Share

Bab 101

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-01-29 15:17:28

Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.

Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.

Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut.

"Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.

Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."

Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

    Last Updated : 2025-01-29
  • Bayangan Kelam   Bab 103

    Hari-hari Anisa mulai berjalan lebih tenang setelah semua badai yang ia alami. Sejak putus dari Roy, ia merasa perlu waktu untuk menyembuhkan diri. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa ia telah kembali dikhianati, tapi setidaknya kali ini ia lebih kuat. Ia tidak ingin tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan seperti sebelumnya.Melukis menjadi pelariannya. Setiap coretan kuas di atas kanvas membantunya melupakan luka yang masih menganga. Ia mulai mengikuti kelas melukis di galeri seni dekat rumahnya, dan itu memberinya sedikit ketenangan.“Anisa, lukisanmu semakin berkembang,” puji salah satu instruktur di kelasnya. “Kamu punya bakat alami.”Anisa hanya tersenyum. Ia tak pernah berpikir bahwa ia punya bakat di bidang ini. Yang ia tahu, melukis membuatnya merasa hidup kembali.Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji seseorang.Suatu pagi, ketika Anisa sedang bersiap pergi ke galeri, ia mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengabaikannya pada awalnya, tapi ketika telepon i

    Last Updated : 2025-01-30
  • Bayangan Kelam   Bab 104

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan setelah pertemuan terakhirnya dengan Roy. Tidak ada lagi bayang-bayang pria itu dalam pikirannya. Ia merasa seakan sudah melewati fase terburuk dalam hidupnya, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan.Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan.Malam itu, setelah pulang kerja, Anisa duduk di balkon apartemennya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia menghela napas panjang. Sepi. Itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.Sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran beberapa tahun lalu, Anisa sudah terbiasa hidup sendiri. Namun, entah mengapa malam ini kesepian itu terasa lebih menyakitkan.Ia mengambil ponselnya, membuka kontak, lalu menatap nama Roy yang tersimpan di sana.Ia ragu-ragu. Haruskah ia menghubunginya? Sejak mereka resmi berpacaran, Roy memang selalu ada untuknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Anisa—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.Sebelum sempat berp

    Last Updated : 2025-01-30
  • Bayangan Kelam   Bab 105

    Hujan turun rintik-rintik malam itu. Anisa duduk di dalam mobil Roy, menatap butiran air yang menempel di jendela. Udara dingin merayap ke dalam, tetapi ia merasa hangat dengan kehadiran Roy di sebelahnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Roy sambil menyodorkan jaketnya.Anisa menggeleng. “Nggak, aku suka hujan.”Roy tersenyum. “Aku juga.”Obrolan mereka mengalir begitu saja, tanpa beban. Anisa merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang sulit ia jelaskan.Sejak menjalin hubungan dengan Roy, hidupnya terasa lebih ringan. Roy selalu ada untuknya, memberikan perhatian yang ia butuhkan. Tetapi, semakin lama mereka bersama, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan Roy di luar pertemuan mereka. Roy tidak pernah mengajaknya ke rumah, tidak pernah bercerita banyak tentang masa lalunya.Tapi Anisa menepis pikirannya. Mungkin, Roy hanya butuh waktu. Lagipula, ia sendiri juga tidak i

    Last Updated : 2025-01-30
  • Bayangan Kelam   Karir Hancur, Kekasih pun Pergi

    Anisa memandangi cermin di depannya. Wajah yang dulu ia kenali kini tampak seperti milik orang asing. Mata yang dulunya bersinar penuh harapan, pun kini kehilangan kilauan, hanya menyisakan kekosongan dan kelelahan yang begitu dalam. Di bawah matanya, lingkaran hitam terlihat menebal, mengisyaratkan malam-malam tanpa tidur yang telah menjadi rutinitas. “Kenapa semua ini terjadi padaku? Apa salahku?” Anisa berbisik pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan kamar kecilnya. Tak ada yang menjawab, hanya bayangannya di cermin yang kembali menatap, seolah mengejek kelemahannya. Tiga bulan yang lalu, hidup Anisa berada di puncak. Karirnya sebagai desainer grafis sedang menanjak, dan ia baru saja mendapatkan kontrak besar dengan perusahaan ternama. Kekasihnya, Reza, juga tampak sebagai pasangan yang sempurna, penyayang, perhatian, dan selalu ada di sampingnya. Tapi semua itu harus berakhir dalam sekejap. Reza, yang selama ini menjadi tumpuan harapannya, tiba-tiba memutuskan hubunga

    Last Updated : 2024-08-23
  • Bayangan Kelam   Keputusan yang Salah

    Keesokan hari, Anisa terbangun dengan kepala yang berdenyut, tanda bahwa tidur semalam tak memberikan kedamaian yang ia harapkan. Saat ia mencoba duduk, ponselnya yang tergeletak di samping tempat tidur berdering. Nama yang tertera di layar membuat jantungnya berdebar, Reza. Dengan tangan yang gemetar, Anisa menekan tombol jawab. "Halo?" “Halo, Nis,” suara Reza terdengar di seberang, penuh dengan kehangatan yang dulu selalu menenangkan hatinya. Namun kini, suaranya justru mengingatkan Anisa pada rasa sakit yang ia rasakan sejak kepergian pria itu. “Bagaimana kabarmu?” Anisa terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, namun tak satu pun yang mampu keluar dari mulutnya. Mengapa Reza menelepon sekarang? Setelah semua yang terjadi, kenapa ia harus mendengar suaranya lagi? “Aku... baik-baik saja,” akhirnya Anisa berbohong. Suaranya terdengar datar, tanpa emosi. Dalam hatinya, ia merasa muak pada dirinya sendiri karena kebohongan itu. Ia j

    Last Updated : 2024-08-23
  • Bayangan Kelam   Bayang-Bayang Masa Lalu

    Langit malam sudah gelap ketika Anisa kembali ke apartemennya. Namun, hati dan pikirannya masih penuh dengan keraguan dan ketidakpastian. Pertemuan dengan Reza hanya menambah berat beban di dadanya, seolah-olah ada sesuatu yang menggerogoti perasaannya, membuatnya semakin terpuruk dalam kegelapan. Ketika membuka pintu apartemen, ia mendapati ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya. Anisa menghela napas panjang, mengaktifkan lampu-lampu di sekitarnya dengan tangan gemetar. Ia berjalan menuju dapur, berharap secangkir teh hangat bisa sedikit meredakan ketegangan yang menyelimuti dirinya. Namun, sebelum sempat ia mencapai dapur, sebuah ketukan keras terdengar dari pintu. Anisa terkejut, tubuhnya menegang. Siapa yang datang malam-malam begini? Pikirnya, cemas. Dengan langkah hati-hati, ia menuju pintu, mengintip dari lubang kecil yang terpasang di sana. Di luar, berdiri seorang pria yang tak ia kenali. Wajahnya tirus, dengan tatapan mata tajam yang membuat Anisa merasa tidak nyam

    Last Updated : 2024-08-23
  • Bayangan Kelam   Jejak Kegelapan

    Anisa terbangun dengan rasa cemas yang menggantung di benaknya. Malam tadi, mimpi-mimpi buruk terus mengganggu tidurnya, bayangan Adrian, Arya, dan kegelapan yang mengepungnya seakan menjadi satu dengan kehidupannya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, sesuatu yang bisa mengubah hidupnya selamanya. Saat menyiapkan sarapan, Anisa tidak bisa menyingkirkan pikiran tentang Arya dan peringatan Adrian. Siapa sebenarnya Arya? Apa yang ia sembunyikan di balik sikapnya yang menawan dan tenang? Dan mengapa Adrian begitu ingin memperingatkan dirinya? Semua pertanyaan ini terus-menerus berputar di kepalanya, menciptakan perasaan cemas yang tak berkesudahan. Selesai sarapan, Anisa memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan kota. Ia berharap bisa menemukan sesuatu yang mungkin bisa menjelaskan siapa Arya sebenarnya. Perpustakaan itu adalah tempat yang tenang dan sepi, tetapi hari ini, bahkan suasana yang biasanya menenangkan itu tidak bisa meredakan ketegangannya. Anisa mulai mencari

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • Bayangan Kelam   Bab 105

    Hujan turun rintik-rintik malam itu. Anisa duduk di dalam mobil Roy, menatap butiran air yang menempel di jendela. Udara dingin merayap ke dalam, tetapi ia merasa hangat dengan kehadiran Roy di sebelahnya.“Kamu nggak kedinginan?” tanya Roy sambil menyodorkan jaketnya.Anisa menggeleng. “Nggak, aku suka hujan.”Roy tersenyum. “Aku juga.”Obrolan mereka mengalir begitu saja, tanpa beban. Anisa merasa nyaman, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Namun, jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang sulit ia jelaskan.Sejak menjalin hubungan dengan Roy, hidupnya terasa lebih ringan. Roy selalu ada untuknya, memberikan perhatian yang ia butuhkan. Tetapi, semakin lama mereka bersama, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan Roy di luar pertemuan mereka. Roy tidak pernah mengajaknya ke rumah, tidak pernah bercerita banyak tentang masa lalunya.Tapi Anisa menepis pikirannya. Mungkin, Roy hanya butuh waktu. Lagipula, ia sendiri juga tidak i

  • Bayangan Kelam   Bab 104

    Hari-hari Anisa mulai terasa lebih ringan setelah pertemuan terakhirnya dengan Roy. Tidak ada lagi bayang-bayang pria itu dalam pikirannya. Ia merasa seakan sudah melewati fase terburuk dalam hidupnya, dan kini saatnya untuk melangkah ke depan.Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan.Malam itu, setelah pulang kerja, Anisa duduk di balkon apartemennya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang. Ia menghela napas panjang. Sepi. Itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya saat ini.Sejak kehilangan orang tuanya dalam insiden kebakaran beberapa tahun lalu, Anisa sudah terbiasa hidup sendiri. Namun, entah mengapa malam ini kesepian itu terasa lebih menyakitkan.Ia mengambil ponselnya, membuka kontak, lalu menatap nama Roy yang tersimpan di sana.Ia ragu-ragu. Haruskah ia menghubunginya? Sejak mereka resmi berpacaran, Roy memang selalu ada untuknya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Anisa—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya.Sebelum sempat berp

  • Bayangan Kelam   Bab 103

    Hari-hari Anisa mulai berjalan lebih tenang setelah semua badai yang ia alami. Sejak putus dari Roy, ia merasa perlu waktu untuk menyembuhkan diri. Tidak mudah menerima kenyataan bahwa ia telah kembali dikhianati, tapi setidaknya kali ini ia lebih kuat. Ia tidak ingin tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan seperti sebelumnya.Melukis menjadi pelariannya. Setiap coretan kuas di atas kanvas membantunya melupakan luka yang masih menganga. Ia mulai mengikuti kelas melukis di galeri seni dekat rumahnya, dan itu memberinya sedikit ketenangan.“Anisa, lukisanmu semakin berkembang,” puji salah satu instruktur di kelasnya. “Kamu punya bakat alami.”Anisa hanya tersenyum. Ia tak pernah berpikir bahwa ia punya bakat di bidang ini. Yang ia tahu, melukis membuatnya merasa hidup kembali.Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji seseorang.Suatu pagi, ketika Anisa sedang bersiap pergi ke galeri, ia mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. Ia mengabaikannya pada awalnya, tapi ketika telepon i

  • Bayangan Kelam   Bab 102

    Anisa melangkah keluar dari apartemen Roy, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia merasa seperti beban berat telah terangkat dari bahunya. Rasa sakit yang ia rasakan saat ini lebih tajam dari sebelumnya, namun ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang memberinya kekuatan untuk melangkah maju meskipun hatinya hancur.Ia tahu bahwa meninggalkan Roy adalah keputusan yang sulit, tapi itu adalah keputusan yang tepat. Dia tidak bisa terus terjebak dalam kebohongan dan ketidakpastian. Roy, dengan segala pesonanya, ternyata hanya seorang pria yang pandai bersembunyi di balik topeng.Sore itu, Anisa duduk di taman dekat rumahnya, memandang anak-anak yang bermain riang di sekitar. Suasana yang dulu selalu mengingatkannya pada masa-masa indah bersama Malik, kini terasa asing. Tidak ada lagi senyum bahagia di sana. Hanya kesedihan yang menyelimutinya."Aku tidak bisa terus hidup seperti ini," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia merasa seolah-olah semua pintu yang pernah terbuka untuknya ki

  • Bayangan Kelam   Bab 101

    Hari itu, Anisa dan Roy memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Roy tampak lebih ceria dari biasanya, sementara Anisa masih mencoba menepis perasaan aneh yang muncul setelah pertemuannya dengan Rina.Saat mereka tengah menikmati makanan, perhatian Anisa tiba-tiba teralihkan oleh seorang wanita yang masuk ke dalam restoran bersama seorang anak kecil. Wanita itu tampak anggun, mengenakan pakaian sederhana namun elegan. Anak kecil di sampingnya tampak berusia sekitar lima tahun, dengan wajah yang sedikit familiar bagi Anisa.Namun, yang lebih mengejutkan adalah bagaimana ekspresi Roy berubah saat melihat wanita itu. Seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.Anisa memperhatikan bagaimana Roy berusaha tetap tenang, tetapi matanya tak bisa lepas dari wanita tersebut."Kamu kenal dia?" tanya Anisa pelan.Roy tersentak. "Hah? Enggak, aku cuma... kayaknya pernah lihat wajahnya di suatu tempat."Namun, Anisa tidak bisa mengabaikan cara Roy be

  • Bayangan Kelam   Bab 100

    Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-

  • Bayangan Kelam   Bab 99

    Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An

  • Bayangan Kelam   Bab 98

    Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y

  • Bayangan Kelam   Bab 97

    Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status