang sebelum dinikmati, harus dibuat sendiri. Kata Basri, karena Tiara banyak melihat penjual tembakau itu di jalan-jalan, harga tembakau lebih murah dibandingkan rokok produksi pabrik.Obrolan berlanjut. Terkait bagaimana Tiara. Apakah nyaman di kota barunya. Tiara menjawab dengan senyum. Belum terbiasa jauh dari orang tua. Merasa rindu. Ada rasa canggung. Sedikit rasa tak nyaman. S

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 86

    B a y i B u n g k u s Makhluk di Tepi Jalan-------- ------- -------- -------------"Kita nggak mau pulang?" Pertanyaan itu Basri lontarkan pada Tiara yang masih asyik berkeliling alun-alun. Sudah beberapa kali Basri mengingatkan jika di sini berbeda dengan kota yang Tiara tinggali. Pulang terlalu malam akan sangat berbahaya. Jalanan sepi. Beberpa sudut jalan pun gelap.Tapi himbauan Basri itu tak Tiara gubris. Dia tetap saja asyik menikmati suasana yang baru yang dia jajaki. Hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam barulah Tiara meminta pulang. Dia sudah lelah bekeliling. Bahkan, matanya kini sudah mengantuk. Basri sempat mendumal dan terlihat kesal. Tak ada pilihan lain selain melewati jalan yang terkenal sepi. Coba Tiara bisa di

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 85

    B a y i B u n g k u s Kehidupan Baru-------- ------- -------- -------------Bulan memangkas hari dengan cepat. Tahun berlalu tanpa menunggu siapapun. Tibalah pada hari yang sangat Tiara dambakan. Pernikahan. Satu jam lalu, Tiara resmi menjadi istri Basri. Pria yang telah bersamanya sejak semester pertama masa perkuliahan. Lika-liku percintaan, sampai drama kurang setuju keluarga Basri karena Tiara berasal dari kota, hampir saja membuat hubungan Tiara dan Basri kandas di tengah jalan.Pesta pernikahan dua hari dua malam selesai digelar. Tiara tinggal bersama keluarganya satu minggu lagi sebelum akhirnya ikut Basri pulang. Sesuai perjanjian awal, Tiara akan diboyong ke kota Basri untuk akhirnya tinggal di sana.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 84

    Motor Basri berbelok ke perempatan jalan. Tak jauh lagi mereka akhirnya sampai. Rumah Barada di tepi sungai. Halamannya luas. Ada surai dari anyaman bambu di depannya. Tiara disambut wanita muda dengan perawakan tambun dan berparas cantik. Dialah Airin, kakak Basri. Tak lama, keluar seorang nenek dengan jalan yang sedikit terseok, dialah pengganti orang Tua Basri. Dari kelas tiga sekolah dasar sampai sekarang, Basri tinggal dan dirawat oleh neneknya. Ibu Basri telah meninggal, sedangkan ayah Basri memilih menikah lagi. Besar jasa nenek Basri padanya. Biaya sekolah, mondok, sampai kuliah, neneknya-lah yang menanggung. Kedatangan Tiara telah ditunggu. Rasa cemas terpatri jelas. Tiara dan Basri pamit berangkat pagi, tetapi hampir pukul sepuluh malam mereka baru tiba di rumah.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 83

    B a y i B u n g k u s Suara AsingTiara dan Basri resmi bertunangan. Hari ini Basri meminta izin pada Sri dan Sapardi untuk membawa Tiara merayakan idul fitri di kotanya. Sekaligus mengenalkannya pada keluarga besar. Sri dan Sapardi memperbolehkan, tetapi dengan syarat tak boleh lebih dari satu minggu. Tiara dan Basri betangkat pukul tujuh pagi dengan mengendarai motor. Jarak yang ditempuh lumayan jauh. Kira-kira sekitar empat jam jika menggunakan motor dan bisa lebih dari enam jam ketika menggunakan bus. Basri menerangkan bahwa mereka tak akan langsung pulang, Basri akan mengajak Tiara jalan-jalan lebih dulu.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 82

    "Tiara, jaga rumah, ya?" Itu pesan Sri sebelum akhirnya meninggalkan Tiara seorang diri di rumah.Sri, Sapardi, dan Alif harus pulang ke desa karena salah satu kerabat ada yang meninggal dunia. Alhasil, Tiara jadi penunggu satu-satunya. Kumandang azan magrib terdengar. Setelah menunaikan salat, Tiara memasak mie instan untuk mengganjal perut yang seharian tak terisi nasi hanya camilan. Serial televisi favoritnya sudah masuk intro pembuka. Sembari mie instan matang, Tiara menikmati tayangan televisi. Sisa waktu sebelum isya itu dia habiskan bersantai.Kembali azan isya berkumandang. Tiara segera menunaikan salat. Di kamarnya. Televisi ada di ruang tamu. Rakaat pertama dan kedua berjalan mulus. Tak ada hal ganjil yang terjadi. Rakaat keempat, Tiara merasa ada tiupan angin tipis yang menerbangkan mukenah bagian belakang. Kondisi jendela kamar tertutup. Semua pintu tertutup. Pun cuaca tak sedang berangin. Dan anehnya, angin itu hanya di rasakan punggungnya.&nbs

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status