Beranda / Romansa / Bayi Bos / 5 Tantangan Rin

Share

5 Tantangan Rin

Penulis: Ka Umay
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 21:06:40

Wajah Rin tampak lucu saat Roan mengatakan tinggal bersama, pipinya yang sedikit chubby itu memerah, matanya berkedip beberapa kali seolah tidak ingin memercayai ucapan Roan.

"Kenapa? Apa kau keberatan mematuhi peraturan kontrak?"

"Nggak gitu, Pak. Tapi tinggal bersama walaupun kita udah itu agak...."

Bicaranya yang berputar-putar terlihat lucu di mata Roan.

Dulu di mata Roan, Rin hanyalah sekretaris yang kompeten. Meskipun dia menerima Rin magang di perusahaannya karena teman Yua, tapi ia tidak menduga Rin mampu mengimbanginya, padahal saat itu usia Rin baru 20 tahun dan lulusan S1 termuda di angkatannya.

Rin adalah sosok yang pekerja keras, memiliki kebanggaan bergabung dengan Nathanael Grup, membuat Roan mengangkat Rin menjadi sekretaris tetap setelah selesai S2.

Hampir semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik, cara Rin mengimbanginya juga cerdas, walaupun masih ada kekurangan karena Rin bukan lulusan luar negeri.

"Kau, lanjutlah kuliah S2. Bahasa asingmu sangat buruk," komentar Roan suatu waktu.

Pertemuan dengan investor hampir berantakan karena Rin tidak menguasai bahasa Inggris.

"Tapi, Pak. Kalau saya kuliah S2, nanti posisi saya sebagai sekretaris gimana? Saya nggak bisa kehilangan pekerjaan ini."

"Kalau kualifikasimu masih seperti ini, cepat atau lambat kamu akan diganti dengan lulusan luar negeri yang lebih mahir."

"Jangan, Pak. Saya akan lanjut S2, tapi jangan pecat saya."

"Itu tergantung kamu bisa atau nggak bagi waktu antara kuliah dan kerja. Aku juga nggak mau gaji orang sia-sia."

Perkataan Roan memang tajam, tapi itu untuk kebaikan Rin sendiri. Di dunia kerja seperti ini, kalau tidak mahir dan berpendidikan tinggi akan sulit bertahan.

Beberapa waktu kemudian Rin mengatakan dia lolos beasiswa S2 di UI. Rin berjanji bisa membagi waktu.

Terkadang Roan melihat betapa Rin bekerja keras, lembur sekaligus mengerjakan tugas kampus. Beberapa kali dia melihat Rin sampai mimisan dan mengotori berkas.

Belum pernah dia melihat gadis yang sangat bekerja keras seperti itu. Perlahan dia penasaran untuk apa Rin sampai segitunya bekerja, padahal gadis itu bisa memilih pekerjaan lain setelah lulus S2.

Rin juga tidak pernah mengambil cuti tahunan dan membawa bekal dari rumah. Gadis itu begitu hemat.

"Aku akan jadi orang kaya yang nggak perlu liat harga waktu beli sesuatu, Pak."

"Apa itu cita-citamu?"

"Iya, aku suka uang."

"Kalau gitu kenapa nggak buka usaha dan malah jadi sekretaris?"

"Aku nggak ada keahlian, Pak. Lebih enak kerja dapat gaji bulanan, dapat tunjangan dan yang paling aku sukai tanda pengenal ini."

Rin menunjukkan tanpa pengenal pegawai yang menggantung di lehernya. Memang sulit masuk perusahaan teknologi dengan gaji tinggi seperti di sini.

Kalau saja Rin bukan teman Yua, mantan tunangannya, mungkin Roan tidak akan menerima anak magang yang baru lulus S1 dan bukan lulusan luar negeri.

Rin pandai melakukan apapun dan terus berkembang pesat, mampu mengimbanginya yang gila kerja. Bahkan ketika dia menawari pekerjaan di luar kantor seperti menjadi istri kontraknya. Rin bersedia.

Gadis itu mampu berakting dengan baik di hadapan semua orang. Membuatnya puas dengan cara kerjanya sebagai calon istri.

Tapi, ada hal yang baru dia ketahui setelah 4 tahun mengenal Rin, yakni wanita itu tidak tahan alkohol.

Saat mabuk pun tingkahnya mengerikan, memakinya dengan bahasa kasar dan umpatan. Rin juga melakukan pelecehan seksual terhadapnya.

"Rin, sadarlah! Kamu harus tidur di kamar, jangan di sini." Roan membopong Rin ke kamar hotel.

Rin mabuk adalah ulang teman-temannya, dia meninggalkan Rin sebentar dan kembali lagi dengan keadaan Rin sudah seperti ini.

"Hahaha si bos gila?"

"Apa? Gila?"

"Iya, si bos gila kerja. Ngasih tugas nggak kira-kira, seenaknya sendiri, kalau ngomong tajem, pedes kayak bon cabe level 10."

Rin mengoceh sembari jalan sempoyongan, Roan berusaha memapah Rin yang terus meronta.

"Hey! Dengar Bos gila! Aku tuh capek kerja terus, aku butuh istirahat tapi kamu nggak pernah ngasih aku istirahat bentar aja. Aku pingin ngambil libur, tapi liburan juga butuh duit. Sebagai bos harusnya kamu ngertiin karyawan, nggak manggil tengah malem cuma buat jadi supirmu. Kamu bos gila yang sangat jahat."

"Jadi itu isi kepalamu selama ini?"

"Iya, dasar Bos Gila! Kamu tuh orang yang paling nyebelin sejagat raya."

Bruk!

Rin menambrakkan dirinya ke pintu kamar orang lain. Mulutnya masih mengoceh tidak jelas.

"Rin, awas! kamu bisa membuat pintunya lecet." Roan mengelap pintu yang ditabrak Rin dengan khawatir.

Sementara Rin memegang keningnya, menggelengkan kepala yang pening. Tubuhnya sempoyongan.

Roan kembali menggandeng tangan Rin, tapi wanita itu memukul Roan menggunakan sepatu hak tinggi yang baru diambil sebelah.

"Aww sakit!" Pekik Roan

"Nakal ya kamu nakal! Pegang-pegang seenaknya."

Tatapan mata Rin di antara rambutnya yang acak-acakan membuat Roan frustasi, dia tidak pernah melihat Rin menjadi gila seperti ini.

Lorong kamar hotel ramai, masih banyak petugas dan tamu berlalu lalang melihat mereka dengan tatapan aneh.

Roan tidak ada pilihan lain, dia mengangkat tubuh Rin seperti karung beras. Punggungnya dipukul dengan sepatu. Rin terus meronta.

"Aww sakit, berhenti pukul pake hak tinggi!" Roan sudah menemukan kamar mereka, ia kesulitan menempelkan kartu kunci karena Rin terus memukulnya.

"Biar tahu rasa kamu ya, berani macem-macem sama aku. Rasain! Rasain! Rasain!" Rin terus memukul.

Roan menahan sakit di punggungnya dan buru-buru masuk kamar, kakinya menutup pintu itu kembali sebelum melempar Rin ke ranjang.

"Aaaa sakit, dasar Bos anj*ng!" Umpat Rin.

Roan yang sedang meluruskan pinggangnya membuka mulutnya lebar, ia baru saja dikatai anj*ng oleh karyawannya sendiri.

"Kamu ini benar-benar sudah gila!" kata Roan, dia mendekat, mengambil sepatu Rin yang tadi dipakai untuk memukul. Dia harus mengamankannya sebelum melukai orang lain.

Tapi, tiba-tiba Rin berlutut dan menggigit kupingnya.

"Akkh! Lepaskan!" Roan mendorong Rin. Telinganya sangat sakit.

Rin malah tertawa dan senang, Roan bisa gila menghadapi tingkah gadis ini.

"Enak, 'kan? Sakit? Sini aku sembuhin." Rin menarik tangan Roan dan jatuh di sampingnya.

Segera Rin menahan Roan.

"Minggir!" Roan berusaha duduk.

"Diam!" Rin memukul Roan.

"Aww sakit!"

"Itu hukuman untuk bos yang nakal."

"Yang nakal itu kamu!"

"Apa? Nggak mungkin aku nakal. Kalau aku nakal pasti udah nilap duimu sejak dulu."

"Kamu benar-benar gila!"

Rin memukulinya.

"Hentikan, kalau kamu lebih dari ini, aku tidak bisa menahannya lagi."

"Kenapa harus ditahan?" tanya Rin.

"Apa?" tanya Roan tidak percaya Rin mengucapkan hal seperti itu.

"Kita kan udah nikah, Pak!"

"Kita cuma nikah kontrak, ingat itu!" Teriak Roan.

Tanpa rasa bersalah Rin malah tersenyum. Dia mengibaskan rambutnya yang sudah acak-acakan ke samping.

"Kenapa, bapak takut?" Rin menantang.

"Aku nggak pernah takut apapun," balas Roan.

Bab terkait

  • Bayi Bos   6. Canggung

    Roan hanya mengikuti naluri dan emosi. Jantungnya berdebar kencang ketika berhasil menembus dinding yang gadis itu jaga. Ada rasa bersalah, takut dan khawatir. Namun, Roan tidak bisa berhenti. Sudah terlanjur tidak bisa mundur.Setelah malam yang panjang, Roan baru sadar bahwa ini tindakan yang salah. Dia menjambak rambutnya sendiri, Rin memang mabuk tapi dia sadar sepenuhnya. Dia seperti Bos brengsek yang memanfaatkan karyawan yang mabuk untuk one night stand. Roan sering mendengar cerita seperti itu dari teman-temannya. Tidur dengan karyawan yang cantik dan seksi. "Apa yang udah aku lakuin ke Rin?" Roan menutup wajahnya dengan punggung tangan. Menghalangi cahaya lampu gantung yang berada di atasnya. Sementara Rin sudah tertidur pulas di sampingnya. "Akh! Aku benar-benar sudah gila!" Roan menyesal. Hubungannya dan Rin pasti akan canggung setelah ini, bisa jadi mempengaruhi pekerjaan.Lalu, bagaimana jika Rin membencinya? Dia sudah merenggut kesucian Rin. Ia malu untuk bertatapan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Bayi Bos   7. Pindah

    Selama ini Roan diberikan yang terbaik, dari mulai makanan hingga pendidikan. Sebagai anak konglomerat, Roan tidak pernah merasakan yang namanya tidak punya uang. Ia tinggal tunjuk dan keinginannya akan terpenuhi. Dia dibesarkan dengan segala kemewahan. "Apa ini yang kau sebut tampat tinggal?" tanya Roan ketika sampai di apartemen Rin. Roan menendang dan terlihat jijik dengan perabotan yang masih berserakan. Baginya kandang sapi jauh lebih baik dari apartemen Rin yang akan ia tempati selama dua hari ini.Wanita itu berusaha bersabar melihat hinaan bos yang baru saja jadi suaminya. Menunduk menyingkirkan kardus yang ditendang Roan."Pak, ini karena aku baru pindahan. Belum selesai, aku kan sibuk." Roan menoleh, dia mengerutkan kening dengan ekspresi jijik. Tidak menerima kejorokan Rin."Kau hidup di tempat banyak kuman dan kotor." Rin terlihat menahan diri untuk tidak memaki, ia mengangguk. Berusaha tersenyum dengan elegan."Silakan istirahat, Pak." Rin mempersilakan Roan duduk di

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Bayi Bos   8. Kasurku

    Kalian tahu apa yang paling aku benci dari Pak Roan? Dia adalah orang narsis yang sok bersih. Padahal yang sering membereskan kamarnya adalah aku. Kadang sampai bingung apakah aku sekretaris atau babunya. Dan sekarang dia berkomentar tentang apartemenku yang dihasilkan dengan banting tulang? Sungguh, aku ingin mematahkan bibirnya yang limis itu. "Semalam kita... sibuk resepsi. Benar, kemarin dari pagi sampai malam kita sibuk acara, jadi hari ini kamu libur saja."Roan menghentikanku yang akan pergi ke Penthouse. Dia melepaskan tanganku. Terlihat gugup dan pandangannya mengarah ke tempat lain."Kenapa, Pak? Tumben, biasanya kalau kita dinas ke luar negeri juga nggak pernah dikasih libur.""Itu beda, pokoknya turuti saja. Kalau sampai kau sakit, aku yang repot."Tubuhku memang sakit, tapi kalau tidak dikerjakan sekarang maka dua hari tidak akan selesai. Belum lagi nanti sore perabotanku datang. Kalau cuma sakit seperti ini mah tidak apa-apa, aku pernah demam tinggi tapi tetap masuk k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Bayi Bos   9. Sudah Tidak Gadis

    "Aku mau lihat kamarmu," katanya langsung berdiri."Oh iya, Pak. Silakan." Aku segera mengikutinya masuk ke kamarku, dia melihat-lihat kamar yang tidak terlalu besar itu. Ada ranjang, lemari pakaian dan meja rias. Boneka Pikachu kesayangan ada di pojok ranjang. Roan duduk di ranjang, mencoba keempukan kasur apakah sudah sesuai standarnya. Mungkin, karena aku terlalu sering melihat standar Roan. Ketika memilih barang, aku jadi pemilih juga. "Ini kasur mahal, Pak. Garansinya 5 tahun." Aku ikut duduk di ranjang, bersebelahan dengannya. Mencoba ranjang yang baru aku tempati sekali. "Hmm... lumayan juga," jawabnya setuju. Dia menoleh, tak sengaja bertatapan denganku. Tiba-tiba ingatan semalam muncul kembali. Di ranjang kami.... melakukan itu. Jantungku mendadak berdebar kencang. Aku jadi ingat cerita teman sekantor, katanya saat dia menjadi pengantin baru, tidak peduli baru pecah perawan, pagi harinya sudah tancap gas lagi. Jujur aku akui rasanya memang enak, kalau kami tancap gas l

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Bayi Bos   10. Rumah Roan

    Kami saling diam sepanjang perjalanan ke rumah keluarga Nathanael, aku menguap beberapa kali. Tadi malam aku tidak ingat tidur jam berapa, terakhir kali mengobrol dengan teman-teman Roan jam 11 malam. Kemungkinan aku tidur jam satu atau jam dua. Aku lupa. Sekarang aku ingin sekali bisa tidur siang. Aku cukup bersyukur karena Pak Roan meminta istirahat, mungkin saja hari ini aku benar-benar bisa istirahat. Mobil memasuki halaman rumah, luas dengan taman yang terawat. Rumah orang kaya ini sering aku masuki sampai bosan. Hanya dua hari tinggal di sini, semoga saja aku bisa beradaptasi.Sepertinya pikiranku terlalu positif, di rumah keluarga Nathanael. Aku disambut Nyonya Rosa dan Angel. Gadis bermata biru itu blasteran Indonesia-Inggris. Suka dengan Roan sejak dulu, katanya mereka teman masa kecil. "Putraku sudah kembali," ucap Nyonya Rosa cipika-cipiki dengan Roan seolah putranya itu pulang dari luar negeri. "Sudah lama kita nggak ketemu," kata Angel. Memeluk Roan. Dia melirikku semb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Bayi Bos   11. Sekamar

    Aku menyipitkan mata dengan bibir yang otomatis naik satu, ekspresi nyinyir yang jarang ditunjukkan di depan orang lain apalagi Roan. Roan kembali menoleh, gugup melihatku yang seperti orang marah. "Kenapa? Benar 'kan dari pada bohong mending hamil beneran." "Nggak usah ngadi-ngadi deh, Pak." Aku sudah mulai mengikhlaskan perawanku untuknya, tidak mungkin mau menyerahkan rahimku juga. Apalagi hidupku. Iuhhh.Selama hidup aku belum pernah bahagia, sekarang usahaku tinggal dikit lagi. Sampai aku bisa lepas dari pernikahan palsu ini, punya apartemen dan tabungan. Aku bercita-cita liburan ke Bali dan makan banyak lobster di pinggir pantai.Aku tidak mau rencanaku kacau karena Pak Roan menitipkan embrio di dalam tubuhku, darahku akan ikut terseret juga dan pasti impianku hancur. Aku akan terjebak hubungan rumit dengan keluarga Nathanael selamanya. Oh no banget.Aku ingin menikah di usia 27 tahun, tapi sebelum itu aku ingin mencoba banyak hal menyenangkan seperti terjun payung, mendaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Bayi Bos   12. Mempersiapkan Malam Panas

    Langit dipenuhi taburan bintang dengan bulan bersinar terang, angin berembus menerpa wajah Roan. Dia ada di balkon kamar. Melihat sekitar yang hanya diterangi lampu. Di bawahnya ada kolam renang. Cahayanya memantul menyilaukan. Sekarang sudah pukul sembilan malam, biasanya dia akan membaca buku sebelum tidur. Hangat di ranjang dengan selimut dan AC yang menyala. Sekarang di dalam kamarnya ada Rin. Melihatnya memakai baju tidur akan membuat mereka canggung. Padahal sebelumnya mereka sering dinas keluar negeri bersama. Tapi hubungan profesional tidak ada kecanggungan sama sekali, mereka bekerja seperti atasan dan karyawan seperti biasa. Tidak ada romansa kantor sedikitpun."Pak," panggil Rin. Pada akhirnya Roan menguatkan jantungnya untuk masuk ke dalam. Mereka harus melupakan kecanggungan supaya bisa kembali normal. "Iya," jawabnya sembari membuka pintu kaca. Rin sudah memakai baju tidur, di tangannya ada jas dan perlengkapan kantor."Pak, besok ke kantor mau pakai jas ini atau i

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Bayi Bos   13. Drama

    Bola mata Rin begitu bening sampai bisa membuat Roan tenggelam di dalamnya, wajahnya yang polos itu memerah. Dia mengedipkan mata beberapa kali lalu berdehem. Kakinya mundur. "Kamar orang kaya pasti kedap suara," sangkal Rin. "Kamarku emang kedap suara, tapi karena pipa bocor dan kamar mandi sering bermasalah jadi pindah ke sini." Rin pasti ingat bahwa setahun lalu Roan mengeluh karena kamarnya tidak nyaman. Rin sendiri yang menyarankan memakai kamar lain. Rin terlihat salah tingkah, mungkin dia sadar bahwa sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Sekarang mau tidak mau mereka harus menjalankan malam panas untuk menutupi kebodohannya."Tinggal buat suara ah ih uh ih 'kan, Pak?" tanya Rin sok santai. Dia berhedem.Roan kembali berdiri dengan benar, kepalanya mengangguk. Matanya melirik ke bawah. Melihat ekspresi Rin. Wanita itu jauh lebih pendek darinya."Tunggu bentar," kata Rin. Dia melesat pergi. Roan menunggu di kamar, menguap memeriksa ponselnya yang diletakkan di atas nak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10

Bab terbaru

  • Bayi Bos   63. TAMAT

    Katanya anak kedua sering terabaikan, aku pikir itu mitos tik tok. Rupanya benar. Aku dan Roan sampai shock seperti tidak percaya perkataan dokter yang mengatakan bahwa aku sudah hamil lima bulan. Tiba-tiba ada bayi yang bergerak di perutku!Sampai kandungan hampir memasuki usia ke enam bulan tidak terasa sama sekali. Padahal aku pernah hamil tapi tidak tahu. "Kok kamu bisa nggak sadar sih?" Protes Roan. Kami saling berpandangan. Masih di depan dokter kandungan. "Aku beneran nggak sadar, soalnya bulan kemarin aku datang bulan walaupun cuma flek." Dokter menyela, "memang hal seperti ini bisa terjadi, tidak masalah. Sekarang Bu Rina harus menjaga kesehatan lebih ekstra." "Bayinya normal 'kan Dok? Soalnya aku nggak jaga kandungan dan serabutan." Aku bertanya karena khawatir. "Alhamdulillah bayinya sehat."Roan tiba-tiba memelukku. "Selamat, akhirnya kita dianugerahi anak lagi." Aku membalasnya. "Selamat juga, akhirnya kita bisa menjadi orang tua." Rasanya terbaru, setelah penantia

  • Bayi Bos   62. Perutku Aneh

    Selesai acara itu, sikap orang-orang padaku berubah. Di kantor, mereka selalu menawariku makan, bersikap sok akrab dan membuatku tidak nyaman. Mereka penjilat.Aku memutuskan keluar dari sana lebih awal, sikap mereka kadang kurang ajar cari perhatian pada suamiku yang datang menjemput. Aku risih dan tidak suka. "Kalau ada yang natap tuh kamu harus nunduk," kataku pada Roan setelah melihat Roan bertatapan dengan gadis-gadis di kantor tadi."Nggak bisa lah, nanti aku dikira salting.""Kalau gitu abaikan mereka, aku nggak mau ke kantor itu lagi. Mereka semua genit sama kamu!" "Kamu cemburu?" Aku diam, malu mengakui dan malah memalingkan wajah. Rasa mual tiba-tiba menyerang. Aku menutup mulutku sendiri dan keluar dari mobil. Kembali ke gedung kantor dan mencari toilet. Roan mengejarku sampai di depan pintu toilet, aku tidak mempedulikannya dan muntah. Orang-orang melihatku dengan heran. "Apa aku hamil ya?" tanyaku setelah membersihkan mulut di wastafel. Menatap wajah di cermin. Sete

  • Bayi Bos   61. Celin

    Ternyata, tidak ditantang Andy membawa suami ke anniversary perusahaan pun aku tetap harus mendampingi Roan. Cepat atau lambat memang harus bersiap membongkar identitas. Aku mengembuskan napas berat. Sekarang kami dalam perjalanan, jauh-jauh hari Mama menyiapkan gaun yang serasi dengan Roan. Ayah dan bundaku juga diundang. Aku sudah bisa marah pada ayah, tanpa disangka itu membuatnya senang sekaligus sedih. Aku mengungkapkan perasaanku selama ini. Rasa sakit yang aku derita selama puluhan tahun. Rasa iri pada orang lain yang dijaga ayahnya dan perasaan rindu.Semua itu berawal dari tali sepatuku yang lepas. Ayah memasangkannya sambil jongkok, membuatku merasa seperti seorang putri yang dicintai. "Kenapa baru sekarang?" tanyaku.Ayah mendongak, melihatku yang menunduk. "Ayah baru lihat tali sepatumu lepas." Selesai memasangkan ayah berdiri. "Kenapa Ayah nggak peka dari awal?" Mendengar pertanyaanku membuat ayah bingung. "Maaf Ayah nggak tahu." "Andai Ayah lebih peka, aku nggak a

  • Bayi Bos   60. Rin Dikejar-kejar

    Dokter hanya menanyai beberapa hal di pertemuan pertama kami. Dia mengajakku mengobrol santai dan dalam waktu singkat menjadi akrab. Dokter wanita yang cerdas dan ramah, auranya dewasa nan elegan. Ia mendengar ceritaku tentang kehidupan sehari-hari.Ia menanggapi sebagai pendengar yang baik, membuatku sangat nyaman karena tidak ada yang menghakimi. Hal yang aku takutkan selama ini adalah dipandang rendah. Tapi Dokter Valerie antusias mendengar dan menanggapi secara rasional, menunjukkan profesionalitas kerja. Ia mencatat percakapan kami sesekali. Wajah cantiknya selalu tersenyum hangat. "Pertemuan selanjutnya tiga hari lagi, saya akan membuatkan resep." Dokter Valerie menulis di kertas resep. Membuatku memiringkan kepala karena heran. "Obat untuk apa? Kita kan cuma ngobrol, Dok?"Dokter Valerie tersenyum. "Supaya saya dapat bayaran, saya kan jual obat." Aku mengerutkan kening, candaannya garing. "Aku serius, Dok." Dokter Valerie membenarkan kacamatanya, ia menutup buku catatan p

  • Bayi Bos   59. Dia Ahli

    Dari mana dia tahu bahwa aku memiliki hotel, aku menelan ludah. Tekanan dari orang ini berbeda. Dia terlihat santai tapi berbahaya. "Aku akan menghadiahkan sprei, cangkir Papa Mama dan baju tidur. Itu kan kado pernikahan yang umum." Benar, umum di kalangan rakyat biasa tapi tidak untuk kalangan atas. Malah kado seperti itu seperti penghinaan. Aku mencoba memancing Lazio, melihat seberapa batasannya. Lazio menelengkan kepalanya, menatapku dengan tekanan mencekam. Aku meletakkan sendok. Berusaha tidak terlihat takut. Hanya saja diamnya Lazio terlihat mengerikan apalagi senyum simpul di sudut bibirnya. Dia seperti psikopat."Kami akan menghadiahkan mobil," ucap Roan. Mencairkan suasana. "Hahahahaha," tawa Lazio pecah hingga semua orang melihat ke arah kami. Ia kembali mengambil buah stroberi. "Sprei dan cangkir couple juga bagus." Aku bernapas lega, ikut tersenyum dengan canggung. Wanita yang bisa menikah Lazio tentulah orang yang kuat. Aku yang baru dua kali bertemu saja merasakan

  • Bayi Bos   58. Menantu Presdir

    Kata Roan statusku sebagai istrinya di Rose Green grup tidak diketahui oleh siapapun. Tapi sepertinya Roan lupa bahwa dulu Pak Salam datang ke pernikahan kami. Dia mengenaliku dan terkejut. "Anda adalah menantu Presdir?" tanyanya saat aku mengharap pagi ini. "Benar, Pak. Saya mohon bantuan untuk kedepannya." Aku menunduk hormat. Pak Salam langsung berdiri, ia gugup dan bingung memperlakukanku yang merupakan menantu atasannya. "Pak Rasyid nggak bilang kalau sekretaris baru saya itu menantunya sendiri." "Papa ingin saya bekerja normal tanpa ada yang memandang status. Mohon perlakukan saya seperti yang lain." "Mana bisa seperti itu, anda adalah nyonya muda. Kalau saya salah sedikit, saya yang akan dipecat. Silakan duduk dulu." Setelah aku duduk, Pak Salam keluar dan berteriak menyuruh mengambilkan air serta cemilan, ia panik seperti kedatangan tamu penting.Ini sulit, kurasa pekerjaanku tidak akan berjalan baik. Hari pertama, aku hanya diajak berkeliling kantor oleh direktur, memb

  • Bayi Bos   57. Pengalaman Lain

    Roan tahu Rin wanita yang tidak kenal takut, melihat ayahnya hidup kembali dan menjelaskan panjang lebar tidak membuatnya bergetar. Padahal orang-orang berlari ketakutan termasuk papa dan mama.Mereka sampai tabrakan dan jatuh, berlomba-lomba keluar rumah duluan dan lari terbirit-birit. Namun Rin begitu santai mengobrol dengan pocong ayahnya. "Aku nggak suka hal yang berlebihan, kayak orang asing lebih nyaman." Rin menjelaskan tidak suka sikap ayah dan bunda sekalipun demi kebaikan, Rin bukan anak kecil lagi. Dia bisa menjaga diri dan memutuskan untuk hidupnya. "Ayah tahu kamu sudah besar, maaf karena memperlakukanmu seperti anak kecil." "Kasih waktu buat kenal kalian. Tiba-tiba punya orang tua membuatku shock." "Ayah terlalu buru-buru, sekarang ayah akan mencoba lebih memahami kamu." Ayah mencondongkan tubuhnya, minta dipeluk Rin. Istri Roan itu mengembuskan napas berat lalu tersenyum, ia memeluk Ayah yang masih berbalut kain kafan. Pemandangan ini sangat aneh bagi Roan yang ha

  • Bayi Bos   56. Rin Simpati

    Tuhan memiliki takdirnya sendiri. Mendatangkan cinta tanpa ada yang menduga. Ia jatuh cinta untuk kedua kalinya dalam hidup. Hatinya kembali hangat dan memiliki mimpi-mimpi masa depan bersama. Ia bahagia bersama Rin.Setelah mengenal Rin lebih jauh, Roan baru sadar satu hal. Hati wanita itu beku. Mungkin karena keadaan. Rin tidak mudah tersentuh dan selalu berpikir rasional. Hatinya sangat dingin hingga terkadang Roan merasa hanya memiliki raganya saja. Tantangan besar bagi Roan mengubah hati Rin, memberikan kehangatan dan kenyamanan supaya dinding yang wanita bangun runtuh. Supaya Rin tidak merasa hidup sendirian dan memiliki tempat bersandar. "Aku beneran nggak papa," kata Rin ketika Roan memeluknya. Pagi ini mereka mendapat kabar ayah kandung Rin meninggal, Roan tahu Rin sedih, hanya saja tertutup dengan dinding yang sejak dulu Rin bangun supaya tidak mudah menangis. Kalau saja Rin tidak menangis saat anak mereka meninggal, Roan pasti mengira Rin gila. Tangisan Rin membuat Roan

  • Bayi Bos   55. Meninggal

    Aku senang bertemu Roan setelah sekian lama, tapi kalau untuk terharu sepertinya sulit. Aku terbiasa tanpa ekspresi dan hidup dengan no drama drama. Roan melepaskan pelukannya, memandangku yang hanya tersenyum bingung harus bereaksi seperti apa. "Apa ada yang luka?" tanya Roan. Memeriksa wajah hingga badan. Aku menggeleng dengan cepat, tidak ada luka sedikitpun. Malah bisa dibilang Rendy yang terluka akibat gigitan ku. Sebagai penculik dia cukup menderita. "Aku nggak papa." "Kamu habis kecelakaan, kita harus periksa siapa tahu ada luka dalam." "Beneran aku nggak papa." Roan memandangku, berusaha mencari keseriusan di sana. Kami berbucin ria tanpa memedulikan Rendy yang dibawa pergi polisi sambil teriak. Sekali lagi aku memeluk Roan, rindu kehangatan dada bidangnya. Detak jantungnya terpacu cepat. Dia membalas pelukanku erat. Kami saling melampiaskan rindu. Sampai suasana sepi, Roan melepaskan pelukan. Ia mengambil daguku. Mencium bibirku lembut. Aku melingkarkan tangan ke le

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status