Share

28. Dilema

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 09:07:15

Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu.

Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat.

Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya.

Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.

“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian.

“Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya.

Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Batal Di Madu   01. Mimpi

    “Vin, aku sangat mencintaimu apa pun yang terjadi aku akan selalu bersamamu, tapi bolehkah aku memelukmu sekali lagi? Anggap saja ini pelukan terakhir kali karena mungkin kita akan jarang bertemu, kamu tahu kan bagaimana papi, jika ketahuan beliau akan menjadikan aku daging guling.” “Mas, aku selalu ada buat kamu, kapan pun dan di mana pun kamu meminta aku akan datang. Aku sangat mencintaimu, Mas Raga.”“Aku juga sangat mencintai kamu, Vina.”“Mas, lepas aku enggak bisa napas, jangan kuat-kuat! Kamu sengaja ya Mas!” teriak wanita itu seketika. Pria itu semakin memeluknya erat. “Katanya kamu cinta buktikan sama aku, kamu harus menjadi milikku, Vina!” “Vina? Aku bukan Vina? Aku Viona, Mas! Lagian aku ini bukan guling!” Kini suara wanita itu lebih meninggi. Raga masih berpikir kalau yang dipeluknya adalah Vina. “Duh kok hangat banget sih kamu saja minta dipeluk terus.” Kedua matanya masih terpejam merasakan kehangatan tubuh wanita itu.“Ya Allah Mas, lepas! Aku enggak bisa napas kal

  • Batal Di Madu   02. Cemburu

    Pria tampan itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Dia pun langsung menghubungi Mbok Darmi pembantu rumah mereka. “Assalamualaikum, Mbok.”“Walaikumsalam, Den, ada yang ketinggalan?” “Di mana wanita itu?”“Siapa Den, Resty, Markonah, Susi, Lestari ....”“Bukan mereka Mbok tapi wanita yang bernama Viona!”“Yang jelas toh Den, Bu Viona lagi keluar katanya mau ke minimaket sebentar, kenapa Den sudah rindu ya?” “Dia pergi sendiri atau ada yang jemput?”“Kenapa Den Raga enggak langsung tanya ke Bu Viona?”“Mbok apa susahnya sih langsung kasih tahu?” “Maaf Den, dia tadi naik mobil sendiri!” “Apa dia bisa naik mobil?”“Bukan naik saja Den, tapi menyetir juga bisa, hebat ya Bu Viona, sudah enam hari menjadi istri Den Raga ada saja keahliannya muncul ke permukaan.”“Mbok, enggak ada tamu atau siapa yang menjemput wanita itu?” “Bu Viona, Den?”“Iya dia siapa lagi?”“Enggak ada, tapi enggak tahu kalau janjian di luar, bagaiman

  • Batal Di Madu   03. Galau

    “Ada apa kamu ke sini?” Raga mendekus kesal. Belum sempat dia mendaratkan bokongnya ke tempat duduk tiba-tiba saja Vina langsung menyambar bibir Raga. Pria itu tidak membalasnya dan segera menyudahi perbuatan wanita cantik itu. “Raga ada apa denganmu, kenapa kamu menolakku biasanya kamu tidak seperti ini?” Vina terkejut dan bingung dengan sikap pria tampan itu.“Maaf Vin, aku sedang banyak pekerjaan bisakah kamu pulang saja atau kamu pergi shopping sendirian, atau dengan teman-temanmu dulu, seminggu ini banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan.“Mas, kamu kok lebih mementingkan pekerjaan daripada aku? Kamu kan tahu aku tuh enggak bisa hidup tanpa kamu, dan aku ingin kamu tuh selalu ada buatku, mana janjimu itu?” “Ayolah Sayang, Jika aku tidak bekerja bagaimana aku bisa menghasilkan uang banyak sedangkan keperluan kamu saja sangat banyak.”“Iya aku tahu, tapi kan kamu itu Bos, pemilik perusahaan.”“Enggak Sayang, aku hanya menjalankannya saja pemiliknya masih Papi, bukan ak

  • Batal Di Madu   04. Jauhi Istri Saya

    “Kenalkan nama saya Raga Handika Subrata, suaminya Viona Adila Zahra,” ucap Raga menatap tajam pria itu. “Oh ini toh suamimu yang kamu bilang seperti singa. Ya kamu benar Vio, wajahnya memang sangar tetapi dia juga tampan seperti saya,” pujinya membuat hidung Raga kembang kempis mendengar ocehan teman istrinya itu.“Ayo, silakan duduk, biar saya yang bayar, jangan khawatir uang saya juga banyak kok,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.Jangan ditanya bagaimana wajah pria tampan itu sangat merah menahan amarah dan malu. Viona menatap takut. Tak lama kemudian seorang pelayan pun kemudian datang menghampiri meja mereka dengan membawa menu yang mereka pesan. Tanpa basa-basi lagi mereka pun menikmatinya dalam keheningan. *** “Ada apa dengan Mas Raga? Kenapa dia tampak marah? Kan dia sendiri yang bilang jangan mencampuri masalah pribadi,” gumam Viona dalam hati.Untung saja mood Raga sedikit terobati karena bisa melihat wajah Viona dari dekat dan entah kenapa dia baru menyadari wajah hitam

  • Batal Di Madu   05. Ada Yang Salah

    Sepanjang jalan Raga tidak ada mengatakan sepatah kata pun. Wajahnya di tekuk tapi masih fokus menyetir. Viona menyadari akan satu hal ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Biasanya Raga akan cuek dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh Viona. Bahkan saat Viona ingin keluar dan meminta izin selalu ditanggapinya dengan acuh.“Mas Raga sedang marah ya?” tanya Viona ragu-ragu.“Menurutmu?” balas Raga dengan jutek. “Menurut aku iya sih lagi marah, tapi kenapa Mas?” Viona menatap wajah suaminya sendiri. Merasa diperhatikan membuat pria tampan itu menjadi salah tingkah dan semakin stres. Dia lalu menghentikan mobilnya secara mendadak sehingga hampir saja kening Viona kejeduk depan kaca mobil. Dia lalu turun dari mobil diikuti oleh Viona. “Mas, sakit nih, kenapa sih nyetirnya seperti itu, kalau kita kecelakaan bagaimana? Lagian ini di mana?” Viona memegang keningnya yang sakit sembari celingak-celinguk melihat tempat sekitarnya di mana mereka berhenti.“Kenapa? Kalau Ram yang bawa

  • Batal Di Madu   06. Sadar Vio

    “Kenapa kamu ke sini, sudah selesai belanjanya?” tanya Raga dengan lembut dan tak tanggung-tanggung Vina duduk di pangkuan Raga tanpa memedulikan perasaan sang istri yang berdiri mematung. Mereka begitu intens berbicara. Pandangan Raga sangat berbeda saat berbicara dengan Viona. Wanita manis itu bisa merasakannya dan sadar akan posisinya sebagai istri yang tidak diinginkan oleh sang suami. “Oh ini istri kamu? Sangat buruk banget. Dia dari planet mana?” sindir Vina yang menatap tajam. “Kenalkan Mbak, nama saya Viona Adila Zahra,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Vina, tapi wanita seksi itu malah menepisnya.“Maaf kita enggak selevel ya, lagian Papimu itu sudah pikun menikahkan kamu dengan wanita buluk seperti dia, enggak ada bagusnya sama sekali,” sindirnya lagi.“Ya Allah Mbak, jangan suka menghina ciptaan Allah, nanti Mbak malah kualat loh, lagian apa yang akan dibanggakan kalau sudah tua keriput dan meninggal tidak ada yang akan dibanggakan lagi. Dan j

  • Batal Di Madu   07. Pikiran Kacau

    Mereka saling berpagut mesra. Vina begitu liar saat ini tapi semenjak Viona pergi bersama pria lain membuatnya cemburu dan penasaran. Biasanya dia tidak peduli tapi kali ini dia harus berhati-hati karena pria yang ditemuinya itu adalah orang yang dia kenal. Raga tidak memedulikan Vina yang berusaha membangkitkan gairahnya. “Vin, stop saya masih banyak pekerjaan!” bentaknya seketika membuat Vina terkejut dan menghentikan aksinya. “Ada apa Sayang, biasanya kamu menikmatinya?” Raga kembali menutup kedua matanya dan menghela napas panjang. “Bisakah kamu turun dari pangkuan saya dulu?” Raga begitu tidak nyaman dan terlihat sangat kesal. Vina kembali berusaha mencumbu wajah tampan itu tapi lagi-lagi Raga menolaknya.Mau tak mau Vina turun dari pangkuan Raga dan ikut mendekus kesal. “Kenapa sih Yang, kamu berubah banget? Apa kamu ada wanita lain yang lebih seksi dan cantik sudah menggodamu?” tanyanya kesal.“Tidak ada, hanya saja banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, tolong mengert

  • Batal Di Madu   08. Kelebihan Sang Istri

    “Kamu boleh pergi dari ruangan saya!” “Maksud Bapak saya dipecat?” Mata Santi mulai berkaca-kaca. “Kembali ke meja kerjamu dan lebih giat mempelajari apa yang dimau oleh perusahaan saya, sekarang pergilah!” Wajah Santi berbinar dia ingin sekali meluapkannya dengan berdiri dan menghampiri Raga, tapi malah mendapatkan tatapan dingin, seketika Santi sadar dan kembali menjauh.“Maaf Pak, enggak sengaja, kalau begitu saya permisi dulu Pak.” Santi bergegas pergi dari ruangan itu sebelum bosnya itu berubah pikiran. Dengan langkah bahagia Santi keluar dan langsung menuju meja kerjanya kembali.Sementara itu Raga yang penasaran dengan wanita yang telah membantu Santi segera menghubungi Dirga salah satu anak buahnya dan meminta CCTV di lantai dua bagian divisi pemasaran. Tidak butuh waktu lama Dirga membawa rekaman CCTV itu jam yang diinginkan oleh Raga. Pria tampan itu lalu memutarnya dan terlihat memang seorang wanita muda menghampiri Santi yang terlihat bingung. “Itu kan Viona? Jangan bi

Bab terbaru

  • Batal Di Madu   28. Dilema

    Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu. Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat. Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya. Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian. “Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya. Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur

  • Batal Di Madu   27. Salah Paham

    Raga tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Meskipun dalam hati ingin sekali memarahi orang itu yang telah dianggap menghinanya itu. Apalagi melihat orang itu tampak lebih tua darinya sehingga malas untuk berdebat panjang lebar. Jalanan masih macet membuatnya semakin kesal apalagi orang di samping itu terus mengoceh sambil menertawakan tingkah Raga yang seperti anak kecil. “Sudahlah Bro, jangan marah-marah nanti kena stroke loh. Hidup itu dibawa enjoy saja jangan terlalu dibawa emosi. Kadang kita harus menerima takdir meskipun itu sulit untuk kita jalankan tapi bukan berarti kita patah semangat. Kejarlah jika kamu melihat itu masih mempunyai harapan. Jangan pesimis sebelum kamu berusaha. Ada pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, bukan?” orang tua itu berbicara panjang lebar membuat Raga terdiam sejenak dan memperhatikan lawan bicaranya itu. Raga menghela napas panjang dan kemudian berkata, “ Bapak mempercayai takdir dan cinta?” tanya Raga pena

  • Batal Di Madu   26. Kecemburuan

    Santi begitu bahagia bisa bertemu dengan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya. “Mbak Vio—Viona kan? Yang waktu itu membantu saya menyelesaikan laporan untuk Pak Raga? Enggak salah lagi saya masih ingat dengan wajah Mbak yang baik ini,” jelas Santi bersemangat.Wanita manis itu pun tersenyum dan berkata, “iya Mbak Santi saya Viona dan kenapa Mbak Rosa ada masalah? Dimarahi Pak Raga? Di mana dia, masih ada di ruangannya kan?” tanya Viona kepada Rosa tang terlihat terkejut. “Selamat siang Bu Vio, maaf Pak Raga baru saja keluar. Sepertinya ada hal yang mendesak sehingga beliau tadi buru-buru pergi sampai meninggalkan rapat nanti dengan klien di jam dua siang ini, Bu,” jelas Rosa bingung. “Oh iya, dia tidak memberitahukan pergi ke mana?” tanya Viona masih penasaran. “Enggak Bu,” jawab Rosa singkat. “Apa Mas Raga pergi menemui Mbak Vina ya? Mungkin saja kan? Wanita itu sangat beruntung sekali selalu dikhawatirkan oleh Mas Raga, sedangkan aku hanya istri pajangannya saja,” ucap

  • Batal Di Madu   25. Dendam atau Cinta

    “Ya Halo?” “Di mana Viona? Di mana istriku!” “Selamat siang Raga.”Suara bariton itu membuat mata Raga melotot dengan dada bergemuruh. Bagaimana tidak ponsel Viona dijawab oleh Rama.“Kenapa kamu yang memegang ponsel istriku! Di mana istriku!” “Istrimu? Sungguh dia istrimu? Tapi kenapa dia ada bersamaku ya?”“Kamu jangan menyentuh sedikit pun dari tubuh istriku jika tidak mau nyawa kamu melayang!” “Oh ya, kami sedang menikmati kopi susu dan saling berbincang, mungkin sebentar lagi kami akan ...”“Bajingan, cepat berikan teleponnya kepada istriku!” “Sebentar, dia sedang di kamar mandi perlu aku masuk ke sana?” “Aku akan menguliti kamu Rama jika sampai menyentuh istriku!” “Kenapa Raga, bukannya kamu tidak mencintai Viona? Kenapa kamu marah? Kamu juga sering pergi dengan Vina, kamu tidak memikirkan perasaan Viona, kan? Sudahlah Raga jangan serakah. Cukup satu wanita saja. Ceraikan Viona!” “Jangan mencampuri urusan orang lain Rama? Kenapa kamu sangat tertarik dengan istri orang la

  • Batal Di Madu   24. Siapa Rama Sebenarnya

    “Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu

  • Batal Di Madu   23. Peringatan Papi Seno

    “Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan

  • Batal Di Madu   22. Kemarahan Raga

    “Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter

  • Batal Di Madu   21. Mencari Tahu

    “Mas, kenapa kamu malah memesan kamar? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumah aku ...” Ucapannya terpotong saat Raga memeluknya.“Sudah aku bilang kan, aku akan menyembuhkan kamu dengan cepat. Lagian Rama itu memberikan obat apa sih jangan-jangan kadaluwarsa lagi, masa efeknya enggak ngaruh sama kamu. Harus diajarkan juga” protes Raga sedikit kesal. “Maa, aku enggak bisa napas ini, aku lagi kegerahan malah kamu peluk, lepas dulu aku mau buka baju, panas banget,” protes Viona yang berusaha melepaskan pelukan erat dari Raga.Raga pun melepaskannya. Dan Viona langsung membuka pakaiannya. Raga pun ikut melepaskan pakaiannya yang membuat Viona bingung. “Kamu mau ngapain Mas, kenapa ikutan buka baju sih aku mau mandi dulu,” protes Viana. Tanpa kata-kata setelah Raga selesai dia pun menghampiri Viona. Pandangan mereka kembali beradu. Raga semakin mendekati Viona dan memberikan kecupan manis di bibirnya membuat Viona ikut merasakan kebahagiaan. ***Sementara itu, Rama tak henti-hentinya k

  • Batal Di Madu   20. Ulah Rama

    Viona melihat Raga dari jarak jauh yang masih sibuk berjabat tangan dan berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian kantor sama dengannya. Bukan sengaja melainkan Rama yang telah mengundang mereka untuk hadir dalam acara itu. Alasannya sudah pasti ingin membuat Raga sibuk dengan mereka sehingga perhatiannya pun teralihkan untuk Viona. “Kamu lihat sendiri kan suamimu itu sibuk dan merasa bangga dikelilingi oleh banyak partner bisnis, dia memang sangat berkharisma,” puji Rama sengaja sembari melirik ke arah Viona yang terlihat memandang terus ke suaminya. “Iya, Mas Rama benar dia memang sangat berkharisma dan tidak cocok berdampingan denganku,” jawab Viona pelan.“Apa maksudmu?”tanya Rama bersimpatik.Wanita manis itu menghela napas panjang dan lalu berkata, “Mas tahu kadang apa yang terlihat di depan belum tentu yang sebenarnya. Mas Raga begitu bahagia dan tersenyum tapi senyumannya itu tersimpan rasa beban. Dia sebenarnya tidak bahagia Mas, dia tertekan karena sudah me

DMCA.com Protection Status