Beranda / Horor / Bayangan Dibalik Cermin / Bayangan yang Mengintai

Share

Bayangan yang Mengintai

Penulis: Maybe Not
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 10:37:49

Malam mulai merambat sunyi ketika Rani, Andi, dan Mira berjalan tertatih di jalan setapak yang gelap, tubuh mereka masih terasa gemetar setelah berhasil melarikan diri dari bangunan angker itu. Udara malam dingin mengiris kulit mereka, tapi ketiganya sama sekali tak merasakan kenyamanan atau ketenangan. Bayangan menakutkan dan ketegangan masih mengisi pikiran mereka, seolah sesuatu tak kasat mata terus mengintai dari balik kegelapan.

“Gila… kita bener-bener hampir mati di dalam sana,” bisik Mira, suaranya bergetar. “Aku nggak mau ke tempat itu lagi, Rani. Sama sekali nggak.”

Rani memandang Mira, menatap sahabatnya yang masih terisak ketakutan. Dia menggenggam tangan Mira, mencoba menenangkannya meski dalam dirinya sendiri masih diselimuti rasa takut.

“Aku juga nggak, Mir… Tapi kita harus tenang sekarang. Yang penting, kita berhasil keluar,” kata Rani dengan suara lirih.

Namun, Andi tampak cemas. “Kalian nggak ngerasa aneh, ya? Seolah-olah… kita masih diikuti.”

Keduanya terdiam me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bayangan Dibalik Cermin   Tanda-Tanda Kutukan

    Keesokan harinya, Rani, Mira, dan Andi kembali ke rumah masing-masing, tetapi rasa gelisah terus membayangi mereka. Seperti yang dijanjikan, Rani mulai mencari tahu tentang dukun atau orang pintar yang bisa membantu mereka. Namun, setiap malam sejak pertemuan terakhir dengan makhluk itu, mereka diganggu oleh mimpi buruk yang sama.Rani membuka mata dengan tubuh penuh keringat di malam hari, rasa sesak masih mencekam dadanya. "Ya Tuhan… kapan semua ini akan berakhir?" gumamnya sambil mengatur napas.Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di jendela kamarnya. Ketukan itu terdengar tidak biasa—lambat, namun penuh tekanan. Dengan perasaan ragu, Rani berjalan mendekati jendela, berharap itu hanya angin atau suara biasa.Namun, ketika dia mengintip melalui celah jendela, dia melihat wajah yang pucat dengan mata yang tampak seperti lubang kosong menatap langsung ke arahnya dari balik kaca. Wajah itu terlihat seperti wajah seseorang yang telah lama mati, kulitnya pucat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Bayangan Dibalik Cermin   Teror di Tengah Malam

    Setelah ritual di rumah Dukun Ratna, Rani, Andi, dan Mira merasa sedikit lega. Namun, rasa takut yang dalam tidak sepenuhnya hilang. Bayangan yang pernah mereka lihat, bisikan yang terdengar, dan tatapan tajam makhluk itu masih menghantui pikiran mereka. Mereka berharap mimpi buruk ini telah berakhir, namun ternyata mereka salah besar.Malam itu, Rani duduk di ruang tamunya, menatap jendela yang gelap. Angin bertiup kencang di luar, membawa suara-suara aneh dari pepohonan yang bergoyang. Waktu menunjukkan pukul dua pagi, tapi Rani tidak bisa tidur. Hatinya masih gelisah, dan matanya seolah tidak mau terpejam. Hawa dingin menyelimuti ruangan, membuatnya semakin tak nyaman.Sementara itu, di rumahnya, Andi merasakan hal yang sama. Suara-suara aneh mulai terdengar dari dinding kamar, seperti ketukan dan bisikan yang samar namun mengerikan. Andi menyalakan lampu kamar dan duduk di sudut ruangan, tubuhnya gemetar. Dia mulai merasa seolah-olah ada sesuatu yang menatapnya dari bayang-bayang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Bayangan Dibalik Cermin   Bayang-Bayang Teror

    Suara lonceng gereja di kejauhan membangunkan Andi. Tubuhnya berkeringat dingin, dan napasnya masih terengah-engah. Dia mencoba meredakan degup jantungnya sambil berusaha mengingat mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Namun, dia sadar bahwa itu bukan hanya mimpi; teror yang dialami semalam terasa sangat nyata. Bahkan ketika ia membuka mata, ruangan masih terasa dingin dan gelap.Di ujung kamar, bayangan hitam samar-samar terlihat bergerak, melintasi jendela. Andi mencoba mengabaikan dan merasionalisasi apa yang dilihatnya, tetapi kakinya bergetar, tubuhnya tak mampu berdiri.Ponselnya bergetar di atas meja samping, memancarkan sedikit cahaya yang menerangi ruangan. Itu pesan dari Mira."Mira? Jam segini?" Andi bergumam, membuka ponselnya dengan tangan yang gemetar.Mira: "Andi, kamu baik-baik saja? Aku nggak bisa tidur. Ada suara di luar rumahku."Andi membaca pesan itu dengan panik, merasa ada sesuatu yang tidak beres.Andi: "

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Bayangan Dibalik Cermin   Antara Hidup dan Mati

    Pagi yang seharusnya terang terasa kelam dan suram di sekitar rumah Dukun Ratna. Andi, Rani, dan Mira masih tergeletak di lantai ruang ritual, tubuh mereka menggigil setelah berhasil keluar dari kegelapan yang nyaris menelan mereka semalam. Matahari tampak samar tertutup kabut tebal, memberikan perasaan seolah hari itu pun enggan menyinari mereka. Andi merasakan berat di dadanya, seperti ada yang masih menghantui jiwanya. Ia mencoba mengingat detik-detik terakhir sebelum mereka pingsan, namun semuanya kabur. Hanya satu yang dia ingat: tawa sosok itu, menggema seakan tertanam di dalam pikirannya. Mira perlahan membuka matanya dan berusaha bangkit. "Apa yang barusan terjadi, Andi? Apa kita masih hidup?" Andi tidak langsung menjawab. Ia memegang pundak Mira, mencoba memberikan ketenangan meski dia sendiri pun ketakutan. "Aku... tidak tahu. Tapi yang pasti, kita harus keluar dari rumah ini." Rani, yang berdiri dengan wajah pucat, mengangguk setuju. "Benar. Rumah ini penuh dengan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Bayangan Dibalik Cermin   Dalam Jeratan Dunia Lain

    Lorong-lorong gelap di sekitar Andi, Rani, dan Mira tampak semakin menyempit, seolah-olah rumah tua itu berubah bentuk untuk menjebak mereka di dalamnya. Bayangan-bayangan samar terus bergerak di sisi-sisi dinding, menampilkan wajah-wajah pucat dengan mata kosong yang mengikuti setiap langkah mereka."Kita harus bergerak cepat," bisik Andi, meskipun suaranya sendiri bergetar ketakutan. "Jika kita berhenti, mereka akan semakin mendekat."Rani mengangguk lemah, sementara Mira, yang masih terhuyung-huyung, mencoba menguatkan diri. "Aku... aku tidak yakin bisa melangkah lebih jauh. Rasanya seperti ada yang menghisap energi kita di sini."Suara-suara bisikan terdengar lagi di telinga mereka, bisikan halus yang menyebut nama mereka dengan nada mengerikan. Andi berusaha menutup telinganya, namun bisikan itu semakin keras, semakin nyata."Apa kalian mendengar itu?" bisik Mira, matanya mulai berkaca-kaca."Ya... sepertinya mereka tahu nama kita," jawab Rani sambil menggigil. "Bagaimana mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Bayangan Dibalik Cermin   Teror di Tengah Kegelapan

    Ketika mereka terus berpegangan erat dalam lingkaran cahaya samar itu, napas Andi, Rani, dan Mira semakin berat. Aura dingin masih menyelimuti ruangan, namun cahaya yang muncul dari atas seolah memberikan sedikit kelegaan bagi mereka. Meski begitu, kegelapan di sekitar tetap terasa hidup, berdenyut, dan mengelilingi mereka seperti makhluk yang lapar.Andi meremas tangan Rani dan Mira dengan kuat. “Kita harus keluar dari sini. Aku… aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi.”Rani mengangguk dengan wajah pucat. “Tapi bagaimana, Andi? Setiap kali kita melangkah, sesuatu selalu menghalangi kita. Rumah ini seperti tidak mau kita pergi…”Suara berat tiba-tiba menggema di seluruh ruangan, membuat mereka bertiga terpaku. “Memang tidak ada jalan keluar bagi mereka yang telah memasuki wilayah ini…”Mira melangkah mundur dengan ngeri. “Siapa itu? Siapa yang berbicara?”Di tengah-tengah kegelapan, sosok tinggi dengan jubah hitam perlahan muncul. Wajahnya ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bayangan Dibalik Cermin   Balik Bayangan

    Andi, Rani, dan Mira berlari sekuat tenaga, menyusuri lorong panjang yang tak berujung. Suara tawa menyeramkan masih terdengar di kejauhan, seperti gema yang tak pernah berhenti mengejar mereka. Setiap langkah terasa seperti pertarungan melawan kegelapan yang hidup dan terus mencoba menjebak mereka di dalam bayangannya.“Andi, kita akan ke mana?” tanya Rani dengan napas tersengal-sengal. Dia memegang tangan Andi erat-erat, tak ingin berpisah walau hanya sejengkal.“Ke mana saja! Asal jauh dari sini!” jawab Andi panik sambil memandang ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar.Mira berusaha keras menahan tangisnya. “Tapi kenapa lorong ini tidak pernah berakhir? Kita terus lari, tapi masih saja di tempat yang sama!”Suara tawa itu semakin keras, seperti berada tepat di belakang mereka. Tiba-tiba, di ujung lorong, muncul sosok bayangan gelap yang berdiri mematung. Sosok itu perlahan mendekat, wajahnya diselimuti kegelapan yang membuatnya tampak semakin mengerikan.Mira memeluk Andi d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Bayangan Dibalik Cermin   Jalan Buntu

    Ketika bayangan besar di ujung tangga mulai turun, Andi, Rani, dan Mira merasakan ketakutan yang luar biasa. Ruangan bawah tanah yang gelap kini dipenuhi dengan aroma lembab yang semakin menusuk. Setiap napas terasa berat, seolah-olah udara dipenuhi dengan sesuatu yang tak terlihat namun sangat nyata. Andi menarik kedua temannya ke sudut gelap, berharap mereka tak terlihat dari sosok yang sedang menuruni tangga. Dia berbisik dengan suara serak, "Diam di sini... dan jangan buat suara apa pun." Rani menahan napas, tangannya gemetar saat dia berpegangan erat pada lengan Andi. "Apa itu, Andi? Apa yang turun dari tangga itu?" Andi menggeleng, terlalu takut untuk memberikan jawaban pasti. Mereka bertiga memperhatikan bayangan besar itu semakin jelas seiring langkah-langkah beratnya yang mendekat. Setiap langkah terdengar seperti bunyi besi yang menghantam lantai, disertai dengan suara napas dalam dan berat yang menggema di ruangan itu. Mira menutup mulutnya dengan tangan, mencoba men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Bayangan Dibalik Cermin   Terperangkap

    Malam itu, setelah peristiwa di perpustakaan, Andi dan Mira memutuskan untuk kembali ke apartemen Andi. Mereka merasa buku yang baru ditemukan itu mungkin adalah kunci untuk mengakhiri teror yang mereka alami. Namun, atmosfer di apartemen terasa semakin berat, seakan-akan mereka telah membawa sesuatu yang lebih gelap dari sebelumnya. “Andi, kita nggak bisa terus-terusan begini,” ujar Mira dengan suara serak. Ia duduk di sofa dengan tubuh gemetar, matanya terus mengawasi pintu depan. “Aku tahu, Mir. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita nggak mencari tahu lebih banyak, mereka nggak akan pernah berhenti.” Andi meletakkan buku tua itu di meja, membukanya perlahan-lahan. Buku itu dipenuhi simbol-simbol dan tulisan yang hampir tidak terbaca. Beberapa halaman bahkan terlihat seperti terbakar di tepinya. Mira menatap halaman itu dengan ngeri. “Kamu yakin ini bakal membantu kita? Gimana kalau malah memperburuk keadaan?” Andi menghela napas. “Aku nggak tahu. Tapi aku rasa, s

  • Bayangan Dibalik Cermin   Bayangan

    Setelah satu bulan berlalu sejak peristiwa menyeramkan yang menimpa mereka, Andi dan Mira akhirnya merasa lega. Kehidupan mereka perlahan kembali normal, meskipun bayangan malam itu masih sesekali menghantui pikiran mereka. Buku hitam yang menjadi pusat dari semua masalah itu telah mereka kubur di tempat yang jauh dari pemukiman. Namun, ada rasa khawatir yang tak pernah benar-benar hilang dari hati mereka.Hari ini, adalah hari pertama semester baru di universitas. Andi duduk di kursi kantin kampus, menyesap kopi sambil membaca catatan kuliahnya. Mira duduk di hadapannya, sibuk menulis sesuatu di buku jurnal kecilnya.“Kamu nggak merasa aneh?” tanya Mira tiba-tiba, memutus keheningan di antara mereka. “Aneh gimana?” balas Andi, tanpa mengalihkan pandangannya dari catatan. “Kayak... semuanya terlalu tenang. Setelah apa yang kita alami, aku merasa seharusnya hidup kita nggak akan pernah normal lagi.” Andi mendesah, meletakkan catatannya di meja. “Mungkin ini pertanda baik. Kita berha

  • Bayangan Dibalik Cermin   Akhir dari Kegelapan

    Suara tawa anak kecil yang menggema di sekitar rumah kayu tua itu membuat bulu kuduk Andi dan Mira berdiri. Udara di dalam ruangan tiba-tiba terasa lebih dingin, membuat napas mereka mengembun. Andi mencoba berpikir jernih, tetapi pikirannya terus-menerus terpecah oleh suara-suara aneh yang datang dari dinding dan lantai. “Dia masih di sini, Andi,” bisik Mira sambil bergetar, matanya terus memandang ke arah jendela. “Apa pun itu, dia nggak akan biarin kita pergi.”Andi menatap simbol-simbol bercahaya di dinding yang perlahan mulai redup. "Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan. Buku ini..." Ia membuka kembali buku hitam itu dan membalik halamannya dengan cepat, berharap menemukan jawaban.Mira menggenggam lengan Andi, suaranya penuh kepanikan. “Andi, kita nggak punya waktu! Lihat itu!” Dari luar jendela, sosok anak kecil itu berubah. Tubuhnya mulai memanjang, kulitnya merekah, memperlihatkan jaringan berdarah di bawahnya. Matanya menyala putih, sementara giginya yang tajam semakin

  • Bayangan Dibalik Cermin   Kebenaran

    Andi dan Mira berjalan dengan langkah berat, menggenggam satu sama lain seolah-olah itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuat mereka tetap hidup. Hutan di sekitar mereka berubah semakin aneh—pohon-pohon seakan bergerak, bayangan gelap melintas di sudut mata mereka, dan suara langkah-langkah berat terdengar mengikuti mereka dari kejauhan.“Andi, apa ini akan pernah berakhir?” suara Mira bergetar. “Aku nggak yakin kita bisa keluar dari sini hidup-hidup.”Andi menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang mulai menguasainya. “Kita harus bisa, Mira. Aku nggak akan biarin sesuatu menyakitimu. Kita sudah sejauh ini, dan kita nggak boleh berhenti.”Namun, langkah mereka terhenti tiba-tiba saat sebuah suara mendesing keras memenuhi udara. Suara itu menyerupai jeritan manusia, tetapi terlalu melengking untuk dianggap normal. Dari balik kabut, sesosok makhluk tinggi dengan tubuh kurus dan wajah memanjang muncul perlahan. Matanya menyala merah, dan tubuhnya bergerak dengan cara yang tidak

  • Bayangan Dibalik Cermin   Dia datang!

    Andi dan Mira mengikuti wanita tua itu tanpa banyak bertanya, meskipun hati mereka penuh kebingungan dan ketakutan. Suara langkah kaki mereka menggema di antara keheningan hutan, dan hanya sesekali terdengar suara lonceng kecil yang menggantung di tongkat wanita tersebut.“Andi,” bisik Mira, menatap punggung wanita tua di depan mereka. “Kita yakin mau ikut dia? Gimana kalau dia juga bagian dari semua ini?”Andi menoleh, berbisik pelan. “Kita nggak punya pilihan, Mira. Kalau kita tetap di sini tanpa petunjuk, kita pasti mati.”Mira tidak menjawab, hanya menggenggam lengan Andi lebih erat. Langkah mereka terus maju, melewati akar-akar pohon yang melilit seperti tangan yang ingin menjangkau mereka. Kabut di sekitar mulai menipis, tetapi itu justru membuat suasana semakin mencekam. Pohon-pohon besar dengan cabang-cabang menyerupai tangan mencakar langit berdiri angkuh di sekitar mereka.Wanita tua itu tiba-tiba berhenti. Ia mengangkat tongkatnya dan menancapkannya ke tanah. “Kita berhenti

  • Bayangan Dibalik Cermin   Persekutuan Gelap

    Andi dan Mira berjalan perlahan di tengah kabut yang semakin pekat. Hawa dingin menyelimut, dan suara-suara aneh terus terdengar di sekitar mereka. Langkah kaki mereka terasa berat, seolah tanah tempat mereka berpijak menyedot energi mereka. Suara geraman halus mulai terdengar dari kejauhan, membuat mereka berdua saling pandang dengan ketakutan.“Andi... aku nggak bisa. Rasanya... rasanya kakiku berat banget,” ujar Mira, tubuhnya gemetar hebat.Andi berhenti dan menoleh ke Mira. “Aku tahu ini sulit, tapi kita harus terus bergerak. Kalau kita berhenti, mereka akan menemukan kita.”Tiba-tiba terdengar suara tawa pelan, seperti suara anak kecil yang sedang bermain. Suara itu bergema, datang dari berbagai arah. Mira langsung mencengkeram lengan Andi dengan kuat.“Andi... itu suara apa?” bisiknya, suaranya hampir tak terdengar.Andi memandangi sekeliling, berusaha mencari asal suara. Namun, kabut terlalu tebal. “Aku nggak tahu, tapi kita nggak boleh berhenti. Ayo, Mira. Berdiri. Kita harus

  • Bayangan Dibalik Cermin   Pengorbanan yang Tertunda

    Angin malam semakin menusuk tulang. Andi dan Mira masih duduk di bawah pohon besar, tubuh mereka gemetar. Kejadian barusan masih membekas di pikiran mereka, seolah bayangan makhluk tanpa wajah dan suara raungannya terus menggema di udara. Pria tua itu berdiri tak jauh dari mereka, diam dengan tatapan dingin yang membuat suasana semakin mencekam.“Aku sudah bilang, kalian harus segera membuat keputusan,” kata pria tua itu pelan, tetapi nadanya penuh tekanan. “Semakin lama kalian menunda, semakin banyak arwah yang datang.”Mira memeluk lututnya, air matanya tak terbendung. “Aku nggak bisa, Andi. Aku nggak sanggup. Aku nggak mau mati di sini...”Andi menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya meskipun rasa takut terus menghantui. “Kita pasti bisa menemukan jalan lain. Aku nggak percaya bahwa pengorbanan itu satu-satunya cara. Pasti ada celah di semua ini.”Pria tua itu mendengus pelan, lalu mengetukkan tongkat kayunya ke tanah. “Kalian masih belum mengerti. Hutan ini adalah

  • Bayangan Dibalik Cermin   Pengorbanan

    Keheningan melingkupi gubuk kecil itu. Andi dan Mira hanya saling menatap dengan napas yang masih tersengal, mencoba mencerna ucapan pria tua di hadapan mereka. Pria itu tidak banyak bergerak, hanya memandangi keduanya dengan mata tajam yang terasa seperti menembus jiwa mereka. "Menyerahkan sesuatu yang paling berharga? Apa maksud Anda?" suara Mira terdengar lirih, nyaris berbisik. Pria tua itu memejamkan matanya sejenak, seperti mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Hutan ini adalah batas antara dunia hidup dan mati. Siapa pun yang masuk tanpa izin harus membayar harga. Dan harga itu tidak murah." Andi bangkit dari duduknya, wajahnya merah penuh amarah. "Kami tidak pernah minta datang ke sini! Kami tersesat! Bagaimana bisa kami disuruh membayar sesuatu yang bahkan tidak kami pahami?!" Pria tua itu tetap tenang. Ia menunjuk Andi dengan tongkat kayunya. "Marah tidak akan mengubah takdirmu, Nak. Kalian sudah melangkah terlalu jauh. Kini pilihan kalian hanya dua: menyerahkan se

  • Bayangan Dibalik Cermin   Rantai Kengerian

    Andi dan Mira, masih terengah-engah, bersandar di sebatang pohon besar di tepi danau. Tubuh mereka basah kuyup dan menggigil, bukan hanya karena dinginnya air, tetapi juga ketakutan yang mencengkram mereka."Apa yang terjadi tadi, Mira? Apa sebenarnya tempat ini?" Andi akhirnya membuka suara, meski suaranya parau dan hampir tak terdengar. Mira menggeleng perlahan, wajahnya pucat. "Aku... aku juga nggak tahu, Andi. Semua ini nggak masuk akal. Kita berenang ke tengah danau, tapi malah muncul makhluk-makhluk itu." "Makhluk? Mereka... mereka seperti mayat hidup." Andi memejamkan matanya sejenak, berusaha menghapus bayangan tangan-tangan dingin yang mencengkeramnya di dalam air. Namun, percakapan mereka terhenti ketika suara tawa pelan mulai terdengar di kejauhan. Tawa itu rendah, teredam, tetapi cukup jelas untuk membuat bulu kuduk mereka berdiri. Andi langsung berdiri, menarik Mira ke sampingnya. "Kau dengar itu, kan?" Mira mengangguk, wajahnya semakin tegang. "Tawa... tawa siapa

DMCA.com Protection Status