Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (tamat)
"Sepertinya kau salah orang, lebih baik segera tinggalkan tempat ini kalau tidak kau akan menyesal.""Bu!"Rani berteriak dia tak menyangka mertuanya berani melawan wanita yang tampak menahan kesabarannya. Bayu yang tak mengerti apa-apa hanya bisa diam melihat ulah ibunya."Maaf kan kami tapi wanita yang anda cari tidak ada di rumah ini. Sudah beberapa hari dia tak pulang bahkan tak ada kabar sama sekali."Rani memberanikan diri untuk menjawab, meski di hatinya ketakutan yang luar biasa. Tapi demi keselamatannya terpaksa dia membuka mulut.Plak ....Semua orang terkejut saat melihat Bu Gendis menampar menantunya. Bahkan wanita itu juga menatap ke arah Rani, mungkin dia kasihan melihat wanita itu."Aku akan mengingatkan sekali lagi, untuk masalah ini aku akan melepaskan dirimu. Tapi untuk keluarga wanita ini bersiaplah menerima hukuman, karena berani menutup mulut untuk melindungi perempuan jalang itu."Rani menarik napas lega dia menatap suami dan ibu mertuanya. Sebenarnya dia kasihan
"Mas tolong maafkan aku. Beri satu kesempatan agar bisa merubah sifat berhutang ini."Suami Ana tertawa membuat semua orang heran. Apa mungkin dia menjadi gila karena ulah istrinya. Perlahan pria itu mengusap sudut matanya lalu menatap istrinya."Memangnya selama ini kesempatan yang aku berikan tak kau hitung, Ana. Jangankan satu bahkan beribu kesempatan tapi tak kau pergunakan untuk merubah sikapmu, sepertinya semakin diberi kesempatan semakin besar hobby mu itu."Ana menangis lagi dia baru menyadari kalau pria yang menikahinya sudah benar-benar kehabisan kesabaran. Dengan linangan airmata dia melihat suaminya berlalu pergi meninggalkan dirinya."Semua ini karena Risma, kalau saja dia membayarkan hutangku, tentu penagih hutang tidak akan mendatangi suamiku."Ana mengepalkan tangan seperti ibunya, dia juga tak menyadari kesalahannya dan kini berusaha melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Kali ini dia melimpahkan kesalahan kepada Risma mantan adik iparnya."Memangnya siapa kau sehing
."Aku sudah menerima hukuman jadi kembalilah menjadi istriku, Risma. Apapun permintaanmu bisa kita bicarakan."Risma semakin kesal melihat betapa keras kepalanya pria yang kini sudah menjadi mantannya. Tinggal hitungan hari dia akan melepas masa idahnya, sekarang dengan seenak hatinya dia berkata ingin rujuk."Maaf tapi aku tak berniat rujuk jadi tolong jangan bahas hal ini lagi. Bagiku kau sudah mati jadi tak ada jalan untuk bersama lagi."Meski terdengar kejam tapi dia terpaksa berkata seperti itu, agar Bayu sadar dan melupakan niat untuk rujuk kalau tidak dia akan terus mengganggunya."Bu tolong kerumah dan bawa anak lelakimu pulang."Risma berbisik lirih berharap mantan ibu mertuanya datang, untuk menjemput anaknya yang terlihat tak sedang baik-baik saja saat ini."Aku tak mau pergi sebelum kau berjanji untuk setuju rujuk denganku, Risma!"Semua orang terkejut saat melihat Bayu berteriak. Meski tatapan matanya terlihat kosong, tapi cukup membuat takut semua orang yang berada di ru
"Risma buka pintu, Nak. Tolong Nina dia kesakitan."Aku melonjak dari meja makan setelah mendengar teriakan. Bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi karena terdengar keributan. Kakiku lemas melihat siapa yang berdiri mengetuk pintu pagar, bukan karena wanita itu tapi sesosok tubuh yang terbaring di bawah kakinya."Mbak Risma, tolong wanita ini, dia bisa mati. Ya Allah apa yang terjadi? Kejam sekali pelakunya," ujar seorang wanita.Setelah mendengarnya aku bergegas meraih kunci dan membuka pintu pagar, terlihat Nina terbaring tak berdaya. Tubuhnya penuh luka dan darah terus mengalir dari selangkangannya."Nina kenapa, Bu? Kenapa di bawa kemari tidak langsung di bawa ke rumah sakit?!"Aku berteriak entah di mana otak mereka semua, bukannya di bawa ke rumah sakit. Malah di bawa ke rumah yang tak ada fasilitas medisnya."Ibu tak bisa membayar administrasinya. Rumah sakit menolak karena ini masalah besar, tolong ibu Nak hanya kau yang bisa membantu menyelamatkan Nina."Wanita itu ber
"Apa kau gila harga benda itu di atas seratus juta, kau jual dengan harga tiga puluh juta, bisa mati jantungan ibu mertuaku."Mendengar ucapan Intan kedua wanita itu terpekik, lalu merebut dua tas dari tangan mas Bayu. Tapi segera aku rebut kembali karena belum ada uang yang mereka berikan."Bayar lunas baru terima tas dan sertifikatnya. Hanya hari ini dengan tiga puluh juta, mendapat barang seharga ratusan juta kapan lagi ada penawaran seperti ini?"Aku memanasi kedua wanita itu, tak lama mereka berlarian menuju rumahnya untuk mengambil uang. Saat kembali mereka membawa uang Cash, setelah berfoto tanda serah terima dari tangan mas Bayu mereka langsung pulang."Bagus kita dapat enam apuluh juta, Mas. Aman biaya operasi adikmu, karena tadi niat untuk sedekah tapi ibumu begitu mengecewakan, jadi sepuluh juta aku ambil lagi nanti sedekah di masjid saja. Dan perhiasan ini bisa di jual untuk pegangan jika masih membutuhkan biaya saat perawatan Nina."Aku mengajak mas Bayu untuk kembali ke r
"Cukup dan tutup mulut mu, Bu. Kalau tidak aku akan melaporkan ke polisi, menghancurkan jendela rumah sudah cukup untuk membuat seseorang mendekam di penjara."Aku berkata sambil berusaha menahan geram. Diberi hati minta jantung, di diamkan semakin ngelunjak bikin emosi saja."Pergi, percuma berteriak di sini. Kalau mau menuntut sana cari anakmu Bayu dia yang bertangungjawab."Kali ini aku benar-benar masuk tanpa perduli. Meski bu Gendis masih berdiri terpaku, entah apa yang dia pikirkan kali ini. Saat mengintip dari balik gorden wanita itu berjalan lemah meninggalkan halaman rumah."Maaf Bu, tapi sudah cukup kalian menindasku selama ini. Semoga setelah ini kalian mengerti dan menyadari kesalahan yang telah terjadi."Aku berucap pelan lalu menutup gorden, setelah melihat mantan ibu mertua menjauh dari rumahku, setelah menghancurkan kaca jendela rumah ini.Apa setelah ini aku benar-benar akan terlepas dari keluarga mas bayu. Ingin lepas dan pergi dari keluarga itu, tapi ada saja yang me
"Dasar janda gatal begini ternyata sifat aslimu, berduaan dengan pria lain sedang masa iddahmu saja belum berakhir."Risma terpaku dia tak menyadari kedatangan wanita yang langsung menghinanya di depan umum."Apa matamu sudah buta? lihat di sini banyak orang, tak hanya ada Risma dan pria tampan juga kaya ini bahkan aku juga manusia."Tiba-tiba Dania datang dan membalas ucapan Bu Gendis membuat wanita itu malu. Niat hati mempermalukan Risma ternyata dia yang kena."Gak usah membela, kau dan temanmu itu sama saja. Sama-sama murahan pantas dia di ceraikan anakku Bayu."Brak ....Tiba- tiba terdengar Risma mengebrak meja. Dia sudah tidak bisa menerima penghinaan mantan mertuanya lagi."Cukup seharusnya ibu ingat, aku yang menceraikan anakmu tentu masih ingat kan alasannya. Karena kau memiliki banyak hutang, aku yang menjadi tukang bayarnya.Sedang anakmu tak berguna sama sekali. Gajinya saja kurang untuk membayar cicilan, selama menikah aku yang memberinya makan termasuk nafkah seratus rib
"Tampaknya apa yang kau katakan bakal terjadi, Dania. Lihat mereka masih berusaha menjadi benalu, bahkan kali ini membawa kedua menantu barunya ikut serta."Dania mengikuti arah pandangan mataku, dan melihat apa yang berdiri di depan pintu pagar seolah menunggu."Benar-benar tidak tau malu, bagaimana masih bisa berpikir untuk minta bantuan kemari. Sedangkan mereka tau sudah tak ada hubungan lagi di antara kalian, Ris."Dania berkata pelan seolah menahan kesal, melihat tingkah aneh keluarga mas Bayu. Sudah jelas kami tak lagi punya hubungan tapi masih saja menganggu."Lihat banyak sekali barang mereka, apa benar-benar berniat tinggal di rumahmu? Tak bisa di biarkan, sepertinya benar rumah Bayu di sita karena tak mampu membayar hutangnya."Aku menatap pria yang seolah tak berdaya terduduk di depan pagar, seolah pasrah dengan apa yang telah terjadi. Apa dia sudah gila karena tidak perduli dengan perbuatan ibunya."Sepertinya aku harus mencari rumah baru, Dania. Sudah berulang kali mengusi
Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t
Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m
"Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan
"Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de
"Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir
"Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan
Ekstra Part 8"Jadi Mas tak jadi ikut ke rumah Tante Indah dan Om Sean? Mereka sudah jauh hari mengundang kita, apa tak bisa walau datang sebentar saja?"Risma menatap Malik yang tengah mengancingkan bajunya. Pria itu tadi bilang, kalau ada acara dengan Sarah dan rekan bisnisnya. "Mas, tak bisa datang, Yank. Pertemuan ini sangat penting untuk bisnis kita."Risma tak berkata apa-apa lagi, karena Malik sudah memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Indah dan Sean."Kalau begitu bolehkan aku pergi ke rumah Tante Indah? Tak enak kalau tak datang."Sejak Indah dan Sean memutuskan untuk kembali bersama. Hubungan mereka dengan Risma juga membaik, mereka sudah menganggap mantan istri keponakannya sebagai keponakan sendiri."Boleh, tapi usahakan jangan pulang terlalu malam. Aku tak mau istri cantikku ini kelelahan, apalagi ada dedek bayi yang harus di jaga."Malik mencium perut sang istri. Yah, ulang tahun Risma mendapatkan hadiah luar biasa, dia benar-benar hamil anak kedua."Kalau begitu aku
"Mau apa lagi kau kemari? Sudah tak ada gunanya lagi, Ndis. Kau pembawa sial, kehancuran anak-anak mu seharusnya jadi pelajaran tapi aku buta oleh rayuanmu. Sekarang kesialanmu menjadi penyebab kehancuran ku."Sean menunduk dengan wajah sedih. Sudah dua minggu ini sang istri pergi bersama anak-anaknya, jiwanya kosong tapi keluarganya tak ada yang perduli lagi. Penghianatnya tak termaafkan lagi.Bu Gendis mengepalkan tangannya, saat mendengar ucapan Sean. Hatinya hancur saat pria itu menyebutnya pembawa sial."Jangan bilang hatimu sakit, saat Sean menyebutmu pembawa sial, Gendis. Ingatlah betapa sakit hati Risma, saat kau menyebutnya dengan kata yang sama."Ibu mertua Bu gendis berjalan tertatih mendekati anaknya. Hatinya sakit melihat anak bungsunya begitu menderita sejak istrinya pergi.Awalnya dia tak tau alasan sang menantu pergi, namun akhirnya dia tau perselingkuhan anak bungsunya dan menantu pertamanya. Meski marah tapi dia tak mampu berbuat apa-apa."Aku sudah banyak bertindak u
"Dasar wanita pembawa sial." Semua orang berpaling lalu menatap wanita yang berkata kasar itu.Risma terkejut melihat kedatangan wanita yang tak pernah dia duga sama sekali. Seperti biasa kedatangannya hanya membuat keributan.Plok ....Belum lagi sadar dari keterkejutan karena umpatan Bu Gendis. Risma harus kembali terkejut, saat melihat wajah mantan mertuanya penuh dengan kue ulang tahunnya."Makan itu biar mulutmu bisa bicara yanng baik-baik. Heran, setiap ketemu mulutmu itu tak pernah bisa berkata baik."Ibu Risma tersenyum puas, saat melihat mantan besannya kebingungan membersihkan wajahnya. Meski kasihan tapi tak ada yang membantu wanita itu.Byuur ...."Untuk menambah rasa manis setelah makan, kau juga harus merasakan minuman manis ini ."Lengkap sudah penderitaan Bu Gendis, setelah ibu Risma melempar kue ke wajahnya. Kini mertua Risma menambahkan segelas jus jeruk ke kepalanya."Lain kali jaga bicaramu, Gendis. Selama ini kami diam bukan takut padamu, tapi kami sudah muak melih