“Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter
“Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan
“Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu
“Ya Halo?” “Di mana Viona? Di mana istriku!” “Selamat siang Raga.”Suara bariton itu membuat mata Raga melotot dengan dada bergemuruh. Bagaimana tidak ponsel Viona dijawab oleh Rama.“Kenapa kamu yang memegang ponsel istriku! Di mana istriku!” “Istrimu? Sungguh dia istrimu? Tapi kenapa dia ada bersamaku ya?”“Kamu jangan menyentuh sedikit pun dari tubuh istriku jika tidak mau nyawa kamu melayang!” “Oh ya, kami sedang menikmati kopi susu dan saling berbincang, mungkin sebentar lagi kami akan ...”“Bajingan, cepat berikan teleponnya kepada istriku!” “Sebentar, dia sedang di kamar mandi perlu aku masuk ke sana?” “Aku akan menguliti kamu Rama jika sampai menyentuh istriku!” “Kenapa Raga, bukannya kamu tidak mencintai Viona? Kenapa kamu marah? Kamu juga sering pergi dengan Vina, kamu tidak memikirkan perasaan Viona, kan? Sudahlah Raga jangan serakah. Cukup satu wanita saja. Ceraikan Viona!” “Jangan mencampuri urusan orang lain Rama? Kenapa kamu sangat tertarik dengan istri orang la
Santi begitu bahagia bisa bertemu dengan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya. “Mbak Vio—Viona kan? Yang waktu itu membantu saya menyelesaikan laporan untuk Pak Raga? Enggak salah lagi saya masih ingat dengan wajah Mbak yang baik ini,” jelas Santi bersemangat.Wanita manis itu pun tersenyum dan berkata, “iya Mbak Santi saya Viona dan kenapa Mbak Rosa ada masalah? Dimarahi Pak Raga? Di mana dia, masih ada di ruangannya kan?” tanya Viona kepada Rosa tang terlihat terkejut. “Selamat siang Bu Vio, maaf Pak Raga baru saja keluar. Sepertinya ada hal yang mendesak sehingga beliau tadi buru-buru pergi sampai meninggalkan rapat nanti dengan klien di jam dua siang ini, Bu,” jelas Rosa bingung. “Oh iya, dia tidak memberitahukan pergi ke mana?” tanya Viona masih penasaran. “Enggak Bu,” jawab Rosa singkat. “Apa Mas Raga pergi menemui Mbak Vina ya? Mungkin saja kan? Wanita itu sangat beruntung sekali selalu dikhawatirkan oleh Mas Raga, sedangkan aku hanya istri pajangannya saja,” ucap
Raga tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Meskipun dalam hati ingin sekali memarahi orang itu yang telah dianggap menghinanya itu. Apalagi melihat orang itu tampak lebih tua darinya sehingga malas untuk berdebat panjang lebar. Jalanan masih macet membuatnya semakin kesal apalagi orang di samping itu terus mengoceh sambil menertawakan tingkah Raga yang seperti anak kecil. “Sudahlah Bro, jangan marah-marah nanti kena stroke loh. Hidup itu dibawa enjoy saja jangan terlalu dibawa emosi. Kadang kita harus menerima takdir meskipun itu sulit untuk kita jalankan tapi bukan berarti kita patah semangat. Kejarlah jika kamu melihat itu masih mempunyai harapan. Jangan pesimis sebelum kamu berusaha. Ada pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, bukan?” orang tua itu berbicara panjang lebar membuat Raga terdiam sejenak dan memperhatikan lawan bicaranya itu. Raga menghela napas panjang dan kemudian berkata, “ Bapak mempercayai takdir dan cinta?” tanya Raga pena
Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu. Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat. Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya. Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian. “Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya. Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur
Rama berhasil meyakinkan Viona untuk pergi bersamanya. Senyuman mengembang terlihat sangat jelas dari wajah itu mengisyaratkan kalau rencananya yang pertama sudah bisa terlaksana. Bagi Rama, wanita itu terlalu polos untuk bisa dikelabui. Pria tampan itu dengan mudahnya membuat wanita yang dianggap lugu itu sudah masuk perangkapnya tanpa bersusah payah untuk memperdayanya. Viona sekilas menatap Rama yang terlihat tersenyum. “Ada apa Mas? Kenapa kamu sepertinya bahagia?” tanya Viona penasaran. “Oh enggak apa-apa aku hanya ingin tersenyum,” jawab Rama.“Mas, apakah ini tidak berlebihan?” “Maksudmu?” “Ya aku sudah tahu kalau Mas Raga pasti bersama dengan Mbak Vina, lantas buat apa untuk memastikan hubungan mereka?”“Ya aku hanya ingin kamu sadar Vio, kalau Raga hanya milik Vina dan kamu jangan terlalu berharap dengan dia.”“Ya aku tahu Mas, aku sadar akan hal itu, makanya aku berniat untuk menyatukan mereka. Hanya saja aku belum bisa bercerai dengan Mas Raga. Opa Lukman akhir-akhi
“Lepaskan! Siapa kalian!” teriak wanita itu begitu histeris. “Kamu akan tahu siapa kami, tapi yang jelas jangan membuat keributan jika tidak ingin celaka!” sahut orang itu berwajah sangar itu. “Kurang ajar kalian, saya ini sedang hamil. Jika terjadi sesuatu dengan kehamilan saya , kalian akan saya tuntut!” teriaknya lagi. Para preman itu hanya menertawakan apa yang dia ucapkan membuat wanita itu begitu kesal dan marah. “Kurang ajar kalian! Lepaskan aku!” “Kamu minta dilepaskan? Tunggu bos kami datang baru kami bisa melepaskan kamu! Sekarang lebih baik diam dan tenang,” ucap salah satu preman itu lagi.Wanita itu berteriak sepanjang waktu setelah siuman beberapa menit yang lalu. Dia baru sadar dengan kaki dan tangan terikat tali dan duduk di sebuah kursi. Rupanya setelah Vina mengetahui Viona masih hidup dan mampu membawa preman itu ke kantor polisi membuat Vina ketakutan. Apalagi saat mendengar kalau semua ini adalah rencana Vina sendiri untuk menyingkirkan Viona. Vina lari dar
“Kamu enggak terlibat, kan dalam masalah ini? Kamu tidak tahu kan kalau Vina menyuruh preman untuk menghabisi Viona?” tanya Clarissa berteriak sambil mengetuk pintu kamar mandi Rama. Tak ada sahutan dari dalam. Tak lama kemudian Rama keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap.“Rama tidak tahu masalah ini dan berani sekali Vina membuat Viona mengalami masalah ini. ““Rama, apa yang ingin kamu lakukan, jangan bertindak gegabah.”“Rama akan mencari wanita itu dan memberikan dia hukuman !”“Tunggu dulu Rama, kamu jangan berbuat nekat dengan Vina!” Clarissa mengejar Rama yang sudah duluan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. “Rama dengarkan Mama, dulu!” Teriak Clarissa tapi Rama tetap saja melanjutkan langkah tanpa mendengarkan ucapan ibunya. “Rama, apa benar Vina hamil anak kamu?” Ucapan Clarissa mampu menghentikan langkah Rama yang terhenti di tengah anak tangga. Clarissa menyusulnya cepat dan menatap wajah Rama yang nampak marah. .“Apa benar yang Mama kataka
“Saya cukup bersabar dengan semua perilaku kamu, tapi jangan menyebarkan gosip tentang Raga. Kamu sadar kan kalau Raga itu juga anakmu?”“Sebenarnya apa maksud Papa? Rissa tidak tahu apa-apa ...”“Tanyakan kepada anakmu itu, pasti dia yang melakukan tindakan menjijikkan itu. Kamu tahu saya bisa berfikir kalau Rama masih berhubungan dengan Vina.”“Apa yang Papa katakan? Papa jangan menuduh seperti itu. Rissa tidak tahu tentang hal itu, Rissa baru tahu dari Papa, bahkan Rissa belum membaca surat kabar ...” Sambungan telepon itu langsung terputus karena Opa Lukman yang menutupnya. “Halo! Halo, Pa!” teriak Clarissa yang tak bisa bicara lagi dengan Opa Lukman.“Berita apa?” tanyanya bingung. Clarissa lalu mencari surat kabar hari ini. Entah kenapa hari ini sedikit telat surat kabar itu belum sampai di rumahnya. Clarissa kemudian menanyakan kepada pembantunya, dan ternyata benar surat kabar itu baru datang di rumahnya. Clarissa langsung membacanya dan dia pun sangat terkejut dengan be
“Apa ini Raga?” tatapan suram dari pria paruh baya itu terlihat mencekam di kala melihat sebuah surat kabar yang menyoroti masalah tadi malam.Raga yang ingin menikmati sarapannya di meja makan pun sudah tak berselara saat papi Seno memperlihatkan sebuah syarat kabar yang diterima oleh satpamnya barusan pagi ini. Marah bercampur malu dikala nama keluarga Subrata akhirnya disangkut pautkan dengan hilangnya Vina semalam, karena orang mengetahui kalau Raga Handika Subrata masih berhubungan dengan wanita yang bernama Vina itu. “Hilangnya seorang model cantik karena cinta segitiga.” Judul yang terpampang cantik di halaman surat kabar itu paling depan bahkan menjadi berita utama membuat mata Raga melotot. “Sudah Papi katakan cepat selesaikan urusan kamu dengan wanita itu sebelum dia berbuat ulah. Dan sekarang terbukti kan? Dan dia sudah mencoba melenyapkan menantu kesaayangan Papi, ini sangat keterlaluan, Raga! Papi enggak peduli dia hamil atau tidak segera kirim dia ke balik jeruji. W
Viona membersihkan diri setelah beberapa jam yang lalu mengalami insiden yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melawan para preman itu.Untung saja luka yang diderita oleh Viona tidak terlalu parah, sehingga dia pun tak perlu tidur di rumah sakit.“Mbak Vina sangat keterlaluan, dia menyuruh para preman itu untuk menghabisi aku, padahal aku sudah ingin bercerai dari Mas Raga. Sekarang aku jadi ragu untuk melepaskan Mas Raga. Apa jadinya Mas Raga hidup dengan wanita seperti itu. Pantas saja Opa dan Papi tidak merestui hubungan mereka. Dia bisa melakukan apa saja dengan cara keji sekali pun. Aneh sekali Mas Raga, pacaran selama lima tahun enggak mengenal sifatnya,” kesal Viona bicara sendiri di dalam kamar. Seketika terdengar ketukan pintu dari luar. Viona yang ingin mengistirahatkan tubuhnya pun tidak jadi. Vio menyambar jilbab instantnya yang tergeletak di ranjang lalu memakainya cepat setelah itu lalu membukakan pintu kamarnya. “Opa?” Viona terkejut dengan kedatangan Opa Luk
“Selamat malam Pak Raga,” sapa salah satu polisi itu.“Selamat malam. Katakan apa yang terjadi dengan istri saya?” tanyanya kepada pak polisi itu.“Maaf Pak Raga, tadi kami sudah meminta keterangan dari Ibu Vio dan Pak Usman pemilik taksi itu, mereka mengalami insiden di perjalanan. Dari mereka kami mendapatkan kesimpulan kalau ada yang ingin mencelakai Ibu Vio dengan mengirimkan empat preman. Tapi untungnya Bu Viona bisa mengatasinya tanpa rasa takut. Saya sangat mengapresiasikan tindakan Ibu yang sangat luar biasa mampu menangani para preman itu,” jelas Pak Polisi itu membuat Raga terkejut. “Maksud Bapak?” tanya Raga bingung dan penasaran. “Ya Bu Viona mampu mengalahkan ke empat preman itu samapi mereka babak belur. Saya salut dengan Ibu Viona berani melakukannya kepada ke empat preman itu dan sekarang sedang diproses.,” lanjut Pak Polisi itu. Wajah Raga kembali syok mendengar ucapan pria berseragam polisi itu. Hal yang baru dia ketahui kalau Viona ternyata mampu mengatasi para
Melihat ada kesempatan Viona melihat ada balok kayu besar yang tergeletak di tanah. Balok kayu yang sama untuk memecahkan kaca mobil bagian depan itu. Dengan cepat dia langsung mengambil nya dan memukuli ketiga preman lainnya. Viona dengan brutal membuat para preman itu tersungkur kembali. Wanita manis rupanya bisa menangkis semua serangan ke empat preman itu karena dia juga membekali dirinya untuk bisa belajar seni bela diri. Viona hanya menjurus ke bagian intim mereka yang langsung tersungkur kesakitan akibat tendangan kaki Viona yang masih memakai sepatu hak tingginya. Keempat preman itu pun tersungkur lalu Viona mendekati salah satunya. Preman yang berani memegang tangannya itu. “Katakan siapa yang menyuruh kamu!” tatapan bengis Viona masih terlihat membuat preman itu ketakutan.“Sa—saya tidak tahu, saya hanya o—orang su—suruhan dari Bos untuk bisa menyingkirkan kamu,” sahutnya terbata-bata. “Katakan siapa yang menyuruhmu atau aku tendang lagi ...” Viona melirik bagian bawa
Viona segera bersiap untuk pulang. Terlihat Raga sudah berada di luar ruangan dan juga ingin pulang bersama Viona. “Kamu pulang dengan saya,” ucap Raga melintas di depan Viona.“Tapi Pak, apa kata karyawan lain kalau saya pulang dengan Bapak?”Wajah Raga kembali dingin mendengar pertanyaan konyol dari Viona. “Vio, jangan membuat masalah lagi atau kamu memang suka mendapatkan hukuman dari saya, kamu ketagihan?” Raga mengedipkan matanya menggoda Viona. “Bukan begitu Pak, tapi enggak enak dilihat oleh banyak karyawan dan ...”Ucapan Viona terhenti saat suara telepon Raga berdering. Raga pun segera mengambil ponselnya dari balik jasnya itu. Sudah dipastikan siapa yang telah menghubungi Raga. “Sayang kamu enggak lupa kan dengan janjimu? Sekarang enggak pakai lama.”“Aku akan mengantarkan Viona dulu pulang setelah itu ke rumahmu. Jangan berdebat!” Raga langsung memutuskan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali ponselnya. “Ayuk!” ajak Raga.“Mas, lebih baik kamu selesaikan saj
Raga masih berkecimpung di meja kerjanya. Masih banyak yang harus dia selesaikan sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Dia sedikit terkejut karena waktu begitu cepat berlalu sehingga dia pun melupakan makan siangnya. “Sudah jam segini dan aku lupa untuk makan siang, tapi di mana Viona, kenapa dia tidak mengingatkan aku untuk makan siang? Dia sengaja membuat kesalahan, baiklah, Sayang apa hukuman yang harus kamu terima,” kesalnya begitu baru ingat kalau dia melupakan waktu makan siangnya. Dia pun segera menghubungi Viona di meja sekretarisnya. Viona yang sedari tadi sudah duduk manis dan mengerjakan semua pekerjaannya apa lagi tiga puluh menit nanti ada meeting bersama klien sehingga dia harus menyelesaikan proposal yang dibuatnya. “Ya Pak?” Viona menjawab sambungan telepon dari Raga. “Kamu bisa ke ruangan saya sebentar?” “Maaf Pak ada yang penting, soalnya saya masih menyiapkan berkas untuk ...”“Saya ke luar menjemputmu paksa atau kamu yang ke ruangan s