Share

Bab 17

Author: rara elhasan
last update Last Updated: 2021-12-11 22:42:07

"Sam, hentikan. Salah-salah malah kenak makhluk tak kasat mata."

Samantha terkekeh.  Dia seolah tak memperdulikan larangan Tiara. Gadis perperawakan ramping berwajah cantik itu terus saja melempar. Tak takut apa yang dilakukannya akan memperburuk kondisi. Malam begitu mencekam. Suara burung yang entah dari mana asalnya terus berbunyi. Berdengung. Bahkan seakan-akan berbicara lewat kicauannya itu. Angin yang bertiup menjadi saksi betapa bulu kudu Tiara tak kunjung tidur. 

"Sama hal begituan nggak usah takut. Satu lagi," ujarnya, lalu melempar batu terakhir. "Kamu harusnya lebih takut padaku. Bisa jadi aku yang lebih menakutkan dari mereka." Setelahnya Samantha terkekeh amat kencang. Bahkan kekehan suaranya itu membuat denging di telinga Tiara. "Ini sudah tidak beres," ucap Tiara dalam hati. 

Samantha yang ada di depannya ini barang tentu bukan Samantha teman baiknya. Kakak kelas yang sangat dia kenal. 

Tiara mencoba mengambil jara

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 18

    Seketika itu juga Tiara beralih pandang ke arah Samantha, berniat mengajak perempuan itu pergi. Tak beres. Kondisi sudah tak beres kali ini. Namun niat itu urung ketika dilihatnya sosok Samantha telah beruba rupa menjadi nenek-nenek bongkok dengan deretan gigi menghitam. Tertawa kecil. Menunjuk-nujuk Tiara dengan telunjuk tangan kanannya yang bebas. Tangan yang satu lagi menggenggam tongkat penyangga tubuh."Astagfirullah!" pekik Tiara, lantas segera berlari meninggalkan tempat.Tak tahu mau kemana, yang pasti dia harus secepatnya pergi dari tempat ini terlebih dahulu. Menyusuri jalan yang dia lewati tadi. Tak lagi menoleh meski kikik nenek itu seolah mengikuti. Lagi, seperti sebelumnya perhatian Tiara teralih pada makan merah berpayung kuning khas pengantin jawa dengan juntaian mawar melingkar di atas batu nisan. Dia mengernyit heran, tadi tak ada payung dan rangkaian bunga melati itu. Pun tak tercium aroma wangi yang menguar seperti sekarang ini. Tiara me

    Last Updated : 2021-12-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 19

    B a y i B u n g k u s ( 4 )K E S U R U P A N M A SAL-------- ------- -------- -------------Dear Deary,Saat itu tahun 2008. Begitu jelas di ingatan. Betapa suasana mencekam yang menyelimuti sekolah semasa SMP-ku. Memang, aku bukan masuk.dalam bagian mereka-mereka yang terlibat atau terdampak. Namun, sepanjang saat itu. Aku merasakan hal aneh di tubuh. Aku mendengar bisikan-bisikan yang seolah ingin berbicara dengankunAkan tetapi. Aku begitu ingat pesan ibuku saat itu. Jangan hiraukan mereka, Nduk. Jika di luar rumah, kamu anak biasa tidak tahu hal-hal seperti itu. Jika mereka mengganggu acuhkan. Jika mereka ingin berkomunikasi denganmu jangan tanggapi. Dan, jangan sampai ada yang tahu, jika kamu dapat melihat mereka.***Matahari s

    Last Updated : 2021-12-15
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 20

    Hari pemberangkatan tiba. Tiara yang tak masuk dalam rombongan melihat teman-tenannya yang berjumlah sepuluh orang naik ke atas truk biru milik angkatan laut bersama beberapa alumni, pembina pramuka, serta dua dewan guru laki-laki dan perempuan. Tenda dan peralatan memasak juga turut dibawa dalam rombongan.Mereka sumringah, antusias, bahkan terkesan tak sabar untuk secepatnya berangkat. Lambaian tangan serta canda tawa menjadi pemanis saat mobil itu berderu, bergetar, lalu berjalan meninggalkan tempat. Tak ada rasa iri sedikit pun dalam diri Tiara. Keberangkatan mereka seolah akan membawa pulang hal yang tak diinginkan nantinya.Sesampainya di rumah setelah pulang sekolah, Tiara menceritakan tentang burung hantu yang ia lihat tempo hari di atap salah-satu kelas di sekolahnya. Pun dengan keterkaitan kemunculan burung hantu itu dengan keberangkatan teman-temannya ke kemah"Jangan kasih tahu siapa-siapa terkait hal itu Tiara. Biarkan itu me

    Last Updated : 2021-12-18
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 21

    Hujan tak kunjung reda meski telah menguyur berjam-jam. Sekarang pukul setengah delapan. Kondisi sekolah tak lagi sepi. Siswa-siswi mulai berdatangan. Bermantel, menggunakan payung, bahkan ada pula yang nekat menerobos hujan. Akibatnya baju mereka sedikit basah. Rata-rata siswa yang datang tak memakai sepatu. Mengingat kondisi lapangan sekolah yang selalu banjir sepergelangan kaki jika hujan, memakai sandal menjadi pilihan terbaik.Tiara memilih mengamanti hujan secara langsung. Duduk di depan kelas. Bangku panjang dari semen yang dilapisi keramik. Setiap kelas memiliki bangku ini untuk tempat duduk kala jam istirahat. Dia tidak sendiri, beberapa teman lain pun di sana, menikmati waktu kosong sepertinya. Pembelajaran belum dimulai dan sengaja diundur karena dewan guru banyak yang terjebak hujan.Tiara menoleh. Mendapati Santi dan Aisyah tengah mengobrol santai. Obrolan tentang rombongan yang akan pulang siang ini. Mereka tak sabar mendengar cerita keseruan

    Last Updated : 2021-12-20
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 22

    Di tengah pengarahan itu, tiba-tiba beberapa siswi jatuh pingsan. Lalu siswi lain berteriak histeris. Di susul tawa yang menggelegar. Korban kesurupan yang tadinya hanya lima orang kini bertambah. Siswa siswi yang beberapa saat lalu mulai dapat dikondisikan kembali panik. Kocar-kacir menjauhi teman-teman yang mengalami kesurupan. Komat- kamit merapal doa perlindungan untuk diri sendiri.Tiara mencoba membuat tameng pertahanan. Jelas, dia melihat mereka berlarian masuk ke dalam tubuh teman-temannya. Dia mencoba tak mengamati, seolah-olah dia tak dapat melihat kehadiran mereka. Doa yang diajarkan bapak tak henti terapalkan baik di lisan dan hati. Sesungguhnya, tak ada penangkal paling mujarab kecuali doa kepada sang pemilik seluruh Makhluk.Ketika situasi tak kunjung membaik, kepala sekolah membuat keputusan untuk memulangkan seluruh siswa. Mengantisipasi agar jumlah siswa yang mengalami kesurupan tidak terus bertambah.Berbondong-bondong mereka

    Last Updated : 2021-12-21
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 23

    "Ada kesalahan yang telah dilakukan anak-anak di dalam rumah yang bukan milik mereka. Saya tidak tahu kesalahan apa, yang jelas mereka murka. Mereka meminta pembersihan. Dan ... pembersihan macam apa yang mereka inginkan, itu yang masih saya cari tahu. Saya tidak bisa mendapatkan hasil apapun hari ini. Karena mereka bungkam. Bukan saya menakut-nakuti atau membuat tidak tenang, tetapi bisa saja mereka akan mengganggu lagi besok. Berhati-hati dan jangan biarkan siswa dan siswi yang kerasukan hari ini pikirannya kosong."Perkataan sesepuh desa itu terpatri di ingatan. Mengganggu konsentrasi belajar. Pun membuatnya tak bisa tenang. Sorot mata Tiara tak henti melirik ke arah Vera. Gadis itu duduk di seberang baris pertama. Sejauh ini tak ada tanda-tanda Vera akan mengalami kerasukan. Namun, mengingat kejadi kemarin, Vera mulai menunjukkan tanda-tanda kerasukan ketika jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Sekarang masih pukul delapan. Apakah akan terjadi di jam yang sama?Ti

    Last Updated : 2021-12-22
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 24

    Kian hari kondisi makin memburuk. Jumlah siswa dan siswi yang mengalami kerasukan terus bertambah. Hari ini hari ke tujuh, dan di hari ini pun kerasukan massal itu masih terjadi. Tempat penyembuhan pun dialihkan dari yang awalnya di mushala menjadi di aula. Jam pelajaran di biarkan kosong. Siswa dan siswi di beri tugas di dalam kelas. Tak dibiarkan melihat proses penyembuhan atau keluar kelas. Jam sekolah tak sampai siang. Ketika bel istirahat berbunyi mereka di perbolehnkan pulang.Tiara mendatangi meja ketua kelas untuk meminta izin ke kamar mandi. Sedari tadi dia menahan buang air kecil. Awalnya ketua kelas tak mengizinkan. Pesan dari wali kelas untuk tidak membiarkan siapa pun keluar kelas tanpa tujuan penting."Tapi ini penting. Aku sudah menahannya sejak tadi. Lagi pula kamar mandi hanya di samping kelas ini.""Ya, sudah ... cepat! Jangan lama-lama."Tiara mengangguk lantas bergegas

    Last Updated : 2021-12-25
  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 25

    Pagi itu semua tampak berbeda. Langit kelabu hanya di daerah sekolah. Udara mendadak dingin menusuk tulang. Benar musim hujan, tetapi suasana yang tercipta sungguh berbeda. Matahati malu-malu menerangi muka bumi. Langit memuran sama seperti suasana yang menyelimuti. Tikar-tikar digelar memenuhi lapangan. Pengeras suara yang jumlahnya dua buah berukuran kecil berdiri di sudut kanan dan kiri lapangan. Langkah kaki berderap. Tikar tersikap sana-sini. Tubuh-tubuh kecil duduk gelisah. Mukenah membalut tubuh mereka. Warna-warni layaknya pelangi. Baju putih bersih berkeliteran. Menara-menara hitam membungkus kepala. Serasi dan teratur. Baris depan di isi siswa dan baris kedua diisi siswi. Berhadapan dengan mereka dewan guru serta ustadz yang diundang langsung pihak sekolah.Tiara duduk paling depan baris perempuan. Mukena katun berenda putih polos pemberian Sri dengan bangga dia kenakan. Mukenah itu baru, aroma mesin masih menguar. Di sampingnya Vera dan Aisyah mengenaka

    Last Updated : 2021-12-26

Latest chapter

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Akhir Mata Batinku

    Tiara duduk di tepi ranjang mengusap perutnya yang kian membesar. Basri di sampingnya membuat racikan berupa spirtus dan jahe. Kaki Tiara mulai bengkak. Usia kehamilannya memasuki bulan ke delapan. Waktu menanti kelahiran sudah di depan mata. Dan, ramuan itulah yang dipercaya bisa mengempiskan bengkak kakinya. Selain bengkak rasanya sakit sekali. Tiara kesulitan berjalan dengan kaki seperti itu. Alas kaki tak ada yang muat. Menarik rambutnya ke belakang dan membuat sanggul kecil, lalu menyisipkan bulu landak untuk mengencangkan. Bulu landak penangkal makhluk halus. Pemberian ayah mertuanya. Seperti itu kepercayaan orang di sini. Tiara tak boleh meninggalkan bulu landak itu jika ingin berpergian kemanapun—kecuali ke kamar mandi. "Angkat kakinya," pinta Basri.Tiara mengangkat kedua kakinya yang bengkak ke atas ranjang. Sebelumnya Basri telah mengalasi kaki Tiara dengan kain yang tak dipakai. Basri mengoleskan ramuan itu di sekujur kaki Tiara. Rasanya dingin lalu hangat. Entah ini ber

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 90

    Undangan dari sahabat baik Basrilah yang membuat Tiara dengan perut buncitnya karena hamil pergi di malam hari. Tradisi di sini, jika masih hamil muda, tidak diperbolehkan keluar malam tanpa perlindungan. Tiara tak memiliki bulu landak yang menjadi keyakinan orang di desa Basri. Bulu landak itulah yang menjadi penangkal dari gangguan sihir dan makhluk halus. Adzan isya telah bekumandang. Motor Basri berderu menembus kelengangan. Sesaat lalu baru saja turun hujan, saat Tiara berangkat rintik kecil masih tertinggal—tetapi tak begitu mengkhawatirkan. Hujan itu tidak akan menjadi besar lagi, karena bintang-bintang mulai bermunculan di langit.Berbekal jaket tebal yang membungkus tubuhnya, Tiara melindungi calon bayi dalam perutnya agar tetap hangat. Mantra doa dan dzikir yang dia lantunkan sebagai tameng pribadi. Banyak cerita yang beredar, jika wanita hamil tanpa bulu landak sama saja cari mati. Ada yang mengatakan bayi dalam perut akan lahir dengan membawa godaan da

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 89

    Malam selanjutnya, setelah pembahasan tentang makhluk astral semalam, Basri jadi takut ke kamar mandi sendiri. Basri membangunkan Tiara yang lelah seharian bekerja rumah tangga, setelah mengajar di pagi harinya. "Kamu nggak mau ke kamar mandi?" tanya Basri langsung sesaat setelah Tiara terjaga dari tidur."Kan, tinggal ke kamar mandi?" Tiara tahu Basri takut. Saatnya balas dendam. Kemarin, saat Tiara meminta Basri mengantarkannya ke kamar mandi karena lampu kamar mandi sedang mati, Basri tak mau mengantarkan. Alasannya mengantuk. Tiara berakhir ke kamar mandi seorang diri. Hampir terpeleset karena tak ada penerangan sama sekali. Untung saja Tiara sigap, berpegangan pada pinggiran kamar mandi. Kalau sampai jatuh, kepala Tiara pasti berakhir membentur sumur.Sekarang giliran dia yang balas dendam. Tiara mendengar permintaan Basri itu, tetapi Tiara pura-pura tidak mendengar. Tetap memejamkan mata meski Basri memohon untuk diantar.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 87

    Tiara baru saja sampai rumah, ketika ada dua orang yang duduk di ruang tamu, bersama nenek Basri. Itu paman Basri bersama istrinya. Tiara bergabung dalam obrolan. Duduk di sofa. Nenek Basri pergi ke dapur untuk menyiapkan makan. Adat di sini, ketika ada tamu yang berkunjung, mereka akan dijamu bak raja. Diperlakukan dengan sangat baik.Dua teh masih mengepul—pertanda jika mereka baru saja duduk. Sepiring roti rasa durian menjadi peneman mengobrol sembari menyesap minuman. Paman Basri merokok. Tembakau. Ini pertama kalinya Tiara mengetahui jenis rokok seperti itu. Rokok tembakau yang sebelum dinikmati, harus dibuat sendiri. Kata Basri, karena Tiara banyak melihat penjual tembakau itu di jalan-jalan, harga tembakau lebih murah dibandingkan rokok produksi pabrik.Obrolan berlanjut. Terkait bagaimana Tiara. Apakah nyaman di kota barunya. Tiara menjawab dengan senyum. Belum terbiasa jauh dari orang tua. Merasa rindu. Ada rasa canggung. Sedikit rasa tak nyaman. S

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 86

    B a y i B u n g k u s Makhluk di Tepi Jalan-------- ------- -------- -------------"Kita nggak mau pulang?" Pertanyaan itu Basri lontarkan pada Tiara yang masih asyik berkeliling alun-alun. Sudah beberapa kali Basri mengingatkan jika di sini berbeda dengan kota yang Tiara tinggali. Pulang terlalu malam akan sangat berbahaya. Jalanan sepi. Beberpa sudut jalan pun gelap.Tapi himbauan Basri itu tak Tiara gubris. Dia tetap saja asyik menikmati suasana yang baru yang dia jajaki. Hingga waktu menunjukkan pukul sebelas malam barulah Tiara meminta pulang. Dia sudah lelah bekeliling. Bahkan, matanya kini sudah mengantuk. Basri sempat mendumal dan terlihat kesal. Tak ada pilihan lain selain melewati jalan yang terkenal sepi. Coba Tiara bisa di

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 85

    B a y i B u n g k u s Kehidupan Baru-------- ------- -------- -------------Bulan memangkas hari dengan cepat. Tahun berlalu tanpa menunggu siapapun. Tibalah pada hari yang sangat Tiara dambakan. Pernikahan. Satu jam lalu, Tiara resmi menjadi istri Basri. Pria yang telah bersamanya sejak semester pertama masa perkuliahan. Lika-liku percintaan, sampai drama kurang setuju keluarga Basri karena Tiara berasal dari kota, hampir saja membuat hubungan Tiara dan Basri kandas di tengah jalan.Pesta pernikahan dua hari dua malam selesai digelar. Tiara tinggal bersama keluarganya satu minggu lagi sebelum akhirnya ikut Basri pulang. Sesuai perjanjian awal, Tiara akan diboyong ke kota Basri untuk akhirnya tinggal di sana.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 84

    Motor Basri berbelok ke perempatan jalan. Tak jauh lagi mereka akhirnya sampai. Rumah Barada di tepi sungai. Halamannya luas. Ada surai dari anyaman bambu di depannya. Tiara disambut wanita muda dengan perawakan tambun dan berparas cantik. Dialah Airin, kakak Basri. Tak lama, keluar seorang nenek dengan jalan yang sedikit terseok, dialah pengganti orang Tua Basri. Dari kelas tiga sekolah dasar sampai sekarang, Basri tinggal dan dirawat oleh neneknya. Ibu Basri telah meninggal, sedangkan ayah Basri memilih menikah lagi. Besar jasa nenek Basri padanya. Biaya sekolah, mondok, sampai kuliah, neneknya-lah yang menanggung. Kedatangan Tiara telah ditunggu. Rasa cemas terpatri jelas. Tiara dan Basri pamit berangkat pagi, tetapi hampir pukul sepuluh malam mereka baru tiba di rumah.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 83

    B a y i B u n g k u s Suara AsingTiara dan Basri resmi bertunangan. Hari ini Basri meminta izin pada Sri dan Sapardi untuk membawa Tiara merayakan idul fitri di kotanya. Sekaligus mengenalkannya pada keluarga besar. Sri dan Sapardi memperbolehkan, tetapi dengan syarat tak boleh lebih dari satu minggu. Tiara dan Basri betangkat pukul tujuh pagi dengan mengendarai motor. Jarak yang ditempuh lumayan jauh. Kira-kira sekitar empat jam jika menggunakan motor dan bisa lebih dari enam jam ketika menggunakan bus. Basri menerangkan bahwa mereka tak akan langsung pulang, Basri akan mengajak Tiara jalan-jalan lebih dulu.

  • Bayi Bungkus (Aku Terlahir dengan Mata Batin) (INDONESIA)   Bab 82

    "Tiara, jaga rumah, ya?" Itu pesan Sri sebelum akhirnya meninggalkan Tiara seorang diri di rumah.Sri, Sapardi, dan Alif harus pulang ke desa karena salah satu kerabat ada yang meninggal dunia. Alhasil, Tiara jadi penunggu satu-satunya. Kumandang azan magrib terdengar. Setelah menunaikan salat, Tiara memasak mie instan untuk mengganjal perut yang seharian tak terisi nasi hanya camilan. Serial televisi favoritnya sudah masuk intro pembuka. Sembari mie instan matang, Tiara menikmati tayangan televisi. Sisa waktu sebelum isya itu dia habiskan bersantai.Kembali azan isya berkumandang. Tiara segera menunaikan salat. Di kamarnya. Televisi ada di ruang tamu. Rakaat pertama dan kedua berjalan mulus. Tak ada hal ganjil yang terjadi. Rakaat keempat, Tiara merasa ada tiupan angin tipis yang menerbangkan mukenah bagian belakang. Kondisi jendela kamar tertutup. Semua pintu tertutup. Pun cuaca tak sedang berangin. Dan anehnya, angin itu hanya di rasakan punggungnya.&nbs

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status